Ancaman terhadap kedaulatan kesehatan dan pemanfaatan dokter untuk kepentingan industri kesehatan bukanlah fatamorgana di negeri ini. Perlu upaya bersama untuk membangkitkan kesadaran hal ini terutama oleh internal profesi dokter. Bahwa dokter-dokter pendahulu merupakan perintis bangsa, mereka menjadikan profesi ini bukan sekedar mata pencaharian namun sudah menjadi alat perjuangan. Bahkan dokter yang berasal dari kaum elit yang terbentuk berhasil merakyat, mengambil peran bersama rakyat untuk negeri ini.
Telah menjadi catatan sejarah ketika kolonial Belanda gagal memanfaatkan dokter yang berasal dari kaum elit untuk kepentingan imperialisme. Tetapi saat ini yang terjadi pendidikan kedokteran terlalu banyak mencetak dokter yang berasal dari kaum elit. Â Ada sebuah harapan baru ketika IDI sebagai satu-satunya organisasi profesi dokter di Indonesia akhirnya membuat aksi damai dengan mengingatkan pemerintah atas situasi yang sudah berlangsung lama ini pada tanggal 24 Oktober 2016. Sebuah niat dan upaya untuk memulai Reformasi Sistem Kesehatan serta Reformasi Sistem Pendidikan Kedokteran, semoga dokter Indonesia akan selalu MERAKYAT dan PRO RAKYAT
Apa Sih yang Disuarakan oleh IDI?
Ikatan Dokter Indonesia juga menyampaikan persoalan atau krisis dalam bidang kesehatan di Era Jaminan Kesehatan (JKN) dalam aksi damai tidak hanya menyangkut biaya pendidikan yang mahal. Ada beberapa catatan yang dianggap oleh IDI menjadi krisis pelayanan kedokteran di Era JKN, yaitu terkait alokasi pembiayaan untuk obat bagi pasien yang terlalu kecil sehingga menyulitkan bagi para dokter untuk memberikan obat dan penanganan terbaik.
Terutama bagi peserta BPJS dari kalangan rakyat miskin. Pelaksanaan JKN masih memerlukan harmonisasi kebijakan dan pengawasan termasuk dalam kaitannya dengan otonomi daerah yang masih menjadi kendala dalam penerapan program JKN. Sinkronisasi aturan BPJS dengan standar profesi juga harus menjadi perhatian bersama menurut PB IDI.
IDI menyampaikan bahwa sarana dan prasarana pelayanan untuk fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) masih minim terhadap ketersediaan obat, alat kesehatan, dan sarana penunjang lain yang sangat diperlukan dokter guna menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit yang diderita pasien. Terkait dengan hal tersebut IDI menyampaikan akibatnya jumlah rujukan meningkat, padahal kasusnya seharusnya masih bisa ditangani di layanan primer (PPK1). Selain itu juga nilai kapitasi yang masih rendah  Dukungan pembiayaan kesehatan yang masih di bawah standar pembiayaan profesi Hal ini sangat merugikan masyarakat penerima layanan terutama di fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKTRL).
Pembebanan pajak alat kesehatan yang sangat tinggi menyebabkan beban biaya di fasilitas kesehatan juga tinggi. Kebijakan masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di sektor kesehatan perlu diikuti dengan upaya untuk mempertahankan kedaulatan dan kemandirian bangsa. Semuanya permasalahan di atas berujung membengkaknya biaya yang harus dikeluarkan BPJS, pelayanan substandar, tingginya angka rujukan dan bahkan berpotensi besar meningkatkan hilangnya nyawa manusia yang tidak ternilai harganya. Karut marut ini menjadi realitas yang harus mau diakui dan dibenahi sehingga dokter dapat memberikan layanan sesuai standar layanan medis dan masyarakat tidak dirugikan.
Pihak PB IDI Menolak Program Studi Dokter Layanan Primer (DLP ) dengan merekomendasikan agar pemerintah meningkatkan kualitas dokter di pelayanan primer dengan program Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) terstruktur. Tidak hanya itu, PB IDI mengharapkan perbaikan proses akreditasi pendidikan kedokteran akuntabel, adil dan transparan. Program studi Dokter Layanan Primer (DLP) dengan segala bentuk pelaksanaannya di anggap bertentangan dengan UU Praktik Kedokteran. Program studi DLP mengingkari peran dokter dari hasil pendidikan fakultas kedokteran se-lndonesia.
-----ooo0000oooo----
Apa yang disuarakan oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia semoga didengar oleh pemerintah. Sebagai rakyat menengah ke bawah mudah-mudahan esok putra-putri bangsa terbaik dari golongan non elit bisa menjadi dokter.... Amin... Amin....
Â
Salam hangat blogger rusuh - Andri Mastiyanto
Email: mastiyan@gmail.com