Deskripsi : Akademi Menulis PLN - Kompasiana memberi kesempatan kepada 20 pemagang dari garda terdepan PT.PLN didunia kehumasan untuk mengenal ilmu jurnalistik dan new media I Sumber Foto : Andri M
Sosok itu berdiri dengan wajah yang terlihat tegang. Screen, infocus, Laptop dan pointer menjadi temannya. Getaran tubuhnya nya terasa walaupun ia sembunyikan. Daku (saya/aku) yang melihat pun tersenyum kecil. Ketegangan itu bisa disembunyikan tetapi auranya tidak.
Daku Menatap dan mendengarkan sosok itu berbicara didepan kami para audiens dan 3 (tiga) juri di ruang Dipenogoro. Ketika mendengarkan sosok itu berbicara, daku berada di sebuah ruangan yang diperkirakan berukuran 3 x 5 meter. Ruangan tersebut merupakan bagian dari Bangunan PT PLN (Persero) Udiklat Jakarta .
PLN dan Kompasiana berkerjasama mengadakan sebuah kegiatan inspiratif bertajuk “Akademi menulis PLN – Kompasiana”. Sosok itu salah satu dari 20 (dua puluh) orang pemagang yang beruntung mendapatkan kesempatan mempelajari ilmu jurnalistik dan New Media. Program ini kedepannya diharapkan dapat menjadi bekal para pemagang yang merupakan pengampu tugas humas PT.PLN di garda terdepan.
Kompasianers sebutan bagi blogger yang menulis di platform Kompasiana diberi kesempatan menyaksikkan langsung proses sessi penjurian final / Coverage Akademi MenulisPLN - Kompasiana. Daku merupakan salah satu kompasianers yang mendaftar di kegiatan yang inspiratif ini. Sessi penjurian final / Coverage Akademi Menulis PLN - Kompasiana diselenggarakan pada Senin, 25 April 2016 bertempat di Udiklat PT.PLN, Jakarta.
Masih banyak masyarakat yang menganggap menulis itu sulit. Menurut daku menulis itu tidak sulit karena itu sama mudahnya dengan menggunakan sendok dan garpu. Ketakutan bahwa tulisan akan dianggap jelek oleh orang lain merupakan salah satu alasan sesorang enggan menulis apa yang dialami dan menguploadnya di dunia maya. Diary / catatan pribadi bisa menjadi solusi untuk memulai menulis.
Akademi Menulis PLN - Kompasiana
Akademi Menulis PLN - Kompasiana ini apabila daku lihat sebagai cara PLN bagi para SDM Kehumasan untuk melatih dan memahami penulisan yang baik dan benar serta mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu bagaimana tulisan memiliki daya tarik dan pemagang nantinya berperan sebagai blogger dalam memberikan informasi. Para pemagang ini sebagian besar adalah garda terdepan PLN dalam bidang kehumasan.
Kegiatan inspiratif ini kerjasama antara PLN dan Kompasiana. Kompasiana merupakan sebuah platform tempat dimana para blogger dapat meletakkan tulisannya. Sejatinya Kompasiana seperti Blogspot dan Wordpress tetapi ada kelebihan lain di Kompasiana yaitu Share & Connecting. Kompasiana bagaikan forum bagi para blogger untuk berkumpul yang diwadahi dalam sebuah platform. Tiga ratus ribu member lebih merupakan angka yang luar biasa, itu kenapa menurut daku membuat PT.PLN tertarik merangkul Kompasiana sebagai patner.
Akademi Menulis PLN merupakan pelatihan menulis. Kegiatan ini dimulai dari pelatihan offline pada tanggal 18 - 19 april 2016. Kemudian praktik offline 20 - 21 April 2016. Setelah pelatihan dan praktik offline di lanjutkan dengan praktik online 22 - 23 April 2016.
Dedengkot Kompasiana yang kami (kompasianers) sebut 'Admin K' menjadi mentor bagi para pemagang. Dari para pemagang daku mendengar mereka di mentori Pepih Nugraha, Iskandar Zulkarnaen, dan Narulloh. Tidak hanya para admin, adapula sesepuh Kompasianers seperti Gapay Sandy, Hilman Fadjrian dan Fakrian Hidayat. BIsa jadi ada mentor lain yang dihadirkan Kompasiana bagi para pemagang yang pastinya berlevel suhu.
Banyak ilmu yang bisa didapatkan pemagang dari para mentor seperti ; mind mapping, pengenalan blog, Online Writing dengan kiat menulis cepat-menarik dan bermanfaat, Key Opinion Leader (KOL), Photoblogging & Videoblogging, story telling, foto essai, dan ilmu lainnya seputar menulis. Mendengar cerita mereka sebetulnya daku merasa iri, kapan para Kompasianers mendapat kesempatan !!! ...
Selain belajar di kelas, mereka para pemagang diberi kesempatan mengekplorasi diri sebagai penulis dengan mencari bahan tulisan di pasar Pal merah, Bentara Budaya, lingkungan office kompasiana dan Kompas Gramedia Group. Pada saat momen tersebut mereka juga didampingi para mentor menjelajah mencari berita.
Penjurian / Spot Check 'Akademi Menulis PLN'
Pada saat penjurian berlangsung para pemagang Akademi Menulis PLN - Kompasiana dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok dan diuji oleh juri yg sudah berkompeten seperti Pepih Nugraha (COO Kompasiana), Iskandar Zulkarnaen (Ass. Manager Kompasiana), Nurulloh (Editor Kompasiana), Hilman Fajrian (Praktisi dan Kompasianer), Fikria Hidayat (Redaktur Konten Multimedia KOMPAS.com) dan pihak Udiklat PT.PLN.
Daku mendapatkan kesempatan satu ruangan dengan Pepih Nugraha yang lebih dikenal dengan panggilan Kang Pepih. Ruangan tersebut bernama "Dipenogoro" salah seorang pahlawan nasional. Terdapat tiga ruangan untuk penjurian yang diambil juga dari nama pahlawan nasional antara lain ; Teuku Umar, Imam Bonjol dan Diponegoro.
Sesuatu yang luar biasa berada di kegiatan ini, dimana daku bisa melihat bagaimana para staff PLN yang beruntung menjadi seorang Kompasianers. Sebagian besar dari mereka baru mengenal dan menggunakan Kompasiana. Ada yang sudah pernah memiliki blog seperti blogspot dan wordpress tetapi cendrung terbengkalai. Dari pernyataan mereka ketika mengikuti pelatihan ini, mereka seperti mendapat ilham untuk mencintai dunia penulisan.
Sosok itu yang daku sebutkan sebelumnya adalah seorang pemagang bernama Muhammad Taufiq. Dia lah pemagang pertama di ruang penjurian 'Dipenogoro' yang mempresentasikan apa yang dia tulis selama di Kompasiana dan apa yang dia dapat selama pelatihan ini. Taufiq merupakan Assistant Manager di PLN Sektor Pembangkitan Keramasan.
Di awal presentasi sosok itu memperlihatkan tulisan yang sudah di upload di Kompasiana. Terdapat empat judul yang sudah rilis yaitu ; Saatnya PLN Rangkul Netizen, Karyawan PLN Bukan Superman, Kartini Itu bernama Tiara, dan Kompasiana My New Starting Point. Apabila melihat dari judul-judul tulisannya akan membuat pembaca tertarik mengklik artikelnya.
Sosok itu mengungkapkan bahwa dirinya baru pertama kali menggunakan Kompasiana. Dia bercerita bahwa sungguh mendapatkan ilmu yang bermanfaat selama pelatihan 'Akademi Menulis PLN - Kompasiana'. Lidahnya bergetar dan berucap "Menulis itu tidaklah mudah, terutama bagi saya yang 'moody'. Untuk menuliskan kata pertama di laptop susahnya minta ampun. Pikiran harus fresh dulu, dulu saya punya blog http://opisnotdead.blogspot.co.id/ bisa tetapi saya tidak produktif dan pengunjungnya sedikit. Pada saat saya menggunakan Kompasiana melihat jumlah pengunjung akun Kompasiana begitu banyak (ratusan) / artikel, itu yang membuat saya semangat menulis lagi" ujar sosok itu.
Apa yang dirasakan Sosok itu sama seperti 4 (empat) pemagang lainnya yang daku dengar presentasinya apakah itu di ruang Dipenogoro ataupun Teuku Umar. Mereka merasa muncul semangatnya menulis ketika menggunakan Kompasiana. Bahkan ada salah satu peserta bernama Suargina yang baru menggunaakan social media dan smartphone berjenis touchscreen pada saat pelatihan "Akademi Menulis Kompasiana - PLN". Dengan kegiatan ini Suargina terpacu untuk mengakrabkan diri dengan social media dan Kompasiana. Dua tahun lagi Suargina akan pensiun, kegiatan ini begitu berharga bagi dirinya.
Ketika Daku Bertanya sebagai Kompasianers
Sosok itu dingatkan oleh dewan juri "Posisi tubuh anda sebagai orang yang presentasi kurang tepat, sebaiknya jangan disebelah kiri tetapi sebelah kanan audiens. Karena ketika anda menggunakan pointer, anda akan membelakangi audiens" Dia pun merubah posisi berdirinya mengikuti anjuran yang disampaikan.
