Mohon tunggu...
Rakyat pinggiran
Rakyat pinggiran Mohon Tunggu... Editor - Rakyat Pinggiraan

Informasi Terkini

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Pemuda Mengambil Peran Menuju Sultra Satu

22 April 2022   12:26 Diperbarui: 22 April 2022   12:36 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis : Muhiddin Nur

Sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya karena setiap momentum bersejarah di bangsa ini tidak terlepas dari peran pemudanya. Apa yang telah tercatat dalam sejarah Sumpah Pemuda menjadi tinta emas yang ditorehkan pemuda, bagaimana perannya mampu menyatukan berbagai pemuda dengan berbagai latar belakang berbeda dalam satu ikrar, Sumpah Pemuda. Peristiwa bersejarah yang menjadi awal perjuangan dalam satu kesatuan untuk memerdekakan Indonesia.

Selain itu juga, peran pemuda juga tidak pernah absen di momentum sejarah lainnya setelah Indonesia merdeka. Bagaimana aktivis (pemuda) Angkatan 66 yang menumbangkan rezim Orde Lama. Lalu Angkatan 98 yang meruntuhkan rezim Orde Baru hingga lahirnya Reformasi. Dan, masih banyak lagi peran pemuda lainnya dalam kesejarahan bangsa Indonesia. 

Ini menjadi catatan bahwa banyak peran besar yang bisa dan telah dilakukan pemuda. Maka menjadi benar apa yang dikatakan oleh seorang penulis asal Inggris Benjamin Disraeli dalam bukunya Coningsby, "Hampir semua hal besar telah dilakukan oleh pemuda".

Berbagai peran yang telah dilakukan oleh pemuda masa lalu dengan segala heroismenya, sudah semestinya terus dilanjutkan. Jangan sampai pemuda hari ini hanya terjebak pada eufhoria heroisme masa lalu itu sendiri dengan cerita-cerita peran kesejarahan tanpa mengambil suatu peran di kekinian. 

Cerita-cerita heroisme itu cukup menjadi pemantik ghirah untuk mengambil peran-peran strategis di setiap momentum di bangsa ini, baik itu nasional maupun lokal.

Jika ditarik dalam konteks lokal Sulawesi Tenggara (Sultra), penulis sebagai pemuda yang lahir di Bumi Anoa Sultra mengajak kepada seluruh pemuda Sultra untuk bersama-sama mengambil peran, melanjutkan peran-peran kesejarahan pemuda di masa lalu. 

Tentu, peran-peran itu tidak sama lagi karena tantangan kekinian semakin kompleks yang disebut dengan era disrupsi dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat dan massif.

Dari sisi politik, kondisi kekinian dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat dan massif memberi tantantangan tersendiri. Salah satu dampak buruk yang bisa dihasilkan adalah potensi perpecahan yang begitu besar akibat informasi hoax, hatespeech dan pemanfaatan politik isu SARA melalui media sosial.

Potensi polarisasi di tengah-tengah masyarakat sangat besar akbat perbedaan-perbedaan pilihan politik sehingga membuat demokrasi tidak lagi sehat. Jika hal demikian dibiarkan, tanpa ada peran dari pemuda sebagai salah satu element masyarakat dengan basis intelektual dan moral serta penguasaan terhadap perkembangan teknologi informasi maka kemajuan suatu daerah, khususnya Sultra akan sulit tercapai.

Secara nasional, termasuk di dalamnya daerah Sultra pada tahun 2024 nanti akan menghadapi tahun politik. Pemerintah dan berbagai elemen masyarakat akan disibukkan dengan urusan Pemilu, Pilpres dan Pilkada serentak. 

Ini menjadi momentum yang tepat bagi pemuda Sultra untuk mengambil peran. Tentu peran-peran yang dilakukan memiliki orientasi yang mampu menyatukan Sultra sehingga polarisasi yang terjadi di arus bawah tidak terjadi. 

Pemuda Sultra tidak boleh diam dan hanya menjadi objek para pemangku kepentingan yang hanya ingin memanfaatkan potensi kekayaan alam yang ada di Sultra. Pemuda harus menjadi subjek yang ikut berperan dan ikut berjuang. Mengutip apa yang dikatakan seorang penulis tersohor Indonesia, Pramoedya Ananta Thoer dalam bukunya Larasati,  "Indahnya dunia ini jika pemuda masih tahu perjuangan". Sultra akan indah (masyarakatnya sejahtera dan daerahnya maju) jika pemuda ikut mengambil peran menuju Sultra Satu.

Ini bukan berarti menafikkan peran kaum tua, karena biar bagaimana pun kaum tua juga pernah menjadi kaum muda. Itu menandakan mereka telah memiliki pengalaman di masa lalu. Tetapi, tantangan saat ini, sudah menjadi beda, maka kaum tua cukup menjadi penasehat bagi kaum muda. Mensuport dan memberi kesempatan kaum muda untuk membangun Sultra. (*)

Penulis merupakan Ketua Kaderisasi Nasional PB PMII 2017-2020, Majelis Pembina Daerah PKC PMII Sultra dan Insya Allah Gubernur Sultra 2024 dalam wacana

Editor : INDRA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun