Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Festival Film Pendek Indonesia Mendorong Anak Muda Berkarya

27 Januari 2016   23:04 Diperbarui: 27 Januari 2016   23:47 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Deskripsi : Festival Film Pendek Indonesia 2015 I sumber foto : Andri M"][/caption] 

Menggunakan jaket outdoor waterproof berwarna merah menyala aku menembus Jakarta untuk menyaksikan pengumuman pemenang Festival Film Pendek Indonesia (FPPI) 2015. Hari jum'at, 22 Januari 2015 pukul 14.00 aku meluncur dari tempat ku di Cibubur menuju Grand Indonesia, west mall, yang berlokasi di area Bundararan Hotel Indonesia. Moda transportasi yang aku gunakan adalah kendaraan umum yaitu mikrolet dan Trans Jakarta.

Setibanya di Galeri Indonesia Kaya dengan nafas yang tersengal-sengal karena berjalan cepat karena takut terlambat, aku langsung menuju ke pintu gerbang. Ternyata ada seorang wanita tinggi semampai dengan menggunakan jas wanita yang slimfit langsung mendekati ku dan berkata "Mas dari kompasiana kan, aku ingat" sambil dia menunjukkan jarinya kepada ku.

"Silahkan tandatangan disini dan ini voucher untuk makan setelah acara selesai" berbicara sambil menyerahkan voucher. Dalam pikiran ku berkata "wuiiihhh orang udik kayak gue ada yang inget, cakep lagi yang inget". Ternyata wanita ini yang pernah menyerahkan hadiah voucher di studio Kompas TV pada saat acara Big bang Show dan sempat memotret ku sebagai bukti serah-terima.

Tanpa berniat meneliti, aku melihat dalam daftar hadir ternyata banyak peserta kompasianer yang terdaftar menyaksikkan acara ini masih banyak yang belum hadir. Sungguh sangat disayangkan, karena nama mereka ada dalam daftar peserta pastinya juga menyisihkan pendaftar yang lain. Ada baiknya apabila tidak sempat hadir mengkomunikasikan kepada pihak pengelola Kompasiana beberapa hari sebelumnya agar dicarikan penggantinya.

Dengan langkah cepat tanpa melihat kanan-kiri, akupun masuk ke area Galeri Indonesia Kaya. Karena saking terburu-buru aku sempat kebablasan melewati Auditorium tempat dilaksanakan screening film dan pengumuman pemenang. Auditorium tersebut mirip tempat pertunjukkan theater dengan undak-undakkan dimana para penonton duduk. Warna merah mendominasi ruangan ini dimana didepan tempat duduk penonton terdapat 3 (tiga) layar untuk pemutaran video / penayangan film. Pada saat masuk aku sempat berpapasan dengan mbak Roxanna R Silalahi (Public Relation KOMPAS TV) yang acapkali mendampingi nobar yang diselenggarakan Kompas TV.

Kenapa aku begitu tertarik untuk menyaksikan pengumuman pemenang FFPI 2015 karena diacara tersebut aku bisa menyaksikan film-film pendek hasil karya anak muda Indonesia dari Sabang sampai Marauke. Film-film pendek acapkali aku tonton di Youtube, ada yang memberi makna, pengetahuan, imajnatif bahkan ada yang komedi. Banyak sekali hasil karya anak muda Indonesia yang memang berkualitas tidak kalah dengan sineas yang profesional. 

 

PROSES PENJURIAN DAN SCREENING NOMINATOR FPPI 2015

Berdasarkan siaran pers yang aku terima pada saat tiba dilokasi, penyelenggaraan FPPI 2015 sudah dilaksanakan  sejak 1 oktober 2015 hingga 18 Desember 2015 lalu. Sedangkan untuk penjuriannya dilaksanakan tanggal 18 januari 2016  di ruang Emerald, Gedung Kompas, kawasan Palmerah, Jakarta Barat. Kriteria penjurian yang digunakan yaitu melihat teknik pengambilan gambar, penyuntingan, ide cerita dan juga kesesuaian tema. Penjurian itu sendiri dilakukan oleh Angga Dwimas Sasongko (Sutradara peraih Piala Citra 'Hari Untuk Amanda', dan 'Cahaya Dari Timur : Beta Maluku') dan juri lainnya. Mereka para juri saling berdiskusi dan sepakat memilih pemenang dari dua kategori yaitu Kategori umum / mahasiswa dan Kategori pelajar.

FPPI 2015 berujung pada hari jum'at tanggal 22 januari 2015 dimana kami para blogger Kompasiana dan media diberi kesempatan untuk menyaksikan sepuluh film pendek terbaik di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia yang dimulai pada pukul 17.15 WIB. Terdapat 200 film yang masuk, tetapi hanya 10 film yang lolos di dua kategori utama yaitu umum / mahasiswa dan pelajar dimana 80% finalis berasal dari luar Jakarta.

[caption caption="Deskripsi : Komik Nobar I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

FPPI 2015 diselenggarakan oleh Kompas TV dengan mengusung tema "Indonesia Kebanggaanku". Kompasiana memberi tajuk untuk FPPI 2015 dengan sebutan Nobar Kompasianers Only Movie enthus(i)ast Klub (KOMIK) FPPI 2015. Acara ini selain di hadiri oleh para Juri juga hadir Bimo Setiawan (Direktur Utama Kompas TV), Anastasia Praditha (News Presenter Kompas TV) sebagai host, David (Comic SUCI 4) mengisi stand up comedy dan perwakilan para finalis yang  diundang oleh Kompas TV.

Sebelum menyaksikan kumpulan film pendek yang terpilih kami dianjurkan menyanyikan lagu kebangsaan INDONESIA RAYA sebagai wujud cinta kita kepada negeri.  Adapun sepuluh film pendek sebagai nominator yang kami saksikan, adalah sebagai berikut:

A. Kategori umum / mahasiswa:

1. Ojo Sok-Sokan di produksi oleh Sebelas Sinema Pictures.
2. Ruwat di sutradarai oleh Bambang C Irawan, di produksi Tanah Hijau Creative.
3. Nilep disutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo, mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY, diproduksi Ravacana Film.
4. Bubar Jalan di sutradarai oleh Fery Fairus Insan, di produksi oleh Rumahku Films dari Kabupaten Garut, Jawa Barat.
5. Opor Operan di produksi oleh Sebelas Sinema Pictures.

B. Kategori Pelajar:

1. Samin Surosentoko di produksi oleh Sanggar Seni Sekar Tanjung.
2. Coblosan di sutradarai oleh Putra Sanjaya dari SMK Kutasari Purbalingga.
3. Kotak Pusaka hasil karya siswa -siswi SMK 51 jakarta.
4. Ali-Ali Setan hasil karya siswa-siswi salah satu Sekolah Menengah di Purbalingga.
5. Surya The School Gangs hasil karya SMK Muhammadiah 1, Temanggung.

Dari kesepuluh film finalis ini sebagian besar merupakan film pendek yang mudah kita cerna. Film-film pendek yang jadi finalis ini menampilkan kehidupan social-budaya masyarakat, imajinatif, komedi, sejarah dan aksi laga. Ada yang hanya cukup berlokasi disebuah kedai makanan "angkringan' dengan 3 (tiga) orang saling mengobrol dan bercanda seperti film "Ojok Sok-Sokan. Film tersebut sebagai pembuka screening film nominator FPPI 2015 dan ternyata  mampu memberi pesan tersirat diakhir cerita. Tidak hanya pesan tersirat tetapi juga memicu gelak tawa penonton di auditorium Galeri Indonesia Kaya. 

Film pendek yang tidak banyak menggunakan ruang, mengandung unsur komedi dan pesan tersembunyi lainnya yaitu "Ali-Ali Setan". Film pendek ini bercerita tentang demam batu akik di Kabupaten Purbalingga yang menimbulkan perseteruan dua murid sekolah dasar yang menjadi korban demam batu akik tersebut. Di akhir scene film digambarkan bagaimana kabupaten Purbalingga mewajibkan PNS menggunakan batu akik. Film ini memberikan kritik sosial dimana terjadi problema ketika  disebuah Sekolah dasar (SD) menerapkan peraturan melarang muridnya menggunakan batu akik, sedangkan disaat yang sama gurunya memakainya "Guru adalah seseorang yang bisa ditiru". 

Tradisi ternyata sesuatu yang menarik bagi pembuat film pendek. Sebuah tradisi membagi bagi makanan di Hari Raya menjadi tema film "Opor Operan". Berawal dari seorang ibu rumah tangga yang memasak opor, kemudian mengantarkan kepada salahsatu tetangganya untuk menjalankan tradisi leluhur. Tidak dikira ternyata tetangga tersebut mengantarkan ke tetangga lainnya, dan kejadian tersebut berlanjut ke tetangga lainnya. Oper-operan masakan opor tersebut akhirnya berujung kepada sang pemasak opor. Aku dapat menangkat pesan dari pembuat film pendek ini, yaitu kejujuran dan berbagi.

Film pendek lainnya yang mengangkat tradisi yaitu Film "Ruwat". Kisah seorang anak berambut gimbal di Wonosobo yang akan mengalami tradisi ruwatan. Dimana dalam tradisi ruwatan apabila tradisi tersebut mau dilaksanakan harus diawali dengan mengabulkan permintaan sang anak gimbal. Ternyata anak gimbal tersebut memendam impian berwisata ke Hongkong, ini yang menjadi masalah bagi kedua orang tua. Berbagai cara dilakukan untuk memenuhi keinginan sang anak, tetapi ada sebuah peristiwa yang membuat anak gimbal tersebut mengurungkan niatnya pergi ke Hongkong yaitu makanan yang berasal dari daging Kodok. 

Tidak hanya bertemakan kehidupan social-budaya, terdapat 2 (dua) finalis film pendek yang menampilkan aksi laga seperti film "The Raid", yaitu film pendek  "Kotak Pusaka" dan "Surya The School Gangs". Film pendek "Kotak Pusaka" mengisahkan seorang remaja belasan tahun yang mempertahankan kotak kayu pemberian kerabatnya. Ketika berada di hutan, kotak kayu tersebut menjadi perhatian 3 (tiga) orang begundal yang ingin memiliki kotak kayu tersebut. Terjadilah kejar-kejaran dan perkelahian yang bisa dibilang pengambilan gambar cukup baik ketika terjadi pengejaran dengan fasilitas peralatan yang seadanya. Sementara film pendek "Surya The School Gangs" mengisahkan seorang pelajar yang ahli beladiri pencak silat, dimana pada sebuah situasi temannya diculik. Dengan bekal kemampuan bela diri silatnya, ia kemudian membebaskan temannya dari penyekapan sebuah geng sekolah yang ternyata pimpinan geng tersebut adalah adik seperguruan dari ayahnya.

Adapula film pendek yang mengkisahkan sejarah sebuah suku di Indonesia yaitu film pendek "Samin". Film tersebut menceritakan kisah kepahlawanan salah satu warga desa dalam masa penjajahan bangsa Belanda di abad XVIII untuk melawan ketidakadilan menyangkut pajak bumi dan penyerobotan lahan. Film pendek tersebut beralur mundur, dimana berawal dari ledekan teman sebaya seorang bocah yang kemudian bocah tersebut mengadu kepada ibunya, dan kemudian ibunya menceritakan sebuah kisah. Film ini menggunakan beberapa lokasi dan jumlah pemerannya lebih dari 5 (lima) orang.

Terdapat pula film pendek yang bercerita menyangkut politik yaitu Film "Coblosan". Berkisah suasana pemilihan kepala desa dan prosesnya. Dimulai dari masa kampanye yang penuh hiruk-pikuk hingga proses pada saat coblosan berlangsung. Akhir dari cerita film pendek dengan terpilihnya Kepala Desa yang menggunakan politik uang. Film pendek ini seperti memberi pernyataan "Kekuasaan dapat dibeli dengan uang"

Sedangkan film pendek bertemakan religi bercampur dengan komedi juga hadir di FPPI 2015 yaitu film "Nilep". Kisah sekelompok anak usia sekolah dasar yang sepakat untuk mengembalikan mainan yang ditilep  dari penjual mainan keliling. Pelakunya adalah dua orang bocah laki-laki yang berani mengutil tetapi takut untuk mengembalikkan. Seorang anak gadis berusaha memaksa kedua bocah tersebut untuk mengembalikkan hasil mengutil / nilep dengan mengucapkan dalil-dalil agama. Karena ketidakberanian kedua bocah tersebut karena takut dihukum atau dipukuli massa maka mereka menggunakan cara yang terbilang cerdas yaitu melalui tukang pos.

Ada yang cukup menjadi perhatian yaitu sebuah film pendek yang terinspirasi pengalaman masa kecil sang sutradara ketika menjadi pemimpin upacara bendera pada saat usia sekolah yaitu film "Bubar Jalan". Dalam film pendek ini dikisahkan seorang anak sekolah dasar yang ditunjuk sebagai pemimpin upacara dikerjai temannya pada saat di toilet. karena dikejar waktu akhirnya dia memimpin upacara dengan perut yang mulas.  Keringat dingin  deras mengucur dari tubuhnya, tetapi dia tetap menjalankan tugasnya.

Pada saat proses penaikkan bendera yang berujung insiden, anak tersebut kehilangan konsentrasi dan disini unsur komedi muncul. Karena kehilangan konsentrasi dia tidak menyadari bahwa Bendera Merah Putih telah sampai puncak tiang bendera. Beberapa kali pembina upacara memberi isyarat bahwa bendera telah sampai puncak. Tanpa sadar malah terjadi kesalahan dimana dia  memberikan perintah "Bubar, Jalan! ". Mendengar perintah tersebut para peserta upacara bubar dari barisannya. 

[caption caption="Deskripsi : Film Pendek Kotak Pusaka I sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

Setelah menyaksikan screening dari masing-masing kategori baik umum dan pelajar, kami para undangan mendengarkan pengumuman pemenang. Adapun pemenang dari masing-masing kategori :

A. Pemenang FFPI 2015 kategori pelajar:

1. Juara Pertama adalah "Surya the School Gangs", mendapatkan hadiah Rp. 6,5 juta dan Kamera Go Pro Hero 3+
2. Juara Kedua adalah "Coblosan", mendapatkan hadiah Rp. 4,5 juta dan Voucher menginap Hotel Santika
3. Juara Ketiga adalah "Samin", mendapatkan hadiah Rp. 3 juta dan Voucher menginap Hotel Santika

Selain mendapatkan hadiah yang sudah ditetapkan, salah satu juri Angga Dwimas Sasongko memberikan tambahan hadiah dengan kesempatan magang di rumah produksinya beserta biaya akomodasi dan tempat tinggal.

B. Pemenang FFPI 2015 kategori mahasiswa / umum:

1. Juara Pertama adalah "Bubar, Jalan! ", mendapatkan hadiah Rp. 8 juta dan Kamera Go Pro Hero 3+
2. Juara Kedua adalah "Ojo Sok-Sokan", mendapatkan hadiah Rp. 5 juta dan Voucher menginap Hotel Santika
3. Juara Ketiga adalah "Opor Operan", mendapatkan hadiah Rp. 4 juta dan Voucher menginap Hotel Santika

KESAN DARI ACARA FPPI 2015

Angga Sasongko sebagai juri yang memiliki prestasi Piala Citra menuturkan bahwa dalam proses penjurian menggunakan cara pandang dirinya terhadap tema yang diangkat yaitu nasionalisme yang tidak hanya menggambarkan bendera, pesan cerita dalam durasi yang singkat. Jika melihat karya sineas kategori pelajar untuk genre action cukup bagus "Surya the School Gangs" bahkan lebih baik dari sinetron-sinetron yang tayang saat ini. Angga sangat yakin masa depan film Indonesia berawal dari FFPI, salah satu hal penting dari film pendek adalah sanggup menyampaikan pesan cerita dalam durasi yang singkat. 

Bimo Setiawan (Direktur Kompas TV), menyatakan mengapresiasi event film pendek yang dapat menjadi wadah  menyalurkan kreativitas. Kompas TV akan mendukung kegiatan film pendek pada tahun berikutnya walaupun Kompas TV berbasis news. Pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Informasi mendukung perkembangan teknologi digital yang makin berkembang di Indonesia. Dengan hadirnya 4G  maka karya film maker bisa di nikmati secara cepat. Beliau pun berterima kasih kepada rekan juri yang telah bekerja keras untuk menentukan para jawara FFPI 2015.

Melihat perkembangan film pendek yang banyak dibuat oleh para sineas muda, maka ini akan menjadi kabar yang gembira. Memang bagi para sineas muda film pendek hasil film masih belum maksimal tidak seperti film layar lebar. Hal tersebut wajar karena keterbatasan peralatannya dan biaya. Saatnya mendukung dan menyaksikan karena beberapa tahun kedepan kita akan melihat film-film yang berkualitas bila dilihat dari film-film pendek yang aku saksikan...Bravo...

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun