Mohon tunggu...
Myrna Fitria
Myrna Fitria Mohon Tunggu... Human Resources - Aku Berfikir dan Aku Berasa

12 Tahun Profesional Banker. 6 Tahun Profesional SOE. Author Buku Hunian Nawacita Rakyat Bahagia dan I Am A Leader; Memimpin di Era 4.0

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Thinking For The Future: Disruptive Technology on Mass Transportation - 1

9 November 2019   15:50 Diperbarui: 11 November 2019   18:16 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap kali kita berkunjung ke negara maju, saya bertafakur, bukan hanya terhadap alam, tapi terhadap hasil karya buah pikir manusia memudahkan kegiatannya. Salah satunya teknologi transportasi massal.

Pada tahun 1900an menurut sejarah, saat itu manusia memanfaatkan hewan sebagai alat transportasi. Pada tahun 1913 manusia sudah menggunakan mobil sebagai alat transportasi. Dalam waktu 13 tahun manusia sudah menciptakan mobil dan dipakai secara masal dalam waktu yang relatif sangat singkat.

Pada saat telpon selular pertama kali ditemukan, AT&T memperkirakan dalam 15 tahun kemungkinan penggunan telepon selular sekitar 900ribu subscribers. Tapi ternyata yang terjadi terdapat 109 juta subscribers. Contoh seperti ini adalah Efek Disruptive Technology. Disruptive Technology adalah penemuan baru yang membuat perubahan gaya hidup total.

Sekarang disruptive tecnology dibidang transportasi masal contohnya apa ya?

Menurut para peneliti, contohnya adalah ditemukannya kendaraan berbasis listrik dan dikemudikan komputer. Perkiraannya dalam 15 tahun lagi, berapa banyak pengguna mobil listrik tanpa driver? Dan sudahkah kita di Indonesia mempersiapkan diri menghadapi perubahan tersebut?

Industri kendaraan listrik tanpa driver, didukung oleh :
1. Penyediaan listrik murah, Energi Terbarukan
2. Penyimpanan dan transfer energi listrik yang murah dan mobile (bergerak, compact).
3. Produksi barang material yang kuat tapi ringan.
4. Teknologi komputasi, berbicara hardware, software dan internet.

Mobil listrik belum banyak yang menggunakan secara masal di seluruh dunia, karena dunia baru berhasil mengembangkan no 4 dan memproduksinya secara masal.
Sekarang ini banyak negara berlomba lomba mengembangkan no 1,2,3.

Bagaimana dengan bangsa Indonesia, kita sudah mengambil porsi yang mana? Apakah masih cocok kita membanggakan produksi domestik yang dalam 15 tahun akan obsolet? (ketinggalan jaman sehingga tidak dipakai lagi)

Apakah kita sudah ikut start bersama - sama dengan negara - negara lain yang sedang memulai berlari di teknologi 1,2,3 di atas? Atau seperti biasa kita hanya menonton dan 15 tahun lagi sibuk berhutang untuk membeli?

Tahun lalu Pemerintah sudah melakukan kerja sama dengan Tesla dalam hal tambang logam bahan pembuatan batrei. Lanjutannya bagaimana? Apakah di Indonesia Pemerintah sudah memiliki industri untuk menciptakan batrei yang tangguh, murah dan compact untuk berbagai kebutuhan? Termasuk baterai untuk kendaraan umum masal seperti bus, kereta LRT/trem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun