Â
JAKARTA-Kompasiana.com, Pekik kata "MERDEKA" yang diteriakkan setiap tanggal 17 Agustus memberi rasa nostalgia ke tahun 1945 - 1950 dimana para pahlawan bangsa memperjuangkan dan mempertahankannya. Apa yang dirasakan oleh anak bangsa saat ini adalah eforianya tetapi banyak yang tidak mengetahui bagaimana kata "MERDEKA" itu bisa terwujud. Bagaimanakah agar kita tau proses kata Merdeka itu bisa terwujud !!!! ... Bacalah buku di Perpustakaan, bertanyalah pada Ahli Sejarah, atau berkunjunglah ke Museum, disanalah kita akan mendapatkan pengetahuan itu. Museum menjadi lokasi dimana sejarah diceritakan bahkan di beberapa museum menjadi lokasi kejadian sejarah.
Salah satu komunitas travelling di Jakarta yaitu Backpacker Jakarta mengadakan Tour The Museum di area sekitar Menteng untuk menyambut hari Kemerdekaan Indonesia di tahun 2015 ini. Masih banyak orang beranggapan bahwa backpacker hanya sekedar jalan-jalan murah yang menggunakan tas ransel, tetapi beberapa dari mereka tidak mengetahui bahwa perjalanan yang bergaya backpacker adalah perjalanan yang terencana dan memberi makna. Salah satu lokasi travelling yang harus dicoba oleh seorang backpacker adalah museum karena disana banyak pembelajaran yang bisa dipetik. Tour The Museum ini berbiaya Rp.15.000 (tidak termasuk biaya makan & minum pada saat perjalanan), dimana biaya tersebut digunakan untuk  tiket masuk museum, kebersihan dan guide. Meeting Point (Mepo) ditetapkan di Taman Suropati pukul 09.30 s/d 10.00 wib.
Trip kali ini diawali dengan saya harus mengikuti upacara 17 Agustus di tempat kerja (RSKO Jakarta) di daerah Ciracas yang berakhir pukul 08.00 wib. Untuk mengejar waktu saya menggunakan Go-Ojek, dimana ini merupakan baru pertama kali saya menggunakan jasa moda transportasi yang sedang booming saat ini. Dengan biaya Rp.15.000 dari Cibubur ke Taman Suropati maka dengan ini saya menembus Jakarta. Tidak membutuhkan waktu yang lama saya tiba dilokasi Mepo yaitu pukul 08.45. Pada pukul 10.30 Contack Person (CP) : Putra - Yuyun - Dede Ruslan memberikan pengarahan dan mengajak berdoa 30 (Tiga Puluh) orang Backpacker agar perjalanan lancar, setalah prosesi tersebut kemudian menuju Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang berjarak 100 meter dari Taman Suropati dengan berjalan kaki.
Â
Lokasi pertama Tour The Museum yaitu Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang terletak di Jalan Imam Bonjol no.1, Jakarta Pusat. Gedung ini merupakan tempat dimana perumusan naskah proklamasi tanggal 16 - 17 Agustus 1945,  bangunan ini memiliki peran sangat penting dan bersejarah bagi bangsa Indonesia. Didalam museum ini terdapat benda - benda replika pada saat perumusan naskah proklamasi, dari mesin ketik, meja rapat, piano, sofa dimana Soekarno- Hatta diterima oleh Laksamana Maida. Agar memberi kesan pada saat perumusan naskah maka warna cat, korden, anterior, arsitektur ruangan didesign sesuai dengan keadaan pada saat tanggal 16 - 17 Agustus 1945.
Â
Deskripsi : Naskah Proklamasi/ Foto :Â Andri MÂ
Â
Deskripsi : Rapat Perumusan Naskah Proklamasi/ Foto :Â Andri MÂ
Â
Deskripsi : Pemandangan Lantai 2 Museum Naskah Proklamasi/ Foto :Â Andri M
Â
Pada Museum Perumusan Naskah Proklamasi kita dapat melihat-melihat sambil membayangkan ruangan dimana kejadian bersejarah itu terjadi, dimana para bapak bangsa rapat dan kemudian Soekarno meminta agar Sayuti Malik mengetik Naskah Proklamasi di ruangan bawah tangga yang ditemani B.M.Diah. Setelah naskah proklamasi diketik segera dibawa kembali ke ruang pengesahan / penandatanganan naskah Proklamasi. Pertemuan bersejarah ini ditutup ketika fajar menyingsing 17 Agustus 1945 yang diikuti oleh 29 (dua puluh sembilan)  bapak bangsa.
Â
Deskripsi : 25 Bapak Bangsa yang hadir/ Foto :Â Andri MÂ
Â
Setelah puas meninjau dan belajar di Museum Perumusan Naskah Proklamasi dilanjutkan menuju Museum ke 2 (dua) yaitu Museum Jendral Besar AH Nasution. Untuk menempuh ke Museum Jendral Besar AH Nasution kami berjalan kaki sejauh 1 (satu) kilometer dari Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Bagi kami para backpacker, jalan kaki merupakan makanan sehari-hari dan untuk berjalan kaki sejauh 1 (satu) kilometer bukan sesuatu yang melelahkan. Setibanya di museum kami disambut oleh bapak Afrianto sebagai petugas museum, beliau mengajak berkeliling ke seluruh area museum yang dimana sebelumnya bangunan ini adalah rumah pribadi Jendral A.H Nasution.  Selain mengajak keliling, beliau menjelaskan fungsi-fungsi ruang dan memberikan gambaran bagaimana proses kejadian di tanggal 30 September 1965.
Â
Deskripsi : Patung Yang Menggambarkan Peristiwa di Rumah Jendral A H Nasution/ Foto :Â Andri MÂ
Â
Â
Didalam bangunan museum terdapat barang-barang pribadi yang masih original bukan replika dari kediaman Jendral A H Nasution. Pada ruang kerja terdapat patung Jendral A H Nasution yang sedang duduk sambil menulis buku di meja kerja. Selain seorang jendral, beliau adalah seorang yang  melahirkan banyak ide dan buah pikiran, baik di bidang militer maupun non militer dimana ditunjukkan dengan banyak buku yang ditulis oleh beliau sejumlah 70 judul buku. Selain menggambarkan peristiwa G30SPKI ada value yang bisa dipetik dari Museum Jendral Besar A H Nasution yaitu bakti kasih sayang istri kepada suami dan anak yang diperlihatkan oleh Ibu A H Nasution.
Â
Â
Destinasi ke 3 (tiga) kami menuju Masjid Cut Meutia dimana kami menunaikan ibadah sholat zuhur dan beristirahat. Sama seperti ketika ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi dan Museum Jendral Besar A H Nasution, kami pun berjalan kaki menuju Masjid Cut Meutia. Masjid ini memiliki keunikan, mighrab dari masjid ini diletakkan di samping kiri dari saf salat. Selain itu posisi safnya juga terletak miring terhadap bangunan masjidnya sendiri karena bangunan masjid tidak tepat mengarah kiblat., berdasarkan catatan sejarah awalnya bangunan ini tidak didesign untuk masjid tetapi didesign sebagai kantor pemasaran perumahan di Gondangdia Menteng pada tahun 1879.  Setelah selesai istirahat dan makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Gedung Djoang 45 dengan berjalan kaki  yang berjarak sekitar 300 meter.Â
Â
Deskripsi : Patung Bung Karno di Gedung Djoang 45/ Foto :Â Andri M
Â
Â
Â
Â
Â
Setibanya di Museum Djoang 45 yang beralamat di Jl.Menteng Raya 31 - Jakarta Pusat, kami disuguhkan dengan koleksi benda-benda peninggalan para pejuang Indonesia yang menggambarkan jejak perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya terdapat foto-foto dokumentasi dan lukisan yang menggambarkan perjuangan sekitar tahun 1945 - 1950-an. Selain itu pula terdapat patung-patung setengah badan dari para bapak bangsa yang terbuat dari perunggu dan terdapat mobil dinas resmi presiden dan wakil presiden RI yang pertama yang dikenal dengan REP 1 dan REP 2, dan mobil peristiwa pemboman cikini.
Museum bagi suatu bangsa dapat menunjukkan peradaban, kebudayaan dan sejarahnya. Museum dapat memberikan informasi tentang kejadian-kejadian yang terjadi masa lampau pada anak bangsa atau orang asing yang ingin memahami peradaban bangsa tersebut yang sedikit banyak mampu dijawab dengan kehadiran bangunan museum. Besarnya suatu bangsa dapat dilihat dari bagaimana menghormati sejarahnya dan salah satunya lewat museum-museum yang dimilikinya.
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H