[caption caption="Deskripsi : Salah satu film pendek yang menjadi nominator FPPI 2016 I Sumber Foto : Andri M"][/caption]
Ini adalah kali kedua daku menikmati sebuah ajang untuk mengapresiasi film pendek. Satu tahun lalu di Galeri Indonesia Kaya daku menyaksikkan bagaimana para sineas muda yang menampilkan karya mereka berupa film pendek dihargai. Kali ini daku menyaksikkan apresiasi itu di Bentara Budaya yang bertajuk Festival Film Pendek 2016. Disebuah bangunan bergaya rumah tradisional Jawa terasa hawa mistis karena pencahayaan sengaja dibuat remang-remang berbeda dengan tahun lalu yang terkesan lebih glamor.
Keputusan daku untuk menghadiri FFPI 2016 ini adalah dikarenakan sebagai seorang penikmat film dan ingin mencari tau bagaimana perkembangan film pendek di Indonesia. Festival tentu adalah sebuah ajang apresiasi kepada para pembuat film dan merupakan etalase  yang dapat dilihat publik, penikmat film, pemerhati film, komunitas film ataupun yang sekedar sebagai  penonton film. Dalam setiap festival pastinya memiliki tema yang diangkat dan memiliki pengharapan atas karya yang dilombakan.
Sepertinya penyelenggara Kompas TV memberi pesan tidak tertulis 'putera daerah banyak yang memiliki potensi tidak hanya dari kota yang glamour saja'. Mengangkat tema "Humanisme" dan pesertanya berasal dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Sineas dari daerah Yogya, Purbalingga, Lampung, Palembang dan Nusa Tenggara Barat mendominasi kompetisi ini. Jakarta tidak hanya jadi penguasa tunggal. Ternyata film pendek yang bagus tidak hanya berasal dari produksi senias Ibu Kota saja.Â
[caption caption="Deskripsi : Rosiana Silalahi sebagai perwakilan Kompas TV menyampaikan Keynoth Speech FPPI 2016 I Sumber Foto : Andri M"]
Festival Film Pendek 2016 menjadi pengharapan Kompas TV untuk menghadirkan sineas muda untuk muncul kepermukaan dan menghasilkan film yang berkualitas serta hadirnya muatan lokal. inilah pesan tersirat yang disampaikan Rosianna Silalahi dalam keynoth speech nya. Dengan hadirnya festival ini karya-karya anak negeri di pelosok negeri terpublikasikan. Ternyata hasil karya mereka tidak kalah bagusnya dengan hasil dari sineas muda dari Ibu Kota.
Kompas TV sebagai sebuah televisi nasional yang memiliki wilayah siar di 32 kota di Indonesia coba menjawab tantangan sesuai dengan motto Enlighting People dengan Festival Pendek Indonesia 2016. Makbul Mubarak yang berprofesi sebagai sutradara sekaligus kritikus film dan menjadi juri FFPI 2016 berpendapat "Film-film yang lolos final diwarnai sisi humanisme disertai dengan karya yang secara teknis baik". Jadi bukan karena alasan sineas daerah harus diberi tempat dalam nominasi, tetapi karena karya yang dihasilkan memang bagus dan memberi values.
Â
Jalan Dari Kompetisi Bernama Festival Film Pendek Indonesia 2016
Kompetisi film pendek yang bertajuk FFPI 2016 sejatinya sudah dibuka semenjak tanggal 1 oktober 2016 sampai dengan 20 Desember 2016. Kompas TV berkerjasama dengan Fakultas Film dan Televisi Universitas Multimedia Nusantara  mengadakan workshop untuk kalangan pelajar dan mahasiswa di 10 kota di Indonesia, yaitu Jakarta, tangerang, palembang, Medan, Lampung, Banjarmasin, Gorontalo, Denpasar, Yogya dan Pekalongan. Dalam workshop ini, peserta diajarkan cara menyusun ide cerita film oleh dosen Fakultas Film dan Televisi Universitas Multimedia Nusantara.Â
Dewan juri FFPI 2016 yang menilai hasil karya para sineas muda yaitu Deddy Risnanto (Perwakilan Kompas TV), Frans Sartono (General Manager Bentara Budaya ), Ifa Isfansyah (Sineas), dan Makbul Mubarak (Pembuat Film Pendek & kritikus Film). Peminatnya pun banyak dan yang masuk ke meja panitia berjumlah 276 film pendek.Â
Salah satu juri Ifa Isfansyah mengungkapkan bagaimana  film - film pendek di nilai "Yang dinilai ada 20 film dan berujung  pada10  film yang menjadi nominasi. Ada beberapa item yang dipakai dalam mempermudah penjurian termasuk originalitas, durasi, kesesuain dengan tema, persepektif tema, dan beberapa aspek tehnis. Film bukan hanya gagasan, akan tetapi bagaimana unsur-unsur termasuk aspek teknis digunakan dalam menyampaikan gagasan. Film yang bagus tetap saja film yang bagus tetapi unsur-unsur secara tehnical dibobot 60 persen dalam penilaian juri. Penilaian ini pada akhirnya berujung diskusi pada sesuatu yang tidak tehnical, karena suka ya suka. Juara nya yaitu film pendek yang memiliki unsur-unsur yang saling mengisi dan pas terhadap gagasan yang sebetulnya sederhana"
Sebuah festival tentu saja dirancang atas dasar penilaian yang sudah ditetapkan. Setiap festival memiliki karakter, kekhasan dan kepentingannya masing-masing. Ia tak pernah berada pada objektivitas yang sejati. Toh memang tak pernah ada ruang-ruang bagi objektivitas sejati, yang ada adalah objektivitas subyektif.
