Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tips Sehat Menjaga Pasien di RS.Otak Nasional

10 Oktober 2016   20:38 Diperbarui: 10 Oktober 2016   21:22 1834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesan Whats Apps (WA) masuk kedalam inbox android daku "Gimana kabar Satria ? Ibu dan Ade jaga kesehatan ya, jangan sampai yang jaga ikutan sakit". Pesan seperti ini selalu ada ketika kerabat, saudara dan teman-teman menanyakan kabar kakak daku 'Satria' yang sedang di rawat di Rumah Sakit Otak Nasional, Cawang, Jakarta. Sepertinya hal tersebut sudah menjadi hal yang lumrah bahwa bagi keluarga pasien yang menjaga bisa ikut jatuh sakit.

Sebulan sudah daku dan Ibu menunggu Kakak yang sakit di Rumah Sakit Otak Nasional. Kakak masuk Rumah Sakit otak pada hari Sabtu (10/9/2016) sekitar pukul 20.00 WIB setelah mengalami kejang di rumah daku di Cikeas Udik pukul 19.00 WIB sehabis makan malam. Tanpa pikir panjang daku membawa kakak langsung menuju RS.Otak Nasional (PON) Cawang, Jakarta menggunakan kendaraan tetangga yang bernama Aditya dan didampingi Yotam.

Kakak daku menderita penyakit Tumor Otak Ganas Pineoblastoma dan adanya cairan di kepala yang menekan otaknya. Sampai tulisan ini daku rangkai, kakak daku masih di ruang Neuro High Care Unit (NHCU) lantai 3 (tiga) di RS.PON, cawang, Jakarta. Selama 30 hari perawatan di RS.PON kakak mendapatkan pelayanan yang tidak mengecewakan, baik dari 2 (dua) kali operasi dan ketika dalam masa perawatan medis. Walaupun kakak belum bisa di angkat tumornya karena berada didekat batang otak dan hipotalamus, cukup beresiko bila di operasi menurut dokter bedah syaraf yang menangani Kakak daku.

Duet maut daku sebut keberadaan kami berdua. Daku sementara sebagai kepala keluarga saat ini berusaha untuk menjaga yang sehat agar tetap sehat. Ibu memiliki kekurangan kondisi fisiknya yang lemah dan memiliki riwayat penyakit jantung. Untuk itu daku mengakali situasi ini dimana Ibu tidak mau meninggalkan rumah sakit karena ingin menemani kakak yang sedang di rawat. Daku wajar terhadap sikap Ibu karena yang dirawat ini anak kandungnya.

 

Menjadwalkan Waktu Jam Tidur

Kementerian Kesehatan RI mendirikan RS Pusat Otak Nasional sebagai rumah sakit khusus yang menangani otak dan saraf. Rumah sakit ini berada di kawasan MT Haryono, Cawang, Jakarta. Ketika berada di IGD, Ruang Operasi, ICU, HCU, dan Ruang Perawatan Umum yang daku lihat bahwa pasien yang berada disini cendrung memiliki kondisi yang lemah bahkan kritis. Daku dalam beberapa bulan terakhir beberapa kali menjaga keluarga yang sakit di rumah sakit selain RS.PON. Di kamar perawatan umum Rumah Sakit selain RS.PON ketika daku menjaga Bapak, Kakak dan Saudara bukan kandung yang di opname dimana pasien sekamar banyak yang sudah cooperative dan tidak gelisah.

Pada saat di kamar 723 lantai 7 ruang perawatan umum kelas III Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, pasien sekamar dengan kakak hampir semuanya gelisah dan tidak tenang begitupun dengan kakak. Pada saat pertama kali di ruangan perawatan umum pasca operasi pemasangan selang dan penyedotan cairan kepala, kondisi kakak demam dan setiap 15 menit sekali resah ingin minum. Kami sebagai penjaga pasien menjadi selalu siaga. Tidak hanya itu harus awas terhadap kondisi cairan infus, suhu tubuh dan penampungan urin kakak yang cepat penuh. Untuk itu daku mengatur jadwal tidur bagi kami berdua.

Deskripsi : Bergantian Jaga Dengan Ibu menjaga Kakak I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Bergantian Jaga Dengan Ibu menjaga Kakak I Sumber Foto : Andri M
Bila Ibu dan Daku melek 24 jam tidak lah mungkin. Bagi penjaga pasien tetaplah harus memiliki waktu tidur yang cukup. Untuk mendapatkan tidur yang berkualitas cukup sulit sebagai penjaga pasien. Minimal 4 jam / hari kami harus memiliki waktu tidur. Untuk itu daku membuat jadwal, Ibu dari pukul 13.00 s/d pukul 16.00 WIB tidur siang dilanjutkan pukul 22.00 sd 02.00 WIB tidur malam. Sedangkan daku tidur pukul 10.00 s/d 11.30 wib dilanjutkan 20.00 s/d 21.30 WIB kemudian 02.30 s/d 04.45 WIB.

Jadwal tersebut tidaklah baku acapkali berubah karena kondisi kakak yang suhu tubuhnya mudah naik, penjenguk yang datang di luar jam besuk atau kebutuhan dari pihak medis terhadap daku. Cukup tidur merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh penjaga pasien. Cara tersebutlah yang membuat Ibu daku tetap sehat walaupun tidak 100 persen fit.

 

Mencari Patner Dalam Menjaga Pasien

Iba rasanya ketika daku berada di ruang perawatan umum RS.PON kamar 723 lantai 7 melihat ada pasien yang hanya ditunggu oleh 1 (satu) orang tanpa ada pengganti ataupun patner untuk gantian berjaga. Salah seorang pasien, daku panggil saja Mr.A dimana tempat tidurnya berada disamping kakak hanya ditunggu oleh Istrinya saja. Walaupun ia memiliki 2 orang anak laki-laki tetapi entah kenapa tidak bisa bergantian atau berpatner menjaga. Mereka tidak bisa menjaga dengan alasan harus sekolah dan kuliah

Ada pula Mr.B bahkan tidak dijaga oleh keluarga. Keluarganya hadir hanya pada saat jam makan atau ketika Mr.B menelepon. Yang membuat daku kasihan karena Mr.B merupakan pasien beresiko jatuh dan sudah sadar penuh. Mr.B bisa ke toilet tetapi kakinya masih sangat lemah tetapi ia terkesan tidak mau dibantu oleh kami tetangga sekamar perawatan. Acapkali yang terjadi ia menjatuhkan barang dan terjatuh.

Banyak pasien di RS.PON yang mengalami hal yang sama seperti mereka berdua. Dijaga oleh keluarga inti dan kesulitan mencari patner menjaga pasien. Sistem kerja dan budaya kehidupan di kota besar memang cukup sulit menghadirkan individu lain diluar keluarga inti untuk ikut membantu menjaga pasien. Kerja di kantoran tidak sama dengan kehidupan kerja di ladang / sawah dimana tanaman bila tidak dirawat bisa tumbuh dengan sendirinya. Keterbatasan waktu cuti dan pengawasan dari HRD menyangkut prestasi inilah mungkin halangannya. 

Bila daku melihat fenomena yang ada di RS.Otak Nasional, daku memaklumi apa yang terjadi terhadap kakak lebih baik dari beberapa pasien. Beruntungnya ada sepupu yang daku minta tolong membantu menjaga dan ternyata bersedia walaupun 3 hari sekali di waktu malam bukan di jam kerja. Bila menengok kebelakang dimana daku membantu menjaga kerabat yang sakit di rumah sakit, yang terjadi pun sama dimana kerabat itupun kesulitan mencari keluarga yang lain membantu menjaga. Ternyata ini sebuah fenomena umum. 

Ada cerita horor dari salah seorang security bahwa ada keluarga pasien yang menunggu pasien di kamar 723 meninggal dunia setelah pulang dari perawatan di RS.PON. Ada celotehan yang acapkali disampaikan penjenguk "Buat yang jaga jangan sakit ya, jaga kesehatan. Biasanya yang jaga setelah pulang malah sakit". Untuk itu apabila ada keluarga walaupun bukan keluarga inti yang sakit, ada baiknya senggangkan waktu 1 (satu) hari untuk mengganti menjaga atau berpatner. Itu cukup memulihkan fisik keluarga pasien walupun tidak 100 persen fit. 

 

Siapkan Alas Tidur Yang Tebal 

Kalau hanya 2 (dua) hari mungkin tidur di lantai dengan alas seadanya saja tidak akan mengganggu kesehatan dan belum terjangkit pegal-linu. Bagaimana bila sampai 7 hari bahkan sebulan seperti yang daku dan Ibu alami ..... Bisa ikut jatuh sakit menurut daku. Bawalah dari rumah alas tidur yang tebal kalau perlu berlapis. Sebelum menjaga kakak satu bulan, daku juga pernah menjaga Bapak di RS selama 9 hari. Saat itu daku hanya menggunakan satu lapis bed cover yang terjadi semsplit. Bahkan pernah daku menjaga bule / tante daku di RSCM beralaskan baju seragam Kemenkes dan selimut berbahan sprei. 

Saat ini daku dan Ibu beristirahat dilantai dengan 3 (tiga) lapisan alas. Salahsatunya bantuan dari teman kakak sesama jurnalis di Trans7. Walaupun masih tebal tetep saja masih terasa pegal tetapi tidak kurasakan seperti saat menjaga Bapak selama 9 hari dengan 1 (satu) lapasin alas. Ini ide absurb, andaisaja RS.PON menyewakan matras lantai dan tukang pijit pastinya banyak peminatnya dan secara tidak langsung menambah income Rumah Sakit.

 

Minum Banyak Air Putih dan Vitamin serta sering Nyemil

Ruangan ber AC memang lebih nyaman tetapi membuat kita lupa minum air putih. Kurang minum bisa mengganggu metabolisme tubuh. Jangan lupa minum karena dapat mengurangi pegal-pegal dan menghindari kulit kering. Bila kita kekurangan cairan maka kerja organ ginjal akan lebih berat serta darah semakin kental ini dapat mengganggu kesehatan kita kedepan.

Salah satu faktor badan daku dan Ibu tetap fit bisa jadi dari beberapa vitamin yang dikomsumsi. Vitamin C, Kapsul Penambah Darah, minyak ikan, minyak zaitun dan habbatu saudah itu lah pendamping makanan daku dan Ibu tiap hari. Memang kita harus menambah biaya hidup di rumah sakit dengan suplemen-suplemen tambahan agar membantu / mejaga kesehatan.

Banyak nyemil membuat daku tambah tambun. Walaupun makin mekar tetapi yang kurasakan dalam 30 hari ini hanya flu di pagi hari saja. Mood makan kita akan berkurang seiring kondisi badan yang penat dan kebosanan serta cemas tiada henti. Untuk menambah makanan yg masuk karena berkurang pada saat makan berat ya nyemil lah yang sering. Tanpa makan yang cukup energi kita kurang untuk beraktifitas itu yang menyebabkan penyakit mudah menghampiri.

 

Alihkan Pikiran Ke Arah Yang Lain

Cobaan yang kita alami dengan sakitnya keluarga kita di Rumah Sakit tidak akan selesai sebelum pemulihan yg lebih baik hadir atau keputusan Alloh SWT yg terbaik. Maka yang bisa kita lakukan dengan menghadapinya sambil menunggu keputusan terbaik dari Alloh SWT.

Deskripsi : Daku mengalihkan pikiran menyangkut penyakit kakak dengan membaca buku untuk manajemen stress I Sumber Foto : Andri M
Deskripsi : Daku mengalihkan pikiran menyangkut penyakit kakak dengan membaca buku untuk manajemen stress I Sumber Foto : Andri M
Buku menjadi jawaban buat daku untuk mengalihkan pikiran sementara dari tempaan hidup ini. Setelah 3 (tiga) hari berada di RS.Otak Nasional daku pulang ke rumah di Cikeas lalu mencari buku bacaan yang tepat. Buku ini berjudul Travel Writer Diary yang pada tgl 8-9-2016 akhirnya daku donasikan di acara Kompasianival 2016. 

Saat ini daku membawa Laptop. Dengan gadget tersebut menghasilkan 2 tulisan, bila tulisan ini terupload maka ini yang ke 3. Pengalihan ini ternyata mengurangi stress yang daku hadapi. Bagi penjaga pasien pengalihan dari pikiran menyangkut penyakit yang diderita pasien itu perlu. Bila kita selalu memikirkannya akan stress dibuatnya.

 

Percaya dan Serahkan Kepada Alloh SWT.

Apa yang terjadi kepada kakak, daku dan Ibu ini merupakan jalan hidup yang ditetapkan. Setiap mahluk yang merasa beriman pastinya akan di uji dan di tempa. Ibu terlihat kuat, pada saat Pakde Isya datang dari Bengkalis, kepulauan Riau. Ibu berucap kepada Pakde Is'ya "Mas, aku kuat walaupun cobaan bertubi tahun ini dimana sebelumnya Mas Bambang sakit dan kemudian berpulang"

Mungkin sudah belasan juta uang yang keluar dan bisa jadi apabila kakak masih bertahan di rumah sakit bisa menyentuh puluhan juta. Biaya obat yang tidak ditanggung BPJS ternyata ketika dikumpulkan cukup besar seperti Minirin, Kepra, SCMC, HP Pro, Curcuma, VIP Albumin, dan lain-lain. Belum biaya hidup di rumah sakit, perlengkapan kakak yang sebentar2x habis (popok, underpet, tisu basah, tisu kering, pembersih mulut dll) juga memakan biaya. Tetapi ternyata Alloh SWT ketika memberi ujian juga memberi jalan.

Ini yang dipikirkan oleh Almarhum Bapak menyangkut biaya operasi Kakak dan kehidupan penunjang di RS. Setelah Bapak berpulang satu persatu bantuan datang dari teman-teman kakak daku 'Satria' dari Trans7, Net TV, Jurnalis Istana era bapak SBY, Jurnalis lainnya, teman SMA, teman kuliah, keluarga bapak, keluarga ibu dan sahabat daku di RSKO dan Blogger. Bantuan ini yang membantu kehidupan daku dan Ibu di Rumah Sakit Otak Nasional sampai saat ini.

Bila nanti biaya masih kurang, kami seperti dimudahkan pikiran untuk melepas rumah keluarga kami di Pondok-Pinang saja. Entah kenapa daku dan Ibu tidak merasa berat. 

Alhamdulillahnya keluarga dan teman2x kakak dan daku bergantian hadir. Kehadiran mereka menguatkan dan meringankan beban pikiran kami. Dukungan moral ternyata sangat membantu. 

--oo00oo--

 

Tidur di rumah sakit memang lelah tetapi ada caranya agar mengurangi lelah tersebut. Sudah 30 hari kakak 'Satria' dirawat di RS.Otak ini masih "to be continue". Saat ini sedang mencari tau apakah Gamma Knife ditanggung oleh BPJS atau tidak dengan klinis pineoblastoma ????

 

Salam hangat Blogger Rusuh berambut undercut Andri Mastiyanto

email : mastiyan@gmail.com 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun