Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Festival Perempuan Menyambut Hari Kartini di Grand ITC Permata Hijau

14 April 2016   20:01 Diperbarui: 15 April 2016   08:53 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Deskripsi : Festival Perempuan diadakan untuk menyambut Hari Karini I Sumber foto : Andri M"][/caption]

Hari sabtu (9/4/16), daku (saya/aku) menjejakkan kaki di Grand ITC permata Hijau, Jakarta Selatan. Awalnya daku datang berkeliling melihat-lihat barang yang dijual disana. Namanya saja ITC, banyak yg mengenal dengan mall nya para warga menengah kebawah. Tetapi yang rada aneh kenapa penggunaan kata Grand di depan kata ITC untuk Grand ITC Permata Hijau ini ??

Bisa jadi karena Grand ITC Permata Hijau memiliki kelebihan dari ITC lainnya, seperti koridor yang lebih lebar, berintegrasi dengan apartemen, terletak di lokasi yg strategis sehingga mudah dijangkau dari berbagai lokasi, tetapi itu baru perkiraan dari daku.

[caption caption="Deakripsi : Orang tua begitu antusias mendandani anak mereka di lomba tari di Festival Perempuan I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

Pada saat menyelusuri lantai dua, daku melihat kerumunan anak-anak belia dan ABG yang menggunakan kostum-kostum nusantara dan kostum modern. Ini pada mao ngapain ucap dalam diri. Mondar-mandir sekitar 30 menit daku melihat-melihat gerak-gerik mereka. Yang membuat daku tertarik yaitu bagaimana para IBU begitu sigap membantu anaknya menggunakan kostum dan begitu telaten menyiapi segala kebutuhan serta menyuapi makanan. kejadian yang daku lihat itu mengingatkan kembali ke masa lalu ketika daku menggunakan kostum jawa di Hari Kartini.

Memori daku menyangkut kostum daerah anak-anak itu ternyata bener. Apa yang mereka lakukan untuk menyambut Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April. Yang membedakan untuk acara yang diselenggarakan di Grand ITC Permata Hijau menggunakan label Festival Perempuan. Ya mungkin ada sisi dari segi yang lain kenapa menggunakan label "Festival Perempuan".

Festival Perempuan merupakan acara untuk menyambut Hari Kartini maka sebaiknya daku harus mencari tau siapa itu R.A Kartini. Udah lama daku tidak membaca buku sejarah. Mungkin lebih sering keliling kota jadi lupa dengan sejarah. Padahal dahulu pada saat masih Taman Kanak-Kanak (TK) & Sekolah Dasar (SD), Ibu daku begitu sigap menampilkan ketampanan daku menggunakan baju adat jawa.

 

Raden Ajeng Kartini dan Hari Kartini

Pemilik nama lengkap Raden Adjeng Kartini ini berasal dari kelas bangsawan Jawa, seorang putri Raden Mas Sosroningrat, bupati Jepara pada saat itu itu. Kartini lahir dari keluarga ningrat Jawa dan orang menyebutnya darah biru. Ayahnya, R.M.A.A Sosroningrat mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Ibunya bernama M.A. Ngasirah putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono seorang guru agama di Teluwakur, Jepara.

[caption caption="Deskripsi : Raden Ajeng Kartini sosok pahlwan emansipasi wanita Indonesia I Sumber Foto : Pos Indonesia."]

[/caption]

Lengkap ke Priyayian Kartini dari bibit, bebet, bobot dari darah yang mengalir. Pada masa itu darah / keturunan sangat mempengaruhi posisi atau golongan seorang Pribumi. Pribumi pada saat masa penjajahan Belanda merupakan Kasta ketiga setelah Belanda / Eropa dan Pedagang Asia. Berbeda dengan seorang Pribumi yang memiliki darah biru (ningrat), mereka memiliki kasta yang mendekati bangsa Eropa.

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara baik saudara kandung dan maupun saudara tiri. Pada zaman itu pejabat pribumi mempunyai kecendrungan memiliki istri lebih dari satu. Memiliki jumlah anak yang berjumlah belasan pada masa itu seperti hal yang biasa. berbeda dengan saat ini, apabila memiliki anak 4 (empat) saja sudah dibilang banyak.

Kartini merupakan anak perempuan tertua. Kartini bersekolah di ELS (Europese Lagere School) sampai usia 12 tahun dan salah satu mata pelajarannya adalah bahasa Belanda. Ia mulai belajar menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda, diantaranya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya melalui buku-buku, koran, dan majalah Eropa.

Oleh orangtuanya, Kartini di nikah kan dengan Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya ternyata menyokong kegemaran istrinya, ia mempersilahkan Kartini untuk mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Kartini memiliki Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beliau meninggal beberapa hari setelah melahirkan anaknya tersebut, tepatnya tanggal 17 September 1904. Kartini menghembuskan nafas terakhirnya di usia yang masih terbilang muda yaitu pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, Jawa Tengah.

Apa yang membuat Kartini begitu dikenal dan hari lahirnya dijadikan hari Kartini ? .... bisa jadi karena Kartini sangat tertarik pada kemajuan berpikir perempuan-perempuan di Eropa, hingga muncullah keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi dimana pada masa itu berada pada status sosial yang rendah. Surat-surat Kartini sebagai hasil korespondennya dengan beberapa rekan sahabatnya di Eropa kemudian dijadikan sebuah buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

 

Festival Perempuan

Lantai 2 (dua) menjadi pusat penyelenggaraan perdana Festival Perempuan. Sosok-sosok mungil berkeliaran dilantai tersebut. Tidak sekedar berkeliaran mereka menggunakan busana yang warna-warni dengan corak yang beragam. Busana adat tradional dan modern tradisional hilir mudik berjalan didepan diri daku.

[caption caption="Deskripsi : Alat yang digunakan oleh peserta workshop membantik I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

Festival Perempuan ini untuk meyambut Hari Kartini di bulan April, dimana acara ini menggelar pameran kebutuhan perempuan dan mengadakan kegiatan kerajinan tangan seperti mencanting Batik dan membuat kerajinan Quilting. Festival Perempuan diadakan mulai tanggal 9 – 24 April 2016 bekerjasama dengan Maharani Fitri Organizer sebagai penyelenggara event dan pameran, Sanggar Batik Ibu Hartini dan Pesona Perca Nusantara.

[caption caption="Deskripsi : Peragawan & Peragawati menampilkan koleksi Batok Nusantara I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

[caption caption="Deskripsi : Peragawan dan Perawati menampilkan Batik Couple I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

Dalam opening Festival Perempuan ini juga mengadakan Fashion Show Batik koleksi  dari tenant yang berada di Grand ITC Permata Hijau di antaranya Toko Pundi Mas, Batik Pekalongan Putri Salin, Gema Batik dan Nazuras. Model-model yang dihadirkan tidak seperti pragawan & pragawati yang sering daku lihat di TV ataupun dimana daku melihat fashion show. Look dan Penampilan mereka Indonesia banget. Nggak ada yang bermuka bule ataupun campuran. Bahkan ada model pria yang daku lihat setinggi daku dikisaran (165 s/d 168 cm).

[caption caption="Deskripsi : Para senior belajar kerajinan perca, tidak ada kata tua untuk belajar I Sumber foto : Andri M"]

[/caption]

Disudut-sudut sisi catwalk daku melihat para ibu dan remaja yang tertarik dalam dunia perca sedang belajar merangkai jahitan perca berkonsep bunga. Disebelahnya terdapat seorang pria dimana didepannya terlihat beragam alat untuk membatik. Daku melihat seorang pria dengan wajah kalem membagi-bagikan selembaran yang berisi jadwal untuk meramaikan Festival Perempuan in, daku pun meminta untuk bahan ngeblog. Terdapat beberapa acara di selembaran tersebut :

  1. Lomba Tari Daerah dan Kreasi Tgl 9 April 2016
  2. Belajar Membatik  tgl 9 sd 24 April 2016
  3. Workshop Quilting Membuat Sejuta Bunga tanggal 10 & 17 April 2016
  4. Music Percussion tanggal 16 – 17 April 2016
  5. Beauty and Hijab Class with Zoya tanggal 17 April 2016
  6. Lomba Busana Nusantara dan Profesi Tanggal 23 April 2016
  7. Lomba mewarnai Batik Tanggal 24 April 2016

[caption caption="Deskripsi : Peserta Lomba Tari Kreasi Tradisional I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

[caption caption="Deskripsi : Kreasi Kostum yang ditampilkan tidak selalu tradisional I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

Pada saat lomba tari tradisonal berlangsung daku senyum-senyum kecil. Bagaimana ekpresi polos anak-anak itu begitu membuat hiburan bagi daku. Memori yang terulang kembali pada saat daku masih TK dan SD. Senyum para orang tua yang mengantarkan begitu terlihat bahagia dalam gurat wajah mereka. Aura itu terpancar, bahwa sebetulnya mereka tidak mengejar juara tetapi bagaimana anaknya dapat ikut acara. Terdapat 18 kelompok yang menampilkan kebolehannya. Lomba tari terdiri dari 4 (empat) Kategori yaitu ; kategori kelas 1 s/d 3, kategori kelas 4 s/d 6, kategori dibawah 15 tahun dan Kategori diatas 15 tahun. 

Nah ini dia mungkin alasannya kenapa menurut daku  tidak menggunakan label "Perayaan Hari Kartini" tetapi memilih "Festival Perempuan" karena penggunaan label "Hari Kartini" berkonotasi lomba anak-anak saja. Dengan menggunakan label "Festival Perempuan" para perempuan dan pria dewasa juga dapat ikut menikmati acara tersebut. Daku sebagai seorang pria pun turut menikmati acara tersebut. Fashion show yang dihadirkan tidak hanya khusus perempuan saja tetapi juga pria, penjaga stand belajar membatik pun seorang pria. 

Tidak hanya lomba, ada workshop yg digelar sehingga para pengunjung Festival Perempuan mendapatkan banyak benefit. Dari Anak usia dibawah 15 tahun, usia remaja, kawula muda, usia matang, dan kaum senior dapat menikmati acara ini. Grand ITC Permata Hijau mampu merubah pola pandang masyarakat yg sudah terbentuk kalau Hari Kartini itu harinya lomba busana tradisional anak-anak, itu yang daku rasakan.

[caption caption="Deskripsi : Blogger Pria diantara para wanita I Sumber Foto : Fandy GITC "]

[/caption]

Salam Hangat - Blogger Rusuh - Andri Mastiyanto

Email : mastiyan@gmail

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun