Dayat berujar “di tahun pertama banyak pegawai RSKO yang mendonasikan coin atau uang kertas dan saat ini ada yang tidak terlihat lagi mendonasikan walaupun nilai donasi stabil”
Aku pun menyaut omongannya “Yang tetap berdonasi berarti mereka lah yang konsisten dan bisa jadi ini menjadi wadah yang tepat untuk dia berbagi mungkin yang lain sudah mendapatkan wadah yang lain. Bagi yg konsisten di Coin A Chance, mereka mendapatkan pembelajaran dari celengan ini **ikhlas itu sulit tetapi kita dapat meraihnya apabila kita melakukannya secara rutin walaupun berbagi sedikit**. Kalau gue lihat, mereka’lah individu-individu yang tidak pernah bertanya apakah benar / tidak kegiatan ini disalurkan dananya…mereka'lah yang telah belajar arti ikhlas”
“Istiqomah ya gan” saut Dayat, akupun mengangguk setuju.
Ku pegang bahu’nya sambil berucap “Kita memulai ini bukan untuk mencari sebarapa banyak uang yang terkumpul kan yat, aksi ini kita lakukan sebagai aksi belajar untuk mengajak orang lain berbuat baik. Tidak usah pikirkan jumlah yang terpenting diri kita masih mampu menjaga gerakan ini tetap hidup di RSKO karena kita dulu pernah memiliki historis dibantu orang lain”
Sambil tersentum kecil dayat berkata “Yang masih bersama kita berarti yang memang melihat gerakan ini benar adanya dan memang mereka’lah yang terseleksi dengan sendirinya bukan karena trend”
[caption caption="Deskripsi : Adik Asuh Coin A Chance Jakarta I Sumber Foto : Coin A Chance"]
Banyak hal yang kami bahas, salah satunya menyangkut isu bahwa Coin A Chance bagian dari yayasan agama tertentu karena berbahasa Inggris, ada beberapa pegawai RSKO yang bertanya hal itu kepada ku tetapi aku menampiknya. Coin A Chance berbahasa Inggris karena foundernya adalah orang dengan latar belakang ilmu komunikasi yang saat itu melihat seorang anak kecil tidak bersekolah didepan rumahnya. Mbak Hanny Kusumawati dan Nia Sadjarwo yang memulai gerakan ini, mereka berdua adalah kolektor coin kembalian dari supermarket. Dari situlah nama Coin A Chance berasal yaitu Coin kembalian. Hasil kumpulan coin pertama yang berjumlah enam ratus ribu rupiah kemudian digunakan untuk membiayai sekolah seorang anak bernama Guntur. Apa yang ia lakukan kemudian disebarkan di media maya / internet dengan mengajak teman-teman sesama blogger dari berbagai suku, agama, ras, dan warna kulit untuk melakukan hal yang sama. Saat ini Coin A Chance memiliki 2 (dua) Manager Pendidikan yaitu Mbak Anggia Bahana Putri dan Mbak Dhita yang memantau Adik Asuh sekitar 70an anak dari level pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas.
[caption caption="Deskripsi : Hanny K, Andri, Adik Asuh, Nia S, Anggia (Kiri ke Kanan) I Sumber Foto : Andri M"]
[caption caption="Deskripsi : manager pendidikan Coin A Chance - Mbak Anggia dan Mbak Dhita I Sumber Foto : Andri M"]
Gerakan Coin A Chance (Coin untuk pendidikan) yang sudah berjalan 3 (tiga) tahun ini memberikan sesuatu bahwa social media dapat menjadi penggerak massa untuk membantu sesama tidak hanya ajang narsis. Dari gerakan Coin A Chance yang ku jalani di RSKO Jakarta banyak hal yang dapat kupahami bahwa sebetulnya banyak sekali orang baik disekitar kita tetapi menunggu yang bersedia menjadi "JEMBATANNYA", banyak orang di zaman ini yang sangat berhati-hati dalam berbagi (itu sebuah kewajaran) dan jiwa-jiwa yang "TERPANGGIL dan PEKA" saja yang bisa dengan ikhlas memberi tanpa berfikir terlalu jauh.
Menurut ku banyak orang baik yang ingin mengajak orang lain untuk berbagi tetapi takut dibilang Riya. Tangan kanan memberi maka tangan kiri tidak tau sebuah prinsip yang tepat apabila kita ingin berbagi dengan orang lain, tetapi ketika kita mengajak orang lain untuk berbuat baik dengan dilihat orang banyak untuk tujuan supaya banyak orang tergerak dan menilai kegiatan tersebut adalah ibadah untuk dirinya, hal ini dapat dibilang DAKWAH bukan Riya. Yang terbaik adalah jangan mendengarkan apa kata orang, karena pasti ada yang berfkiran negatif.