Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Gerakan Nasi Kotak Untuk Berbagi, Aksi Kolektif Membantu Pengidap Atresia Billier

14 April 2017   10:15 Diperbarui: 23 April 2017   02:00 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Penyakit Kanker, penyakit Jantung, penyakit ginjal dan penyakit organ tubuh lainnya bila sudah masuk rawat inap rumah sakit maka akan membutuhkan biaya yang tinggi. Biaya tersebut tidak hanya biaya perawatan tetapi juga biaya  hidup, biaya obat yang tidak ditanggung asuransi kesehatan, biaya alkes (pempers, alas tubuh, tisue basah, dll), bahan habis pakai, dll. Pengeluaran lainnya itupun bisa menembus puluhan juta dalam kurun waktu sebulan.

Salah satu contohnya daku tahun lalu mengalami 86 hari di Rumah Sakit merawat almarhum kakak yang mengidap penyakit tumor otak di RS.Otak dan RS.Dharmais menghabiskan biaya lebih dari seratus juta rupiah. Daku yakin keluarga lainnya yang mengalami rawat inap puluhan hari di rumah sakit dengan penyakit kronis ataupun akut akan menghalami hal yang sama.

Untuk itu dibutuhkan jiwa-jiwa yang terpanggil sebagai pengkoordinasi donasi bagi jiwa-jiwa yang membutuhkan bantuan. Tidak banyak orang yang bersedia sebagai perantara tetapi banyak orang  berhati baik yang mau berdonasi. Untuk menjadi pengkoordinasi / perantara donasi membutuhkan jiwa yang besar karena tidak hanya waktu, tenaga, mental pun harus siap. Daku mengalami sendiri sebagai koordinator coin untuk pendidikan dropzone RSKO Jakarta dimana ada saja yang bersikap negatif atas kegiatan yang kami lakukan. Uang adalah hal yang sensitif karena banyak berita beredar dimana pengumpulan dana untuk tujuan baik yang tidak tersalurkan jadi apabila ada orang yang bersikap seperti itu merupakan hal yang wajar.

Apa yang daku bahas kali ini bukanlah coin untuk pendidikan tetapi gerakan nasi kotak untuk berbagi. Gerakan penggalangan dana dengan penjualan nasi kotak tersebut awalnya terfokus di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta yang kemudian berkembang donaturnya diluar RSKO Jakarta bahkan pendonatur luar negeri. Gerakan ini merupakan aksi kolektif dari teman-teman daku di Instalasi Farmasi dan Rawat jalan RSKO Jakarta. Para manusia berhati baik ini, yaitu: Dyah Purti Ambarwati (founder), Kelli, Nova, Hani, Anis, Dara,  Era dan Liana. Seperti apakah "Gerakan Nasi Kotak Untuk Berbagi"di RSKO Jakarta dimana sudah berjalan 2 ( dua ) tahun lebih. yuks  dibahas. 

Awal tercetusnya Gerakan Nasi Kotak Untuk Berbagi

Gerakan ini tercetus dari seorang hijabers bernama Dyah Ayu Ambarwati. Sebagai founder Gerakan Nasi Kotak Untuk Berbagi ia dipanggil hati nya pada bulan Januari Tahun 2015. Allah SWT mengatur sedemikian rupa sehingga sebuah status di social media dari seorang ibu dari seorang bocah bernama Fahri menggelitik hati nurani dirinya. Fahri adalah penderita atresia billier (kelainan hati), anak dari seorang buruh pabrik di daerah Bekasi. Keinginan dirinya untuk membantu sangat besar, namun kemampuan finansial Dyah sangat terbatas. Lalu apa yang harus ia lakukan ?

Hobby masak membawanya pada kesimpulan bahwa ia bisa mengumpulkan donasi dengan menjual nasi kotak hasil masakan dirinya. Ia pun mengajak pegawai RSKO lainnya bersama-sama sebagai pejuang. Dyah menyebut para voulenter dengan panggilan "Pejuang Hati". Para pejuang ini mulanya hanya teman-teman di Instalasi Farmasi RSKO Jakarta dimana Dyah berkerja, lalu kemudian bertambah ke unit kerja lainnya di RSKO Jakarta. 

Dengan modal sebesar 0 rupiah dia memulai niat ini dengan Bismillah. Ternyata respon dari teman-teman sangat positif. Dengan bersama Kelli, Nova, Hani, Anis, Dara,  Era dan Liana  , Dyah pun membuat Gerakan Nasi Kotak Untuk Berbagi. Awalnya seluruh hasil penjualan di kumpulkan dan kemudian akan donasikan kepada Fahri untuk membantu orang tuanya. Namun ternyata Fahri dipanggil oleh Sang Empunya Hidup. Para pengggerak ini berduka. Ibunda Alm. Fahri saat itu meyakinkan Dyah bahwa banyak teman-teman seperjuangan Fahri yang butuh bantuan. Inilah Awal dari gerakan yang memobilisasi orang untuk berbagi untuk para keluarga dari anak yang menderita Atresia Bilier.

Bagaimana Gerakan Ini Dijalankan

Gerakan Nasi Kotak untuk berbagi adalah kegiatan menjual makanan dalam sebuah kotak sterofoam dimana hasil penjualannya seluruhnya digunakan untuk donasi. Dimulai dengan dua hari kerja yaitu selasa dan jumat, nasi kotak untuk berbagi dijual kepada pegawai RSKO Jakarta. Awal dari gerakan nasi kotak hanya dijual terbatas untuk hari senin sebanyak 10 nasi kotak dan rabu sebanyak 15 nasi kotak seharga Rp.10.000 / nasi kotak. Gerakan ini sudah mulai daku rasakan semenjak bulat maret 2015. Berawal dari social media facebook (FB) yang dibuat statusnya  plus foto nasi kotak untuk mengajak rekan-rekan pegawai RSKO Jakarta untuk membeli nasi kotak dengan tagline "Makan Siang Sekaligus Berbagi".

Satu persatu rekan2x pegawai RSKO setelah melihat status Social Media dari Dyah lalu menghubungi via telp dan mendatangi Instalasi Farmasi RSKO Jakarta untuk membeli nasi kotak. Gerakan ini akhirnya menjadi rutin setiap minggunya pada hari selasa dan jum'at sampai saat ini yang telah melewati umurnya dua tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun