Penulis :Â Muhiddin Nur
Sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya karena setiap momentum bersejarah di bangsa ini tidak terlepas dari peran pemudanya. Apa yang telah tercatat dalam sejarah Sumpah Pemuda menjadi tinta emas yang ditorehkan pemuda, bagaimana perannya mampu menyatukan berbagai pemuda dengan berbagai latar belakang berbeda dalam satu ikrar, Sumpah Pemuda. Peristiwa bersejarah yang menjadi awal perjuangan dalam satu kesatuan untuk memerdekakan Indonesia.
Selain itu juga, peran pemuda juga tidak pernah absen di momentum sejarah lainnya setelah Indonesia merdeka. Bagaimana aktivis (pemuda) Angkatan 66 yang menumbangkan rezim Orde Lama. Lalu Angkatan 98 yang meruntuhkan rezim Orde Baru hingga lahirnya Reformasi. Dan, masih banyak lagi peran pemuda lainnya dalam kesejarahan bangsa Indonesia.Â
Ini menjadi catatan bahwa banyak peran besar yang bisa dan telah dilakukan pemuda. Maka menjadi benar apa yang dikatakan oleh seorang penulis asal Inggris Benjamin Disraeli dalam bukunya Coningsby, "Hampir semua hal besar telah dilakukan oleh pemuda".
Berbagai peran yang telah dilakukan oleh pemuda masa lalu dengan segala heroismenya, sudah semestinya terus dilanjutkan. Jangan sampai pemuda hari ini hanya terjebak pada eufhoria heroisme masa lalu itu sendiri dengan cerita-cerita peran kesejarahan tanpa mengambil suatu peran di kekinian.Â
Cerita-cerita heroisme itu cukup menjadi pemantik ghirah untuk mengambil peran-peran strategis di setiap momentum di bangsa ini, baik itu nasional maupun lokal.
Jika ditarik dalam konteks lokal Sulawesi Tenggara (Sultra), penulis sebagai pemuda yang lahir di Bumi Anoa Sultra mengajak kepada seluruh pemuda Sultra untuk bersama-sama mengambil peran, melanjutkan peran-peran kesejarahan pemuda di masa lalu.Â
Tentu, peran-peran itu tidak sama lagi karena tantangan kekinian semakin kompleks yang disebut dengan era disrupsi dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat dan massif.
Dari sisi politik, kondisi kekinian dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat dan massif memberi tantantangan tersendiri. Salah satu dampak buruk yang bisa dihasilkan adalah potensi perpecahan yang begitu besar akibat informasi hoax, hatespeech dan pemanfaatan politik isu SARA melalui media sosial.
Potensi polarisasi di tengah-tengah masyarakat sangat besar akbat perbedaan-perbedaan pilihan politik sehingga membuat demokrasi tidak lagi sehat. Jika hal demikian dibiarkan, tanpa ada peran dari pemuda sebagai salah satu element masyarakat dengan basis intelektual dan moral serta penguasaan terhadap perkembangan teknologi informasi maka kemajuan suatu daerah, khususnya Sultra akan sulit tercapai.