Â
Nominator Festival Film Pendek 2016
Bhineka tunggal Ika apa yang bisa kita lihat dari para nominator. Tidak hanya berasal dari Jakarta saja tetapi dari berbagai daerah. Ini sangat membanggakan bahwa kita diperlihatkan di luar sana banyak anak bangsa berpotensi menghasilkan karya-karya yang bagus. Â
Untuk Kategori Pelajar yang lolos final Kompetisi FFPI 2016 antara lain, "Izinkan Saya menikahinya" karya SMA Rembang, Purbalingga, "Terminal" karya SMK Negeri 2 Kahuripan Nusa Tenggara Barat, "Kihung (Jalan Menikung)" karya SMK Negeri 5 Bandar Lampung,, "2 Hari" Karya SMA Negeri 1 Muara Enim Palembang, dan "Mata Hati Djoyokardi" karya SMA Khodijah Surabaya.
Adapun untuk kategori Mahsiswa yang berhasil masuk ke final antara lain ; "Different" karya Universitas Bina Nusantara, "Merengguk Asa di teluk Jakarta" karya Universitas Negeri jakarta, "I Love Me" karya Institut Kesenian Jakarta, "Omah" karya Sekolah Tinggi Multimedia MMTC Yogya, dan "Di Ujung Jari" karya Universitas Bina Nusantara.
Semua film yang lolos ini daku tonton dan cermati di Bentara Budaya, Pal Merah sambil berdiskusi dengan beberapa kompasianers. Ternyata ada yang tidak sesuai dengan yang daku pikirkan ketika salah satu nominator menjelaskan perspektif tema dan gagasan terhadap film pendek yang mereka produksi. Itulah film pendek yang hidup di dunia visual tidak hanya gambar tetapi ada pesan tersirat didalamnya yang disesuaikan dengan keterbatasan durasi.
Â
Sang Pemenang FFPI 2016
Film - film pendek yang menjadi nominator menurut daku semuanya pemenang. Hasil karya mereka terlihat original dan penyampaian pesan mudah dicerna. Tetapi dalam sebuah kompetisi tidak semua pemenang bisa menjadi juara dan itu patut dipahami oleh peserta dan kami pecinta sinema yang menyaksikkan
Ending dari sebuah kompetisi adalah pengumuman pemenang. Pembawa acara akhirnya menyampaikan Juara dari masing-masing kategori. Dari katagori pelajar adalah juara 3 "Terminal", Juara 2 "Mata Hati Djoyokardi" dan Juara 1 "Ijinkan Aku Menikahinya". Masing-masing mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 4 juta ( juara 3 ), Rp 6 juta ( juara 2 ) dan Rp 8 juta plus voucher menginap di hotel Amaris ( juara 1 )
Adapun untuk kategori mahasiswa deretan juara nya, Juara 3 "Merengguk Asa di Teluk Jakarta", Juara 2 "Different" dan Juara 1 "I Love Me". Para juara berhak mendapatkan uang tunai sebesar Rp 6 juta ( juara 3 ), 8 juta ( juara 2 )dan 10 juta plus voucher menginap di hotel Santika ( juara 1 ).
[caption caption="Deskripsi : Para Juara FPPI 2016 I Sumber Foto : Andri M"]
--- ooo000ooo---
Sebuah film pendek dibuat untuk disaksikan bukan untuk diceritakan. Daku akan menunggu kapan film-film pendek ini akan tayang di Kompas TV untuk lebih mendalami pesan yang tersirat. Yang berkualitas tidak hanya orang-orang Jakarta yang ada didaerah pun ternyata mampu. Mari tonton hasil karya mereka.Â
Salam hangat Blogger Rusuh berambut undercut - Andri Mastiyanto
FB : Ade Andrie M, Twitter : @AndrieGan , Instagram : @andrie_gan , email : mastiyan@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H