Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mengenal Budaya dan Keindahan Kampung Naga

20 Oktober 2015   06:04 Diperbarui: 20 Oktober 2015   08:20 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Uria melanjutkan ceritanya tentang kampung Naga "Sejarah asal mula Kampung Naga saya juga kurang paham, pada tahun 1956 Kampung naga dibakar DI / TII karena warga kampung memilih NKRI. Pembakaran yang dilakukan DI / TII juga menghanguskan catatan-catatan sejarah Kampung naga" 

Penjelasan dari Uria memberi wawasan bagi kami para traveller, dia juga memberikan informasi bahwa masyarakat Kampung Naga merupakan masyarakat yang masih menggunakan peralatan ataupun perlengkapan hidup yang tradisonal, kebutuhan hidup diusahakan tersedia di alam. Seperti untuk memasak, masih menggunakan tungku dengan bahan bakar menggunakan kayu bakar dan untuk membajak sawah menggunakan cangkul. Hal lainnya, masayarakat Kampung Naga tidak menggunakan peralatan canggih, mereka pun tidak ada listrik. Maksud dari para tetua adat tidak ada listrik agar masyakat Kampung Naga menjadi harmonis, listrik memancing rasa iri dan kesenjangan sosial. hal inilah yang membuat kampung ini unik dan berbeda dengan desa disekitarnya. Tak salah jika Kampung Naga ini menjadi salah satu warisan budaya Bangsa dan Pesona Indonesia yang patut dilestarikan.

[caption caption="Deskripsi : Pemandangan Persawahan I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

[caption caption="Deskripsi : Traveller Menikmati Suasana Persawahan I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

 

[caption caption="Deskripsi : Persawahan Terasering di kampung Naga mirip dengan di Ubud Bali I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

 

Ujung dari anak tangga aku lewati, tidak ada rasa lelah yang ku rasakan walaupun terdapat 439 (empat ratus tiga Puluh Sembilan) anak tangga. Di titik terakhir anak tangga kami dihadapkan dengan pemandangan hamparan sawah dengan padi-padi yang hijau royo-royo. Uria mengatakan bahwa Padi yang ditanam adalah padi lokal (Padi Gugun) yang panen setahun dua kali. Persawahan di Kampung Naga ada yang membentuk mendatar mengelilingi perkampungan dan ada yang berundak-undak atau kita kenal dengan terasering. Bentuk persawahan terasering ini mengingatkan aku pada bentuk persawahan di Ubud Bali yang begitu terkenal di mancanegara.

[caption caption="Deskrepsi : Menikmati Batu Kali I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

[caption caption="Deskripsi : Sungai Ciwulan Pembatas Kampung Naga I Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun