Coin A Chance berawal dari duet cantik Nia Sadjarwo dan Hanny Kusumawati yang memiliki hobi yang sama yaitu mengumpulkan koin logam sisa kembalian dalam sebuah toples. Berawal dari hobi tersebut kemudian mereka sepakat menggunakan coin-coin yang mereka kumpulkan tersebut untuk membantu orang lain yang sesuai dengan passion mereka, yaitu pendidikan dan anak-anak.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka lahirlah Komunitas Coin A Chance atau gerakan coin untuk pendidikan ini. Diawali di Jakarta pada tanggal 18 Desember 2008, kemudian mereka berdua berusaha mengajak teman-teman, keluarga, kerabat, blogger, netters, dan profesional lainnya untuk mengumpulkan uang coin logam yang dapat mereka sisihkan. Coin yang terkumpul tersebut yang dijadikan sumber pembiayaan pendidikan adik-adik asuh yang kurang mampu agar mereka dapat melanjutkan pendidikan sampai dengan jenjang Sekolah Menegah Umum (SMU).
[caption caption="Deskripsi : Founder Coin A Chance "Hanny Kusumawati" I Sumber Foto : hanny Kusumawati"]
Deskripsi Foto : Founder Coin A Chance "Hanny Kusumawati" I Sumber Foto : Nia sadjarwo
Awalnya mereka berdua tidak ada niat khusus ketika kali pertama menggagas komunitas ini. Dimulai dari iseng dan kemudian menjadi besar seperti saat ini yang akhirnya telah berumur 7 (tujuh) tahun pada desember 2015. Berdirinya Coin A Chance! dimulai ketika mereka berdua sedang berbincang-bincang santai di sela-sela mengurusi pekerjaan sebagai konsultan komunikasi. Kebetulan, meja kerja mereka berdua berdempetan. Aku mendengar dari Hanny yang menceritakan kenapa bisa coin, “Saya dan Nia memandangi celengan koin yang berada di meja kami, terus mao diapakan yaaaa...,” ucap perempuan berwajah oriental kelahiran Bogor, 31 Mei 1983, itu.
Uang recehan cukup ribet jika harus disimpan di saku dan jika disimpan di dompet, bawanya juga akan berat sehingga celengan menjadi jawaban untuk menyimpan uang recehan. Saat celengan Hanny dan Nia dibuka, terkumpul lah uang coin logam sekitar Rp 600 ribu. Nah, ketika itu tebersit pertanyaan dihati mereka digunakan untuk apa uang-uang coin tersebut. Mereka pun membuat keputusan untuk membantu biaya pendidikan anak-anak yang kurang mampu.
Anak pertama yang beruntung itu bernama Bintang Gempur Anarki. Seorang anak dari salah seorang penjual rokok di sekitar rumah Nia di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan. Kondisi pendidikan Gempur saat itu benar-benar dalam masa kritis. Dia hampir putus sekolah karena orang tuanya tidak mampu untuk membiayai kelanjutan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan memiliki tunggakan biaya SPP sejak kelas V Sekolah Dasar.
[caption caption="Deskripsi : Gempur, Adik Asuh pertama Coin A Chance I Sumber Foto : Andri M"]
NIa dan Hanny datang menjadi juru penolong untuk kelangsungan pendidikan Gempur. Dia akhirnya bisa melanjutkan bersekolah dimana saat ini dia sudah lulus Sekolah menegah Umum (SMU). Dengan tagline "Drop, collect, send those kids back to school" , Coin A Chance mengajak untuk tidak mengabaikan uang koin walaupun hanya, Rp 100, Rp 200 ataupun Rp 500. Bila dilihat nilainya hanya cukup untuk membeli sebuah permen atau sebuah sedotan, tetapi apabila terkumpul bisa loh dimanfaatkan untuk menolong mereka yang membutuhkan, contohnya Gempur.
BAGAIMANA COIN A CHANCE DIJALANKAN
Dibawah komando Nia dan Hanny, Coin A Chance dapat bertahan sampai dengan umurnya yang ke 7 (tujuh). Komunitas ini kemudian berkembang tidak hanya di Jakarta tetapi juga di Palu, Semarang, Makassar, Sumatra Selatan, Jogjakarta, Malang, dan Lampung. Bahkan terdapat pendonasi coin yang saat ini berada di Uni Eropa dan Amerika Serikat. Saat ini Coin A Chance menjadi sebuah yayasan yaitu Yayasan Coin Anak Bangsa dan untuk dapat mengetahui tentang Coin A Chance dapat mengunjungi http://coinachance.com/ dan Fanpage FB Coin A Chance