Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Nyasar ke Museum Bank Indonesia

18 Desember 2015   06:50 Diperbarui: 18 Desember 2015   08:54 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Deskripsi : Museum bank Indonesia Yang Modern I Sumber Foto : Andri M"][/caption]Awalnya aku tidak berniat mengunjungi Museum Bank Indonesia pada tanggal 22 November 2015, Abdul Mutaqin dengan panggilan Takin yang menjebak ku kesana bersama beberapa teman-teman Backpacker Jakarta. Museum Bank Indonesia (BI) bersebelahan persis dengan Museum Bank Mandiri dan terletak didepan persis Halte Busway Trans Jakarta Kota. Sebetulnya aku menjadwalkan diri di acara talk show menyangkut travelling di Bank Mandiri, setelah acara tersebut aku hendak pulang ke Cikeas dan tanpa sengaja aku bertemu Takin plus beberapa teman di Backpacker Jakarta. Pertemuan ini yang menjadi awal aku kedua kalinya mengunjungi Musem Bank Indonesia.

Kenapa diriku suka mengunjungi museum? karena Museum merupakan salah satu destinasi wisata yang menyimpan dan mengoleksi benda-benda sejarah. Dimana benda-benda tersebut pasti memiliki cerita masa lalu yang membentuk diri kita sekarang. Ketika berada di Museum diri ku dapat menemukan informasi dan bisa menambah wawasan tentang kejadian sejarah dan mengenal budaya dan seni masa lalu.

[caption caption="Deskripsi : Bersama BPJ ke Museum Bank Indonesia I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]Sekarang ini yang ku lihat ketika mengunjungi museum sangat jarang pengunjung, hanya segelintir orang yang berminat. Bahkan pernah aku mengunjungi beberapa museum didaerah Menteng, aku hanya mendapatkan pengunjung ya hanya kami komunitas backpacker Jakarta yang berada disana,  padahal saat itu merupakan tanggal merah dan hari kemerdekaan. Para Orang tua masih jarang yang mencoba membawa anak-anak berkunjung ke museum saat masa liburan. Sejatinya museum sangat baik untuk pendidikan bagi anak sekaligus berekreasi murah meriah &  menambah wawasan dan penegetahuan kita. Salah satu museum yang cukup terawat dan representatif untuk Pendidikan yang berada di kota tua, yaitu Museum Bank Indonesia dan tentu saja dapat menambah wawasan kita tentang Bank Indonesia.

Museum bank Indonesia terletak di Jakarta, di Jl. Pintu Besar Utara No. 3, Jakarta Barat. Museum ini merupakan tempat menyimpan berbagai hal mengenai sejarah Bank Indonesia dan produknya. Bank Indonesia didirikan pada tanggal 1 juli 1953 yang kemudian menjadi Bank Central bagi Republik Indonesia. Museum Bank Indonesia menjadi  museum yang menampilkan tentang Bank Indonesia, mulai dari awal mulai terbentuknya, didirikannya, perjalanannya sampai saat ini,  dimana hal tersebut digambarkan dengan menggunakan  biorama-biorama, patung-patung, gambar, benda--benda bersejarah dan berbagai multimedia modern.

[caption caption="Deskripsi : Potret dari Atas Museum Bank Indonesia I Sumber Foto : Google Map"]

[/caption]Bangunan Museum Bank Indonesia diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia  Dr.H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 21 juli 2009. Terdapat monumen peresmian museum dan  foto pada saat museum ini diresmikan yang terdapat di lantai 2. Pada saat aku perhatikan bangunan Museum Bank Indonesia terlihat sangat kolonial, kokoh berdiri dengan tegak dan bergaris tegas. Pada saat masuk pintu utama museum, kami dihadapi dengan tangga klasik yang mengarahkan kami ke lantai 2 (dua). Pintu utama tersebut terlihat seperti bukan pintu utama karena tidak terlihat teras dan untuk ukuran pintu utama dengan bangunan yang megah ini begitu tidak sepadan. Saat itu saya asumsikan bahwa muka depan / tampak depan pada tempo dulu bukan dari pintu masuk yang kami lewati. Ternyata dugaan ku benar, salah seorang staff museum menunjukkan tampak depan museum ini yang lebih mendekat ke Kali Krukut.

Bangunan historis ini memilik 2 (dua) lantai, dimana lantai pertama dari Museum Bank Indonesia  terdiri dari pintu masuk utama, pintu masuk belakang, ruang pengeluaran, dan pengedaran uang perpustakaan serta kafe museum. Ketika masuk pintu gerbang museum, aku langsung menuju lantai dua karena tempat pemeran tetap koleksi yang ada di museum ini ada di lantai dua. Sebelum masuk saya pun terlebih dahulu menitipkan tas kami di tempat penitipan barang. Lalu setelah itu, saya membeli tiket seharga Rp.5000 / orang dan kemudian menuju  ruang pelayanan pengunjung 

Sedangkan di lantai kedua terdiri dari lobi, ruang penitipan barang, ruang pelayanan pengunjung, ruang  teater, ruang pengantar sejarah, pra BI serta ruang pameran tetap, serta ruang emas. Saat pertama masuk lantai 2, saya melihat 12 ruang transaksi bank zaman dahulu yang telah berfungsi sejak zaman D Javashe Bank, dimana disebelahnya terdapat monumen peresmian museum oleh Presiden RI Dr.H. Susilo Bambang Yudhoyono.

Sejak 1953 hingga sekitar 1975 ruang transaksi tersebut tetap digunakan Bank Indonesia, meski berfungsi sebagai bank sentral, Bank Indonesia masih menjalakan fungsi komersial hingga 1968. Sebagai ruang untuk menerima penyetoran dan pembayaran, ruang ini merupakan ruang terisolasi bagi siapapun kecuali untuk para kasir. Kegiatan dalam ruang transaksi terbagi menjadi 2 (dua) bagian : pembayaran dan penerimaan setoran. Ruang transaksi tersebut merupakan sarana Bank Indonesia dalam melayani berbagai transaksi tunai, dan kredit usaha.

[caption caption="Deskripsi : Metamorfosa Logo Bank Indonesia I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]Pada saat aku dan rekan-rekan BPJ menuju ke ruang lainnya, terdapat sebuah ornamen yang menunjukkan metamorfosa dari Logo Bank Indonesia. Logo Bank Indonesia dengan perjalanan waktu mengalami perubahan yang simbolnya identik dengan gabungan huruf “BI” yang merupakan singkatan dari bank Indonesia.  Dari tahun 1953 sampai tahun 2005, logo bank Indonesia telah mengalami perubahan sebanyak 7 (tujuh) kali. Dekat dengan logo - logo BI, terdapat beberapa pakaian pada zaman perjuangan. Pakaian tersebut merupakan replika pakaian tentara Indonesia, jepang, dan belanda. Pakaian tersebut diletakkan dilantai museum didalam kaca yang tebal sehingga ketika kita injak tidak pecah. Koleksi ini  memeiliki daya tarik bagi pengunjung karena penempatan, bahan pelindung yang digunakan dan pencahayaannya yang anti mainstream.

Koleksi yang dipamerkan juga terdapat sejarah mata uang dari baik itu berupa coin dan uang kertas sesuai perkembangan jaman. Museum ini juga memamerkan replika emas cadangan BI yang dipamerkan dalam sebuah ruangan replika brangkas penyimpanan uang. Emas yang dipamerkan dibuat sesuai bentuk asli emas batangan dan beratnya pun dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai aslinya. Namun perjalanan  sampai terbentuknya BI dan museum BI pun turut di pamerkan, bahkan perjalanan sampai uang ditemukan pun diberi gambaran di museum BI.

Bangunan Museum Bank Indonesia menempati bangunan bersejarah dalam perjalanan pergerakan dan perbankan di Indonesia. Museum ini awalnya merupakan sebuah rumah sakit Binnen Hospital, lalu kemudian digunakan oleh De Javasche Bank (DJB) pada tahun 1828. Museum Bank Indonesia ini berfungsi sebagai lokasi untuk mengumpulkan, menyimpan, merawat, mengamankan dan memanfaatkan berbagai artefak dan benda-benda yang berkaitan dengan perjalanan panjang dari Bank Indonesia untuk kepentingan pendidikan kepada masyarakat. Bentuk pendidikan kepada masyarakat yaitu dengan memberikan informasi tentang sejarah Bank Sentral Indonesia yang lengkap, akurat  dan dipahami oleh masyarakat. 

[caption caption="Deskripsi :Tampak Depan Museum Bank Indonesia yang Menghadap Kali Krukut I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]Kurangnya minat masyarakat terhadap museum dikarenakan pendidikan di sekolah kurang mengajarkan kecintaan terhadap lokasi-lokasi yang berbau pendidikan. Ada hal lain yaitu banyak museum yang tidak terawat dan tidak melibatkan pemberdayaan masyarakat salah-satunya komunitas travelling. Banyak komunitas travelling tidak dirangkul langsung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Komunitas ini berjalan sendiri dan menemukan sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun