Mohon tunggu...
Abdurrahman Hakim
Abdurrahman Hakim Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pemimpin adalah mereka yang mampu menginspirasi dan menggerakkan sekitarnya #Wasekum PA HMI Korkom Univ. Brawijaya Malang

Selanjutnya

Tutup

Money

MEKANISASI TENAGA BURUH, KENAPA TIDAK?

16 Oktober 2012   02:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:48 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kali dalam sejarah bangsa Indonesia, lebih dari dua juta buruh dan pekerja mogok nasional (MoNas) secara serentak. MoNas merupakan bentuk ekspresi kekecewaan buruh atas nasibnya yang dirasa tak kunjung sejahtera. Dalam aksi MoNas yang digelar pada 3 Oktober 2012 terdapat tiga tuntutan. Hapus outsourcing dan tolak upah murah (Hostum), serta jalankan sistim jaminan sosial pada 2014.

Jutaan buruh yang terorganisir dalam Majelis Pekerja & Buruh Indonesia (MPBI)1 “dituduh” berpotensi merugikan pengusaha sebesar 2Triliyun. Hal tersebut dimuat dalam tribunnews.com (3/10/2012),Demo Buruh Rugikan Industri Makanan dan Minuman Rp 2 T.” Peristiwa ini merupakan sebuah hantaman besar bagi perekonomian Indonesia. Sebagaimana kita tahu bahwa upah buruh/pekerja yang rendah merupakan faktor penarik utama bagi investor asing Di Indonesia.

MoNas telah memunculkan berbagai macam pembahasan di kalangan pengusaha, termasuk mekanisasi tenaga buruh. Mekanisasi merupakan peralihan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Sehingga perusahaan tidak perlu menanggung besarnya jumlah buruh/pekerja. Dimana setiap pekerja memerlukan gaji tetap beserta tunjangannya dan berpotensi terjadinya masalah sosial. Selain itu dengan tenaga mesin diyakini memiliki tingkat produktifitas tinggi dan lebih teliti.

Namun yang harus kita ketahui selalu ada dua sisi dalam suatu mata uang. Dibalik keuntungan pasti terdapat potensi-potensi terjadinya risiko. Sehingga kita harus melihat berbagai sisi sebelum memutuskan investasi.  Terutama dalam pengadaan peralatan dengan skala besar, sebagai pengganti tenaga buruh. Artinya juga harus ada aliran dana/modal yang diinvestasikan untuk pengadaan peralatan tersebut.

Perbankan merupakan alternatif paling “seksi” bagi pengusaha pada umumnya. Karena perbankan mampu menyediakan dana besar dengan berbagai kemudahannya dibanding sumber-sumber dana lain. Sumber dana perbankan ini mengandung unsur bunga yang harus dibayar oleh krediturnya. Sebagai konsekwensi logis, tentunya pengusaha harus mampu menghasilkan Marginal Efficiency of Capital (MEC) yang lebih besar dibanding suku bunga yang berlaku. Hal ini dikemukakan pula dalam “Teori Moneter” Boediono (1990:44), menurut keyness dalam teori ekonomi klasiknya bahwa jika MEC > dari tingkat bunga maka investasi dapat dilakukan dan bila sebaliknya maka investasi tidak dapat dilaksanakan . Sehingga kita harus dapat meramalkan secara tepat berapa jumlah pendapatan yang mampu dihasilkan dengan menggunakan mesin tersebut sebelum memutuskan melakukan investment decision.

Forcasting (peramalan) selalu bergantung pada validitas data dan reliabilitas alat ukurnya. Seperti kita ketahui bahwa penelitian di Indonesia masih sangatlah minim. Sedangkan melakukan penelitian dengan data primer membutuhkan waktu dan cost yang tidak murah. Ditambah lagi dengan kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil dipengaruhi oleh gejolak dalam ataupun luar negeri. Sehingga peramalan yang dilakukan akan cenderung menghasilkan risiko yang sangat tinggi sebagai landasan kebijakan long term investment.

Ketidak stabilan perekonomian Indonesia ini banyak dipengaruhi oleh konflik yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan (hankam). Unjuk rasa yang merupakan “hal wajar” terjadi di Indonesia semakin meningkat. Dikutip dari tribunnews.com (30/12/2011) dinyatakan oleh Irjen Pol Untung S bahawa, “Unjuk rasa dengan pemberitahuan di tahun 2010 ada 2.023 aksi, sedangkan 2011 ada 2.070 aksi. Ini kan cenderung meningkat”. Bencana alam berupa gempa bumi, banjir, hingga tsunami merupakan faktor “hidden hand” yang bahkan hampir tidak dapat diprediksi. Belum lagi potensi kecelakaan kerja seperti kebakaran, kerusakan, dst, baik dari kelalaian ataupun “faktor x” yang sering terjadi di lapangan. Berbagai hal tersebut cenderung tidak mendukung investasi berupa asset tetap bernilai tinggi Di Indonesia.

Peralatan yang dibutuhkan dalam peralihan tenaga manusia menjadi mekanik tentunya hanya bisa didapat melalui pesanan khusus. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan setiap produksi yang berbeda alur dan jenis produksinya. Selain itu desain harus menyesuaikan dengan tata ruang atau lokasi produksi yang ada. Namun sayangnya tidak segala jenis pekerjaan dapat tergantikan oleh mekanik seperti pada pabrik garment dalam pemasangan kancing, setrika, quality check, dsb.

Tingkat risiko yang tinggi serta keterbatasan teknologi menjadikan penggunaan tenaga pekerja/buruh masih merupakan alternative terbaik Di Indonesia. Karena proses produksi dengan tenaga kerja manusia memerlukan modal awal yang lebih kecil dibanding sistim mekanisasi. Sehingga perusahaan memiliki cash flow yang tinggi dan beban hutang serta tanggungan bunga yang lebih rendah. Maka penggunaan tenaga kerja manusia memberikan low risk dalam perjalanan jangka panjang perusahaan. Serta memberi daya saing bagi perusahaan dalam ketersediaan dana untuk mengembangkan usaha.

Penggunaan tenaga buruh/pekerja ini semakin menguntungkan dengan tingkat upah Indonesia yang rendah dibanding Negara lain. Dikutip dari news.detik.com (01/05/2012) “Kabar gembira bagi para pekerja swasta di Malaysia. Upah minimum bagi para pekerja sektor swasta kini ditetapkan antara 800 ringgit (Rp 2,4 juta) dan 900 ringgit (Rp 2,7 juta) per bulan.” Sedangkan upah minimum 2012 Di Yogyakarta berdasar SK Gubernur No. 289/KEP/2011 tercatat sebesar Rp. 892,660.

Footnote

1.Majelis Pekerja & Buruh Indonesia (MPBI) Terdiri dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI), Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andigani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun