Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Trip Bergaya Backpacker Tidak Selalu Menjelajah Alam "Aku Dipenogoro"

21 Februari 2015   18:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:46 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika seseorang mendengar kata berpergian dengan gaya backpacker maka sebagaian besar akan berkonotasi melakukan perjalanan menjelejah alam seperti : gunung, pantai, pulau, laut, dll.  Tetapi tidak banyak yang menyadari trip ke museum juga bagian dari trip bergaya backpacker. Backpacker berawal dari kata backpack / ransel yang saya difinisikan tidak berpergian bersama kelompok tour travel / agen perjalanan, membawa barang sesuai kebutuhan, bersifat menambah pengetahuan baik dari segi perjalanan, budaya, makanan khas, pemandangan dan berwisata dengan anggaran yang low budjet. Tetapi seorang backpacker bukan nekat traveller yang kemana-mana harus menggembel dan menyiksa diri, karena seorang backpacker adalah smart traveller. Backpacker sangat fleksibel dalam  meng'organize perjalanannya, dan acapkali ini yang sering bermasalah ketika berjalan bersama dengan group yang besar.

[caption id="attachment_352199" align="aligncenter" width="363" caption="Sang Pangeran Dipenogoro"][/caption]

Pada hari minggu tanggal 15 februari 2015, saya mengunjungi sebuah pameran seni yang bertajuk "Aku Dipenogoro - Sang Pangeran Dalam Ingatan Bangsa" dimana diselenggarakan di Galeri Nasional Indonesia yang berlokasi Jl.Medan Merdeka Timur no.14  Jakarta. Berdasarkan press coonfrence akan diadakan serangkaian acara seperti diskusi panel dan lokakarya yang akan melengkapi pameran ini, termasuk pameran parallel Pangeran Diponegoro dalam Perspektif Belanda sejak 1800 Hingga Kini, di pusat kebudayaan Belanda, Erasmus Huis. Pameran yang berlangsung dari tanggal 12 Februari hingga 8 Maret ini, memusatkan perhatian pada pengaruh Diponegoro terhadap politik dan masyarakat Belanda di abad ke-19 dan ke-20 melalui surat-surat, manuskrip dan artikel media massa Belanda. Pameran ini menunjukkan hubungan Diponegoro dan negara Belanda yang terus berlangsung dan menginspirasi karya seni rupa.

[caption id="attachment_352201" align="aligncenter" width="300" caption="Tampak Depan Galeri Nasional Indonesia"]

14244934261331516314
14244934261331516314
[/caption]

Saya mengenang Pangeran Diponegoro pada saat saya masih begitu mencintai buku sejarah sewaktu masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai pahlawan perjuangan awal abad kedelapan belas yang memimpin perlawanan Jawa terhadap Belanda  yang dikenal sebagai Perang Diponegoro (1825-1830). Seorang pemimpin peperangan besar di Jawa yg dikalahkan dengan cara yang licik yaitu dengan menangkap pada saat perundingan berlangsung di Magelang dan itu menjadi "AIB"  bagi pemerintah kolonial Belanda saat itu di mata dunia. Bahkan Pangeran Hendrik Sang Pelaut yang mengunjungi Makasar pada awal Maret 1837  menulis surat untuk ayahnya [Raja Willem II]-(wassing-Visser 1995 : 246) : "Hari pertama (di makassar) melihat benteng disini, saya bertemu dengan tahanan kita yang keliatan tidak bahagia, Diepo Negoro [..] yang jatuh ke tangan kita secara curang". Dari surat itu menunjukkan bahwa pangeran Belanda itupun malu atas strategi penangkapan yang dilakukan kepada Pangeran Dipenogoro.

[caption id="attachment_352205" align="aligncenter" width="300" caption="Karya Seni Pameran Aku Dipenogoro"]

14244935161280389186
14244935161280389186
[/caption]

[caption id="attachment_352211" align="aligncenter" width="300" caption="Tombak Pangeran Dipenogoro"]

14244939411291552684
14244939411291552684
[/caption]

[caption id="attachment_352212" align="aligncenter" width="300" caption="Tongkat Sang Pangeran"]

14244940071463347647
14244940071463347647
[/caption]

[caption id="attachment_352213" align="aligncenter" width="300" caption="Wayang"]

1424494082662897465
1424494082662897465
[/caption]

Perjalanan saya menuju ke Galeri Nasional Indonesia menggunakan angkutan umum dari Cikeas-Nagrak yaitu bus APTB jurusan Cileungsi-Blok-M yang bertarif Rp.17.000 lalu turun di shelter busway Senayan, kemudian melanjutkan dengan Busway menuju shelter harmoni. Ketika berada di shelter harmoni saya membatalkan naik busway jurusan harmoni - pulogadung karena antrian yang panjang, saya memutuskan naik bus mayasari bakti jurusan pulogadung (bertarif Rp.4.000,-) ternyata tidak melewati Galeri Nasional Indonesia dan terpaksa saya turun didepan Masjid Istiglal. Dari masjid Istiqlal saya berjalan kaki sekitar 1 km ke Galeri Nasional Indonesia dimana salah satu teman saya "Fajar Nur Amri" dari Komunitas Backpacker Jakarta telah menunggu.

[caption id="attachment_352206" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu Quote dari Seni Modern"]

14244935931234977437
14244935931234977437
[/caption]

[caption id="attachment_352207" align="aligncenter" width="300" caption="Lukisan di Pameran Aku Dipenogoro"]

14244936471141595522
14244936471141595522
[/caption]

Tidak ada tarif masuk ke Pameran "Aku Dipenogoro" alias Gratis, dipameran ini saya diperlihatkan berbagai macam karya seni yang berhubungan dengan tema "PANGERAN DIPENOGORO" seperti lukisan, patung, printing, karya seni modern, peninggalan sang pangeran, artikel tempo dulu, mata uang, dll. Penyelenggara sepertinya  menghubungkan antara masa lalu dan masa kini, yang bertujuan untuk mendorong pemahaman lebih dalam akan kenangan budaya  masyarakat Indonesia untuk membangun gambaran narasi masa lalu dan dengan sendirinya mengembangkan citra dan identitasnya sendiri. Saya begitu beruntung pada saat tanggal yang tepat 15 februari 2015 dimana kita dipandu oleh seorang penulis buku TAKDIR (Riwayat Pangeran Dipenogoro) yaitu Peter Carey yang mengajak mengelilingi area pameran dan menjelaskan pemahaman beliau tentang karya seni yang ada disana.

[caption id="attachment_352208" align="aligncenter" width="300" caption="Peter carey menjelaskan lukisan penangkanan Pangeran Dipenogoro"]

14244937161326762898
14244937161326762898
[/caption]

[caption id="attachment_352209" align="aligncenter" width="300" caption="Manuskrip dan Benda Sejarah"]

1424493788560386797
1424493788560386797
[/caption]

[caption id="attachment_352210" align="aligncenter" width="300" caption="Buku Takdir tulisan Peter Carey"]

1424493867872035104
1424493867872035104
[/caption]

Sebuah kesempatan yang berharga bagi saya dapat menikmati pameran ini, suatu wujud penghormatan anak bangsa kepada salah satu pejuang bangsa Indonesia "PANGERAN DIPENOGORO"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun