Semenjak ditinggal Kang Pepih dengan kapal barunya, Kompasiana terlihat mencoba merubah diri. Tagline "Media Warga" berubah menjadi "Beyond Blogging", ini salah satu bentuk perubahannya. Selain dari itu di awal bulan juni tampilan baru mulai diperkenalkan walaupun masih dalam bentuk beta.
Ada baiknya Kompasiana mulai membaca perkembangan prilaku dari para kompasianers / blogger kompasiana. Daku mengalami di tahun 2015 dimana banyak kompasianers yang sering ikut Kompasiana Nangkring masih setia dengan platform ini. Tetapi di tahun 2017 teman-teman daku tersebut lambat-laun hanya bisa dihitung dengan jari yang setia dan tidak mendua. Daku yakin para mimin memperhatikan hal tersebut di social media.
Brand - brand yg colaps tersebut bisa menjadi contoh bagaimana mereka begitu percaya diri dengan produknya dan tidak rela "tiru dan modifikasi" tetapi akhirnya keplesetan kulit pisang. Ketika Kompasiana merasa sebagai platform blog dengan tagline "Beyond Blogging" apakah di kerumunan blogger dianggap sebagai platform blog ????? ....... Para Blogger masih menyebut K dengan sebutannya blog keroyokan, belum menyebut sebagai personal blog.
Pada saat perkenalan perubahan logo Kompasiana dan tagline baru "Beyond Blogging" pada bulan januari 2017, Â mas Isjed pun menyampaikan masyarakat masih melihat Kompasiana sebagai media mainstream belum personal blog. Berdasarkan hasil survey masih dibawah 1 % yang menganggap Kompasiana sebagai blog.
Menurut daku selain perubahan tampilan muka, Kompasiana sebaiknya berinovasi dengan engine nya. Daku beberapa kali coba berdiskusi dengan para kompasianers, ada yang berpendapat bahwa dahulu untuk mendapatkan 500 pembaca keatas seperti memejamkan mata. Tetapi saat ini untuk mendapatkan 100 pembaca saja butuh tenaga lebih. Untuk mendapatkan lebih dari 100 pembaca kita harus share ke berbagai social media dan group What Apps.Â
Pengurangan jumlah pembaca ini semenjak tampilan 2015 dimana headline & highlight dari masing-masing kategori / rubrik  tidak muncul di tampilan muka. Harus mengklik dulu rubrik lalu mencari kategori yang dipilih baru terlihat Headline dan Highlight dari rubrik tersebut.Â
Kenapa jumlah pembaca itu penting bagi kompasianers  ?? .... menurut daku itu yang membuat adrenalin para kompasianers untuk menulis kembali itu bagaikan api yang selalu menyala. Tidak semua kompasianers seperti penulis sejati seperti opa 'Tjiptadinata' , pak Djulianto, mbak syifa, mas Bambang dan beberapa lainnya. Mereka perlu pancingan untuk tetap menulis dan setia.Â
Permasalahan log-in juga yang selalu jadi bahan obrolan. Salah satu contohnya ketika daku akan comment terhadap artikel yang dishare salah-satu teman di apps social media, kita harus log-in terlebih dahulu tetapi tidak bisa masuk. Jadi daku harus membuka dulu di browser mozila bukan melalui apps social media di smartphone lalu mencari artikel tersebut. 2 (dua) kali jalan kalau kata orang betawi bilang.Â
Apabila Kompasiana mau mengadaptasi dari Wordpress atau Blogspot dimana bisa comment hanya dengan mencantumkan nama, akun email, nama blog dan tidak perlu log-in ke kompasiana akan menjadi nilai tambah menurut daku...... sampai hari ini Blogwalking merupakan cara pergaulan sesama blogger walaupun beda platform. Daku yakin apabila bila ini dilakukan oleh Kompasiana, maka  akan menjaring lebih banyak blogger menjadi user  K yang tulisannya nggak selalu curhat.....sesekali bolehlah curhat kayak daku sekarang....
Daku sebetulnya masih menunggu rahasia dari "v20106.kompasiana.com" apakah Kompasiana akan menjadi subdomain !!! .....
Ini akan lebih menarik karena bagi seorang blogger bila ditanya blognya apa ? ...... sejatinya ingin menjawab misal bloggerudik.kompasiana.com atau bloggerudik.com. Untuk menjawab blognya di 'Kompasiana', takutnya dianggap mewakili brand perusahaan Kompasiana. Keren juga kalau subdomain atau Kompasiana menjual domain dengan tampilan muka tetap di Kompasiana.