Sebuah reuni / comeback trip bersama Backpacker Jakarta (BPJ) bisa daku bilang untuk travelling kali ini. Mungkin terakhir kali daku trip bersama BPJ di pertengahan tahun 2015. Karena menjelang tahun 2015 daku sudah disibukkan mengurus almarhum Bapak dan Kakak di rumah sakit secara bergantian yang berujung mereka kembali ke pangkuan Alloh SWT di akhir tahun 2016.
Backpacker Jakarta merupakan komunitas travelling yang bergaya backpacker dengan pembiayaan secara patungan (cost sharing ). Menurut perkiraan daku, jumlah membernya dikisaran lebih dari 20 ribu. Sedangkan untuk member yang aktif berkomunikasi dengan komunitas ini sekitar 6 ribu member. Perkumpulan traveller ini memiliki jumlah group What Apps (WA) berjumlah 30 group. Satu Group WA atau BPJ menyebutnya RT berjumlah 100 backpacker.
Selain group WA / RT terdapat pula group berdasarkan spesific interest seperti; Badminton, Futsal, Fotografi, Renang, Jelajah Masjid, Buku & Blogger, KTB Be The Light, Lari, Basket, Weekday Holiday, Talent, Touring dan Sejarah-Museum. Nah, untuk trip menjelajah Weltevreden diselenggarakan oleh group Sejarah & Museum. Pelaksanaanya trip Weltevreden pada hari minggu tanggal 20 Agustus 2017 yang di ikuti sekitar 10 orang peserta.
Mengenal Weltevreden
Ketika melihat flyer yang di unggah BPJ di account Instagram Backpacker Jakarta (@backpackerjakarta) menyangkut trip Weltevreden, daku langsung tertarik. Didalam flyer tersebut disebutkan titik lokasi berkumpul di Pasar Baru. Ketika itu daku langsung berfikir bahwa ini merupakan trip yang tidak hanya sekedar menikmati alam dan pemandangan.
Pasar Baru identik dengan pusat perbelanjaan / pasar yang telah berdiri cukup lama (tahun 1820), jadi dalam otak menyimpulkan, perjalanan ini merupakan trip sejarah. Apalagi dalam flyer diperlihatkan sebuah gambar gedung bernuansa hitam putih yang terlihat sebagai gedung peninggalan kolonial Belanda. Menurut daku ini merupakan trip yang akan menambah wawasan.
Kami para Backpacker dari komunitas Backpacker Jakarta (BPJ) dalam trip Weltevreden berkumpul di Pasar Baru. Lokasi ini lah tempat dimana sepuluh orang ini mendapatkan pengetahuan kawasan Weltevreden. Komunitas travelling ini merangkul lulusan sejarah dari UIN Yogyakarta menyangkut sejarah Weltevreden, individu tersebut bernama Reyhan.
Weltevreden timbul ketika Gunung Salak meletus pada 1699, akibatnya  kota tua Batavia terbenam lumpur  dan menjadi sarang penyakit. Debit air yang mengalir ke kanal yang membelah kawasan kota tua makin menurun. Dikisahkan, tujuh dari sepuluh orang Eropa yang singgah ke kawasan Batavia Lama meninggal dunia. Â
Akibat letusan itu terjadi proses sedimentasi dan pendangkalan sungai membuat meluapnya kotoran.  Air menjadi keruh dan berbau. Nyamuk dan lalat berkembang biak dengan subur di rawa-rawa yang tergenang. Selain itu, banyaknya mayat yang ditemukan di muara kali-kali Batavia akibat tingginya tingkat kriminalitas. Masalah lainnya kekurangan air  bersih, membuat Batavia dijangkiti wabah  penyakit.
Batavia lama menjadi kawasan yang tidak sehat ditambah pula mulai padat dan sumpek, untuk itu Deandles membongkar tembok kota dan kastil Batavia lalu kemudian mengembangkan Weltevreden menjadi pusat pemerintahan, religi, tempat tinggal dan pergaulan masyarakat. Lokasi Weltevreden dikisaran silang monas sampai dengan Rumah Sakit Gatot Subroto, atau saat ini berada di area Jakarta Pusat. Sepertinya banyak yang belum tau kalau dahulu Kota Tua Jakarta di kelilingi oleh tembok.
Jalan kaki menjelajah Weltevreden