Mohon tunggu...
Rakka NeefyaniPutra
Rakka NeefyaniPutra Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Universitas Pamulang S1

Hello!my name rakka neefyani putra , u can call me rakka..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kantor Teater: Trilogi Chaos Kaki: Pembatas 3 Portal

3 Maret 2024   20:34 Diperbarui: 3 Maret 2024   20:38 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekelompok seniman yang menamakan diri Bro Teater menampilkan seni teaternya di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Pertunjukan seni yang mereka bawakan  bertajuk "Chaos Foot Trilogy" dan terdiri dari tiga seri Yakni Memfermentasi Hujan di Sepatu, Belajar Tertawa, dan Portal Ketiga
 Seluruh rangkaian akan ditampilkan selama tiga hari berturut-turut
 Akan ada juga diskusi teater pada hari keempat.

Pov..
Pov.."Venue berlangsung"

Di balik kegelapan panggung teater, suara-suara bergema silih berganti, 

`` Gelap
 Terang
 Gelap
 Terang"
'' Akhirnya lampu sorot menyala, dan keempat sosok itu muncul di atas panggung
 Saya melihat :
 Dua pria berkemeja putih, celana jeans pendek, dan sepatu boots  bergantian berbicara
 Roy Julien dan Mame, keduanya berbicara puitis"

Kami adalah kombinasi, atau makna, kepalsuan dan kebenaran, yang diaduk dalam campuran kegelapan," kata Mamesandria, yang berbicara di atas panggung Kemudian Roy yang  berdiri di belakangku perlahan maju ke depan dan berkata, Apa yang ingin kamu banggakan.
 "...Surga dan Neraka adalah tempat yang sama dengan dua nama yang berbeda, dan Dia ada di dalamnya.

Saat keduanya berbicara, Atenx membuat suara dengan alat dan benda yang tidak biasa di sisi kanan panggung
 Ia duduk bersila di atas panggung kecil yang dilapisi kain hitam, dengan drum, mangkuk bernyanyi, dan galon air isi ulang diletakkan di depannya.


 Di tengah panggung terdapat alat peraga yang dimainkan  Roy dan Mame
 Tangga panggung  dilapisi alumunium foil.


 Kadang-kadang mereka bermain-main dengan tangga, memanjatnya, dan masuk ke lubang di tengahnya
 Sedangkan di sisi kiri panggung ada seorang wanita yang mengenakan pakaian berwarna hitam dan sarung tangan berwarna putih
 Setiap kata yang keluar dari mulut Roy dan Mame ia terjemahkan ke dalam bahasa isyarat.


 Wanita itu adalah Marina Novianti.

terdengar seperti suara mata pisau yang sedang diasah 

Srek.. Srek.. Srek..
"Apakah pisau yang kau temukan semalam di dalam mimpimu akan kau pakai untuk membuhun dirimu sendiri, setelah kau terbangun dari tidurmu hari ini, Me?",


"Eeee.. kamu ngomong apa, Roy?, Siapa pula yang mengatakan bahwa tuhan lebih dekat kepadamu dari pada urat lehermu sendiri.. Aaa. Aaa.. Aaa..",


"Kamu ngomong apa, Me?"


"Coba tanyakan pada Galileo apa kabar Macbeth?" tanya Roy berkelakar.
"Ngomong apa kamuu?"


Lalu Atenx mengangkat galon yang berisi air dan menungkannya, sehingga menciptakan seperti suara kucuran air yang keluar dari keran. 

"Maka pada suatu hari, Ia pergi ke kamar mandi dan tak pernah kembali lagi. Ada yang bilang ia telah menjelma menjadi bak mandi, ada juga yang bilang kalau dia telah mengubah dirinya menjadi gayung, ada juga yang bilang kalau dia berubah bentuk jadi WC jongkok, yang lainnya lagi mengatakan bahwa ia telah bosan. Semua orang seolah mengetahui peristiwa tentangg kehilanggannya, tapi, tak seorang pun yang menyadari pada saat itu telah bertambah satu bintang di atas langit; kuburan cahaya-cahaya". ucap Roy.


Di tengah-tengan penamilannya, mereka turun panggung dan berjalan ke barisan bangku penonton, mereka menyapa dan berinteraksi orang-orang yang mereka kenal.


"Setiap hari adalah hari keberuntunganmu, Syamil. Tapi kenapa kau selalu merasa sial? Pasti ada yang salah dengan kebenaranmu, yah?" Ucap Mame kepada salah satu penonton.


"Mas Mono!, untuk sementara hindari makan-makan yang mengandung kenangan buruk, karena itu bisa menggangu masa pertumbuhanmu." Kata Mame, dan langsung disambar oleh Roy


"Tapi jangan menunggu hukum karma mendatangimu, Mas". pungkas Roy


"Akbar!, sebisa mungkin tebuslah dosa-dosa di mana kamu berada, Akbar"


"Sebuah yang menjadi tak terduga, Om Gandung. Akan mendatangimu di minggu ini"


"Jadi bersiaplah untuk bernasib baik, Dedi Rusdian."


"Apa?, kenapa, Kak? soal asamara? saya belum mendapat gambaran"


"Apa? tadi kamu ngomong apa? politik? Ngompol, ngomong politik. Isinya masih pengulangan."


"Dan untuk soal-soal lainnya, akan saya katakan lagi dilain waktu. Demikian dan sekian" Tutup mereka berdua.


Lalu mereka kembali naik ke atas panggung, "Ahh Anjing lo!. Katamu suatu hari" ucap Roy, naratif. Lalu satu diantara mereka merangkak seolah menjadi Anjing. 

"Aku pun mulai belajar menjadi Anjing, untuk menemukan kebenaran kata-katamu ... Aku menemukan kemanusiaanku dalam keanjingan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun