Tulisan Supreme tampil dalam jenis huruf Futura Heavy Oblique putih, yang didasarkan pada seni ciptaan Barbara Kruger. Lewat perilaku berburu terus menerus itu, muncul cerita, mitos, legenda, dan desas-desus yang mengelilingi sejarah merek. Jebbia adalah pria pendiam, rendah hati dan memiliki daya pikat. Supreme melepas produk barunya di seluruh dunia lewat situs web-nya pada Kamis pagi untuk Kawasan Amerika dan Eropa. Dan hari Sabtu pagi, di Jepang.
Satu hal yang konsisten dilakukan oleh Supreme adalah melepas produk dalam jumlah terbatas. Strategi membatasi pelepasan produk ini menciptakan kelangkaan, scarcity, yang bagi konsumen pemburunya, mendorong munculnya perasaan penasaran. Perpaduan scarcity dan curiosity sering jadi penjelas, adanya produk-produk berharga mahal, namun jadi buruan pelanggannya. Nampaknya itulah alasan orang sangat setia pada brand yang sekilas nampak sederhana ini, namun kaya cerita di baliknya.
Fenomena Oreo Supreme yang mampu menciptakan ilusi produk yang bernilai tinggi dan layak diburu ini, dalam penjelasan Manuel Castells, 1996, dalam The Rise of The Network Society, dilambungkan oleh paradigma informasional. Ini terjadi manakala sebuah produk memiliki nilai, bukan kandungan bahan di dalamnya
Pada Oreo Supreme maupun produk-produk branded lainnya, seringkali konsumen bukan mengkonsumsi kandungan dasar produk, tapi turut berada dalam informasi yang dipertukarkan jejaring. Kenikmatan mengkonsumsi yang diperoleh, adalah kenikmatan ada dalam jejaring, menjadi bagian dari yang lain.
Maka, haruskah kelompok muda membelanjakan penghasilan yang diperolehnya rupiah demi rupiah, untuk produk yang nilainya dibangun oleh ilusinya sendiri ? Itu pun harus ditebus dengan harga kelewat mahal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H