Pertanyaan pertama pun daku sampaikan setelah dewan juri bertanya dan memberi penyataan. Daku mengucap dengan mic hitam ditangan sambil menahan getar. Daku memiliki masalah di syaraf sehingga daku mudah tremor, mungkin karena pada saat kecil mengalami trauma kepala berat dan koma. Pertanyaan yang daku sampaikan merupakan pertanyaan yang mendasar sebagai seorang Kompasianers.
Daku bertanya "Sebelumnya mas menggunakan Blogspot lalu kemudian menggunakan Kompasiana. Dengan Kompasiana, mas merasa nyaman karena banyak pengunjung artikel yang membaca dibandingkan saat menggunakan Blogspot. Bagaimana mas memandang Kompasiana sebagai wadah ???? ..... Karena saya bergabung di tujuh group Blogger seperti ; Film, Kuliner, Netizen, dan lainnya. Ketika bertemu para blogger di group tersebut ada saja yang bertanya apa untungnya menulis di Kompasiana, emang lu dapet duit dari sana !!! ... karena saat ini saya hanya menulis di Kompasiana"
Bangkit perwakilan Kompasiana sebagai MC di ruangan Dipenogoro langsung mempersilahkan sosok itu (Muhammad Taufiq) untuk langsung menjawab. Raut muka tegang masih terlihat di wajahnya. Gugup dengan memegang erat mic hitam yang diserahkan Bangkit kepadanya.
Suaranya dengan sedikit bergetar mulai terdengar dan menjawab pertanyaan dari daku "Saya merasa nyaman menulis di Kompasiana, di Kompasiana tidak ada batas antara senior dan junior. Dialognya enak resmi dan bisa santai. Pada saat berkomentar jarang ada yg negatif, masukannya bagus-bagus, . Tidak ada seleb blognya, para senior juga tidak merasa celebritis. Untuk itu saya saat ini saya lebih memilih Kompasiana karena perlu iklim yang sehat dan positif itu. Diluar terlalu berat, apalagi masih baru belajar menulis. Kompasiana mampu memberi motivasi saya menulis. Menurut saya diluar Kompasiana masih terlalu berat, apalagi saya masih baru sehingga bisa menurunkan motivasi. Apabila budaya menulis saya sudah muncul dan konsisten, baru saya akan mencoba menulis di luar Kompasiana " jawab sosok itu.
Menurut daku itu sebuah jawaban yang wajar. Daku mengangukkan kepala atas jawaban dari sosok itu. Pria yang terlihat rendah hati, sopan, dan tidak sombong. Di akhir presentasi dia memberikan senyuman kepada para juri dan Kompasianers yang hadir.
Jawabannya memberikan gambaran bagi kami Kompasianers yang hadir bahwa Kompasiana mampu memberikan motivasi, tambahan ilmu, dan iklim menulis yang positif. Apa yang terjadi terhadap banyak Kompasianers bahwa ketika mereka sudah memiliki budaya menulis maka kemudian mengarah pada mengeksplorasi platform blog lainnya. Apakah itu salah !!!! ..... Tidak ada yang salah, banyak dari Kompasianers yang memiliki blog pribadi tetap pula menulis di Kompasiana. Memang untuk di Kompasiana tidak tersedia widget atau tools pesan iklan / sponsor di platform ini.
----oo00oo----
Setelah sessi penjurian selesai, kami pun dipandu menuju ruang dimana akan diumumkan pemenang check point "Akademi Menulis PLN-Kompasiana". Emilia Tobing diumumkan menjadi pemenang kegiatan ini. Senyum merah merekah terlihat dari mukanya. Sambil berjalan menuju tempat duduknya kembali, daku mencegat dirinya untuk mengabadikan momen ini.
Kegiatan yang bertajuk "Akademi Menulis PLN - Kompasiana" merupakan kegiatan yang inspiratif yang dapat memicu Badan Usaha / institusi / lembaga pemerintah lain untuk meniru. Pelatihan seperti ini akan meningkatkan kemampuan SDM PT.PLN dibidang kehumasan. Kehumasan saat ini di Badan Usaha / Institusi / lembaga Pemerintahan tidak hanya sekedar pengumuman dan protokoler.
Bila daku lihat dan baca artikel para pemagang banyak membahas tentang pelayanan PT.PLN. Hal ini bagus bagi PT.PLN karena masyarakat makin banyak terpapar informasi. New Media Era sudah tidak bisa dihindarkan dan komunikasi ala Netizen juga perlu di adaptasi oleh Badan Usaha / Institusi / Lembaga Pemerintah agar mendekatkan kepada masyarakat modern.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H