Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berimajinasi Pesona Bahari Bersejarah di Kepulauan Seribu

27 Oktober 2015   14:37 Diperbarui: 28 Oktober 2015   20:13 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika aku mendengar tiga nama pulau yang terakhir, aku mengerti yang dimaksud dengan pak Chadrian. Sebelumnya tiga tahun yang lalu aku pernah mengeksplorasi ke tiga pulau tersebut bersama teman-teman Backpacker Tas Kresek, trip kali ini menjadi ulangan dan membuat tanda tanya dalam diri ketika berada di front office Pulau Bidadari "Perubahan apa yang terjadi setelah tiga tahun !!!!...." Tetapi aku harus bersabar, pak Chandrian pertamakali mengajak kami menuju sebuah bangunan pengamatan laut atau bisa dibilang benteng pertahanan jaman Belanda saat berkuasa di pulau Bidadari yang bernama Martello Tower yang dbangun tahun 1850. Bangunan ini menjadi benteng pertahanan apabila ada musuh hendak menyerang Batavia dari sisi barat Teluk Jakarta.

[caption caption="Deskripsi : Martello Tower - Pulau Bidadari I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

Sebagai bangunan sejarah "Martello Tower" terlihat cukup terawat, walaupun aku melihat beberapa calon pepohonan tumbuh di dinding bangunan bersejarah ini. Bangunan ini dapat terawat karena ada perjanjian antara pengelola Pulau Bidadari dengan pemerintah DKI Jakarta menyangkut pengelolan pulau dengan persyaratan pemeliharaan bangunan bersejarah ini. Ketika pak Chadrian bercerita bahwa dahulu kala disekeliling Martello Tower bebas pandang sehingga dapat dengan mudah mengawasi lautan, pikiran ku pun menerawang menggunakan mesin waktu bagaimana situasi dan kondisi saat itu. Sebuah pulau yang gersang yang hanya terdiri dari sebuah bangunan melingkar 360 derajat setinggi 12 meter dengan dikelilingi parit tanpa pepohonan disekitarnya, begitu menyedihkan bagi orang yang tinggal disana. 

[caption caption="Deskripsi : Reruntuhan Asrama Haji Pulau Onrust I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

[caption caption="Reruntuhan Onrust "]

[/caption]

[caption caption="Deskripsi : Makam Maria I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

Ketika kami berpindah ke pulau Onrust yang dalam bahasa Belanda "Tidak Pernah Beristirahat", yang ku lihat serupa seperti yang ku alami tiga tahun yang lalu, tidak ada perubahan yang berarti. Reruntuhan bangunan, dermaga, bangunan kantor pendukung, replika kincir angin dan sebuah museum kecil itu dengan kondisi masih sama saat terakhir kali ku kunjungi. Perubahan ku lihat adalah pagar keliling kuburan Belanda terlihat rapih dah kokoh dan bangunan pelindung makam kramat sudah diperbaiki dimana ketika tiga tahun lalu aku mengunjungi tempat ini keadaannya sudah tidak baik.

Menurut pak Chadrian “ Pulau ini adalah titik awal penjajahan Belanda di Nusantara dengan nama VOC” ia mengkisahkan dengan muka seriusnya, bawaannya sebagai birokrat masih tersisa tetapi acapkali ia mengeluarkan candaannya.

Disebuah sudut reruntuhan ia bercerita bahwa awalnya Pulau Onrust sebuah galangan kapal yang dilengkapi dengan benteng pertahanan kemudian Pulau Onrust mengalami kehancuran akibat serangan bangsa Inggris pada tahun 1800 dan 1810. Pulau Onrust berubah fungsi menjadi asrama haji pertama di Indonesia pada tahun 1911 sampai dengan 1933. Reruntuhan yang terlihat sekarang ini adalah reruntuhan asrama haji yang telah dicuri strukturnya oleh penduduk sekitar di era 60an. Banyak mitos yang berkembang di pulau onrust ada mitos yang mistis seperti para nelayan acapkali melihat gadis cantik di pulau ini, dan kisah maria seorang wanita cantik yang dibunuh karena selingkuh. Sebagai ahli sejarah beliau terlihat sangat yakin ketika mengatakan bahwa diantara dua makam kramat yang ada di Pulau Onrust salah-satunya adalah makan Kartosuwiryo (Pemimpin Pemberontakan DI / TII) yang meninggal dipulau ini karena di eksekusi mati tahun 1964.

Lain cerita ketika kami tiba di Pulau Kelor, Pulau Kelor dahulu dikenal dengan nama Pulau Kherkof . terlihat ada begitu banyak pembaharuan. Pada saat tiga tahun lalu berada disini aku tidak melihat ada dermaga yang dilengkapi canopy. Bahkan terlihat satu buah bangunan dengan design modern yang sebetulnya menurut ku tidak selaras dengan bangunan Mortello Tower di Pulau Kelor ini. Ada sekitar empat atau lima saung untuk beristirahat para pengunjung dan jalan setapak berbatu yang terlihat rapi.

[caption caption="Deskripsi : Martello Tower - Pulau Kelor I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun