Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Sungai Tidak Dirawat Berujung Air Harus Membeli

27 Maret 2016   07:40 Diperbarui: 28 Maret 2016   20:28 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Deskripsi : Alat berat memberisihkan sampah disertai buih bahan kimia di kali Cipinang, Jakarta Timur I Sumber Foto : kompas.com"][/caption]

Lima tahun lalu saat aku masih tinggal di Jakarta, sesuatu yang menjadi pandangan umum melihat tetangga mondar-mandir pagi hari mengambil air di kamar mandi rumah ku. Itu yang terjadi ketika musim kemarau tiba di Pondok-Pinang, Jakarta Selatan. Rumah orang tua ku di selatan jakarta itu terletak di daerah dengan posisi yang  tinggi di Pondok-Pinang. Daerah tersebut dikenal daerah langganan banjir apabila musim hujan. Daerah yang dilewati oleh sungai pesanggrahan. Walaupun dekat dengan sungai tetapi pada musim kemarau mengalami kesulitan air.

Kepadatan penduduk merupakan jawaban yang tepat, kenapa masyarakat yang tinggal disana mengalami kekurangan air. Rumah orang tua ku saja sampai sulit sinar matahari masuk  kedalam rumah. Karena kanan kiri rumah sudah dipenuhi rumah tetangga yang mulai merenovasi rumah menjulang keatas. Melihat kesumpekan itu, aku akhirnya memutuskan membeli rumah di daerah yang sunyi di Cikeas Udik, Gunung Putri, Bogor dan tinggal disana. 

Keluarga ku beruntung karena sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari menggunakan Jet Pump dengan kedalaman 25 meter di Pondok-Pinang. Rumah ku menjadi langganan tetangga di musim kemarau untuk dimintakan air. Entah kenapa kami diberikan rezeki dari ALLOH SWT tidak kekurangan air. Apabila tidak dituntaskan masalah ini maka Jakarta akan mengalami krisis air.

Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan asupan air ke tubuh, mandi, membilas setelah buang air kecil / besar, mencuci peralatan, mencuci pakaian, dll. Apabila masyarakat kekurangan air akan menimbulkan permasalahan sosial. 

Tetapi ironisnya, manusia sering menyia-nyiakan dan tidak menghargai air sebagai bagian dari penopang kebutuhan hidupnya. Mari kita lihat disungai-sungai disekitar kita dipenuhi sampah, limbah rumah tangga serta industri. Seolah tidak perlu lagi memikirkan masa depan, para perusak sungai itu tutup mata dan telinga terhadap masa depan anak-cucu mereka kelak. Karena kejahatan manusia seperti itu berujung kita tidak bisa menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari dan berujung membelinya.

 

BERSAMA DEMI AIR PALYJA

Menyambut Hari Air Dunia 2016 yang jatuh setiap tanggal 22 Maret, PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA), operator penyediaan dan pelayanan air bersih untuk wilayah Barat DKI Jakarta, mengkampanyekan “Bersama Demi Air”.  Kampanye ini guna mendorong kebersaamaan menjaga ketersediaan air Jakarta. Hal ini Sejalan dengan tema Hari Air Dunia tahun ini “Water and Jobs”.

[caption caption="Deskripsi : Budi Susilo (Direktur Costumer Service PALYJA) menyampaikan permasalahan air baku dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta. I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

Bapak Budi Susilo (Direktur Customer Service PALYJA) di acara Kompasiana Nangkring dan PALYJA, Senin (21/03/2016),menjelaskan "Ketersediaan air bersih di Jakarta semakin sulit didapatkan. Tiga belas sungai yang berada di Jakarta, sudah kurang bagus lagi untuk diolah menjadi air bersih. Hal ini disebabkan kandungan deterjen dan keberadaan sampah. Air sungai telah terkontaminasi deterjen dan amonia. Untuk itu harus melalui pemrosesan agar dapat digunakan oleh masyarakat" ucapnya

Perusahaan operator air bersih tidak diperkenankan mengolah air yang bersumber dari air tanah. Hanya air permukaan seperti air sungai atau air waduk saja yang bisa digunakan sebagai sumber air baku. Bagaimana masyarakat bisa mendapatkan air bersih apabila air baku permukaan sudah tercemar. Untuk itu perlu peran masyarakat menjaga air sungai agar layak dijadikan air baku.

PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) hadir di Jakarta untuk meningkatkan penyediaan dan pelayanan air bersih kepada masyarakat di wilayah Barat DKI Jakarta sejak 1 Februari 1998. Ternyata PALYJA sudah melalui 25 tahun kerjasama dengan PAM Jaya. PALYJA merupakan bagian dari SUEZ ENVIRONNEMENT, lini usaha Grup GDF SUEZ – Perancis, yang bergerak di bidang: air, pelayanan limbah, peralatan terkait yang penting bagi kehidupan sehari-hari dan pelestarian lingkungan; dan juga merupakan bagian dari PT Astratel Nusantara, lini usaha Grup ASTRA – Indonesia yang bergerak di bidang infrastruktur.

[caption caption="Deskripsi : Ibu Meyritha (Corpoorate Communication & Social Responsibility Division Head) mengulas tentang pencapaian PALYJA I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]Menurut Ibu Meyritha sebagai Corporate Communication and Social Responsibility Division Head "sejak tahun 1998 PALYJA telah berhasil meningkatkan akses air bersih menjadi lebih dari 404.769 sambungan melalui air perpipaan di wilayah Barat Jakarta. Saat ini PALYJA telah melayani lebih dari 3 juta masyarakat Jakarta yang tinggal di wilayah barat sungai Ciliwung. Peningkatan populasi yang terlayani mencapai 2 kali lipat sejak tahun 1998 yang melayani hanya 1,5 juta orang" pada saat sessi tanya jawab dengan para blogger di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pejompongan, jakarta. 

[caption caption="Deskripsi : Air Baku yang di olah di IPA Pejompongan I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]Saat ini, baru 60 persen warga Jakarta yang mendapatkan akses air bersih melalui air perpipaan. Sekitar 40 persen penduduk Jakata belum mendapatkan akses air bersih perpipaan yang memenuhi persyaratan kualitas air berdasarkan Permenkes No.492/201. Sehingga  masih banyak masyarakat mengkonsumsi air tanah yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan. 

Dari peningkatan jumlah pelanggan yang naik 2 kali lipat, pertumbuhan pelanggan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sangat signifikan. Sejak tahun 1998 masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang mendapatkan pelayanan air perpipaan lebih dari 8 kali lipat, dari 60.000 penduduk menjadi lebih dari 500.000 penduduk.

 

Permasalahan Ketersedian Air Baku

UUD 1945 menyatakan, Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan” (Pasal 33 Ayat 1); ”Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara” (Pasal 33 Ayat 2); ”Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat

Air disebutkan secara jelas dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kenapa masyarakat harus membeli !!!! .... Semua itu hanya angin surga yang diimpikan para penggagas dan pendiri republik ini. Sementara yang berjalan dan dipraktikkan sampai hari ini, yaitu sistem ekonomi yang dualistik.

Apakah perusahaan pengolah air bersih yang melakukan kerjasama operasional (KSO) patut disalahkan? ..... menurut ku pemerintah lah yang memiliki tanggung jawab ini, karena negara  yang disebutkan dalam Undang-Undang. Dahulu KSO ini dijalankan pada akhir era 90an karena ketidakmampuan pemerintah daerah mengurus pengelolaan air dan kenudian dilimpahkan ke swasta.  Berujung mengalirkan uang negara kepada perusahaan tersebut untuk mengolah air baku menjadi air bersih. Seharusnya pemerintah boleh membeli jasa dan tehnologinya kepada pihak asing, tetapi negara harus memberikan air kepada masyarakat seperti udara yang dihirup. 

Sumber air baku memegang peranan yang sangat penting dalam industri air minum. Air baku atau raw water merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih. Air baku berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Sumber air baku bisa berasal dari sungai, danau, sumur air dalam, mata air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau air laut.

Berdasarkan studi PAM JAYA ketahanan air di Jakarta sekitar 3 %, Dimana penduduk yang tinggal di Jakarta sebanyak 10 juta dengan kebutuhan air bersih 100 liter / hari / orang. 26.100 liter/detik kebutuhan air di jakarta dimana hanya 17.000 liter / detik kebutuhan air bersih yang dapat dipenuhi oleh operator air bersih. Sehingga defisit air bersih yang harus dipenuhi sebesar 9.100 liter / detik.

Menyediakan air bersih bukanlah perkara mudah. Kualitas air permukaan untuk dijadikan air baku di Jakarta sering kali tidak memenuhi standar. Buktinya, sumber air baku dari dalam kota Jakarta hanya 5,7% dari total air baku yang dibutuhkan Palyja sebagai salah satu operator penyedia air bersih di Jakarta. Air baku untuk wilayah Jakarta diperoleh dari Kali Krukut sebanyak 4% dan Cengkareng Drain sebanyak 1,7%. Sedangkan 94,3% air baku lainnya bersumber dari luar Jakarta, yaitu dari Waduk Jatiluhur 62,5%, Instalasi Pengolahan Air (IPA) Serpong 31%,  dan IPA Cikokol 0,8%.

Ada beberapa tantangan untuk mendapatkan air baku dan memberikan air bersih bagi masyarakat yang dihadapi PALYJA. 

  • Tambahan air baku dan peningkatan kualitas air baku yang ada saat ini.
  • Pengembangan dan peningkatan distribusi jaringan.
  • Penanganan tindakan ilegal.
  • Sinergi dengan multistakeholder.

[caption caption="Deskripsi : Air Baku yang diterima oleh PALYJA dengan membelinya I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]Air baku yang didapatkan oleh PALYJA di IPA Pejompongan ternyata membeli, walaupun itu masih belum air bersih, keruh , dan kotor. Masih perlu mengalami proses pengolahan terlebih dahulu untuk menjadi air bersih yang bisa dikirimkan ke rumah-rumah pelanggan PAM JAYA. 

Pipa yang mengalir juga menjadi masalah tersendiri. Masih banyak terdapat pipa-pipa tua yang digunakan menjadi jalur distribusi air bersih ke masyarakat . Pada tahun 2016 terdapat 20 km jaringan yang harus direhabilitasi dan terdapat 32.000 titik kebocoran ditangani. Tidak hanya itu terdapat 3.100 penyalahgunaan dan 1.900 kasus sambungan ilegal. Untuk tahun 2016 PALYJA melalukan upaya rehabilitasi, menyelesaikan permasalahan dan menutup kebocoran tersebut. PALYJA dan Pemerintah DKI untuk menangani tindakan ilegal pencurian air menyusun MoU bersama Polda untuk proses penindakan bagi pelaku pencurian air.

*****

Masalah perpipaan berkarat karena umurnya yang sudah tua sebaiknya dicari solusinya. Pipa - pipa tua inilah yang menimbulkan air dari instalasi pengolahan air (IPA) tidak dapat langsung di komsumsi oleh pelanggan PAM JAYA, harus dimasak terlebih dahulu. Semakin banyaknya jumlah manusia yang membutuhkan pasokan, membuat pemerintah berinvestasi lebih besar untuk membangun jaringan perpipaan baru.

Untuk menjaga kelesterian air baku dan mendapatkan air bersih yang layak, sebaiknya masyarakat bersama-sama menjaganya. Jangan membuang sampah di sungai dan mengurangi penggunaan unsur kimia yang membuat air baku kualitasnya berkurang.

#Bersama Demi Air

[caption caption="Deskripsi : Bersama Demi Air I Sumber Foto : Kompasiana"]

[/caption]

[caption caption="Deskripsi : Kompasianer mengunjungi Instalasi Pengelolan Air (IPA) PALYJA, Pejompongan I Sumber Foto : Indah Noing"]

[/caption]

 

Salam hangat Blogger Rusuh - Andri Mastiyanto

email : mastiyan@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun