Mohon tunggu...
Rakhyan Risnu Sasongko
Rakhyan Risnu Sasongko Mohon Tunggu... -

Ilmu itu bukan sekedar dibaca, ditulis dan dihafal saja. Ilmu itu perlu penghayatan, perenungan, dan pemahaman.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Sang Harimau

16 Januari 2012   23:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:48 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah kisah yang hadir dalam catatn harian kecilku. Sebuah kisah tentang seekor anak harimau kecil yang kehilangan induknya. Sendiri di tengah hutan belantara yang siap membunuhnya. Auman kecil bayi harimau sedikit mengusik seekor domba betina dalam kawanannya yang sedang melintasi hutan tempat bayi harimau itu berada. Dia merasa iba dan tak tega membiarkannya sendiri di tengah hutan itu. Dengan penuh iba akhirnya dia membawanya dan berjanji pada dirinya sendiri akan merwatnya, selayaknya anaknya sendiri. Seiring bergulirnya waktu, bayi harimua itupun mulai tumbuh dan menampakkan bentuk keganasannya. Bersamanya, dia hidup bersama induk domba yang telah mempunyai seekor anak domba yang lucu. Dia merasa bahwa anak domba itu adalah saudaranya. Karena sejak kecil mereka hidup bersama dirawat oleh induk domba. Tumbuh dan terus tumbuh, dia merasa bahwa dirinya juga adalah bagian dari kawanan domba itu. Dia mengikuti papa yang dilakukan oleh domba-domba yang lainnya. Dia mengembik, makan rumput, dan kegiatan domba-domba lainnya. Tak sekalipun dia merasakan kalau dia adalah seekorharimau yang perkasa dan sang raja hutan. Hingga pada suatu waktu, dari ujung bukit dekat kawanan domba itu mencari makan. Seekor serigala datang untuk mencari makan dan mengintai kawanan domba itu dari semak-semak. Saat kondisi mulai tenang dan domba-domba sedang lengah, bersiaplah serigala itu berlari dan mengejar kawanan domba itu. Lari dan mengejar, akhirnya dia menangkap anak dari induk domba. Sang induk berteriak meminta tolong pada anak harimua itu untuk menolong anaknya. "Hai harimau, ayo tolonglah saudaramu itu." Sang Harimau menjawab, "Aku takut, aku tidak bisa menolongnya" Seraya bersembunyi dibalik induk domba. Serigala itu kebingungan, karena di dalam kawanan domba ada seekor harimau yang besar namun dia sama sekali tak menyerangnya, malah bersembunyi di balik badan induk domba. Dengan sedikit ketakutan akhirnya anak domba itu dimangsa oleh serigala hanas itu. Kesedihan menimpa induk domba. Sang harimau merasa bersalah dan mencoba meminta maaf pada induk kambing. Tapi induk kambing itu tak menghiraukannya, dia merasa kecewa padanya. Sang harimau bingung, dia merasa bahwa dirinya adalah domba bukanlah harimau seperti yang dikira oleh induk domba. "Kau itu bukanlah domba, kau adalah harimua sang penguasa hutan. Seharusnya kamu tadi dapat menolong saudaramu, bukan malah bersembunyi di balik badanku" Dengan sangat sedih induk domba memarahi anak harimau itu. Di hari berikutnya serigala itu datang lagi dan mencoba memasatika kebenaran yang dia lihat sebelumnya. Seekor harimau besar yang ada dalam kawanan domba. Dia berlari dan mengejar-ngejar kawanan domba lagi. Kali ini sang induk domba yang tertangkap. Induk domba itu berteriak meminta tolong pada anak harimau itu. "Tolonglah aku anak harimau, kau adalah harimau sang raja hutan, penguasa hutan. Apakah kau akan membiarkanku yang merawatmu dimangsa oleh serigala jahat ini?" Dengan rasa takut dan keinginan untuk menolong induk domba, akhirnya anak harimau itu menyelamatkan induk domba. Namun serigala merasa keanehan, harimau itu menanduknya. Padahal dia sudah merasa kalau anak harimau tadi akan menerkamnya dan mencabik-cabik dagingnya. Selain itu harimau itu mengembik layaknya para domba, bukannnya mengaung sekeras sang raja hutan. "embeeeee, pergilah dan lepaskan ibuku" Sang serigala penasaran dan melawan anak harimau itu. sekarang kedudukan justru menjadi terbalik. Anak harimau itu diserang habis-habisan oleh serigala itu. Karena merasa iba dengan anak harimau itu, induk domba berbalik menolongnya. Dan akhirnya serigala itu pergi dan tidak membawa apa-apa kali ini. Setelah itu induk domba mengatakan, "Hai anak harimau, kamu adalah anak harimau, bukanlah domba. Kamu bukanlah domba seperti kami, seharusnya kamu itu mengaung bukanlah mengembik." Namun sang anak harimau tetap merasa bahwa dirinya adalah anak domba, berkali-kali dia mencoba mengaung, tapi yang keluar dari mulutnya adalah sebuah embikan domba. Anak harimau merasa sedih, meski dia berhasil menyelamatkan induk domba. tapi dia berkali-kali dikatakan bahwa dia bukanlah domba, padahal dalah hatinya dia merasakan bahwa dirinya adalah domba. Kemudian dia lari ketengah hutan dan tibalah di sebuah danau. ternyata di sana terdapat seekor binatang yang menganung keras. Aungannya sangat keras dan mengglegar, membuat tubuh anak harimau itu berketar. Dia kemudian mengembik ketakutan. Suaranya pun terdengar oleh Harimau perkasa itu, harimau itu kemudian mendatangi anak harimau itu dan bertanya padanya. "hai anak harimau, apa yang sedang kau lakukan di sini? dan mengapa pula kamu mengembik layaknya seekor domba?" Anak harimau menjawab, "Saya sedang sedih,  saya merasa bahwa saya bukanlah seekor harimau seperti yang kamu kira." Harimau itu kemudian mengatakan pada anak harimau itu, "hai anak harimau, kamu bukanlah anak domba. kamu adalah anak harimau, kau sama denganku. Berkacalah dalam danau itu dan lihatlah dirimu yang memiliki rupa sama denganku." Anak harimau itu menurutinya, dan dia terkejut melihat dirinya yang memiliki rupa sama dengannya. "Benar, akau memiliki rupa yang sama denganmu. Aku adalah harimau sang raja hutan. Tapi aku tidak tahu caranya mengaung, sejak aku kecil aku sudah dirawat oleh seekor domba" Kemudian dia diajari mengaung oleh harimau itu, dia ajarkan cara aungan yang keras dan siap menggoncang seluruh isi hutan. Akhirnya dia bisa mengaung dan kini telah benar-benar merasa bahwa dia adalah seekor harimau. "Terima kasih hatimau, kau telah ajarkan aku mengaung." Kemudian anak harimau itu kembai pada kawanan domba. Ketika itu, dengan penasaran serigala yang telah dikalahkan oleh anak harimau yang seperti domba itu merasa dilecehkan. Dia tidak terima dan berusaha membalas dendam. Kali ini dia akan langsung mengejar kawanan domba dan akan membalas dendam pada anak harimau itu. Saat serigala itu mengejar-ngejar kawanan domba, dia mendapati anak harimau itu. Namun kali ini denga gagah berani, anak harimau itu mengaung dengan sangat keras. Serigala itu terkejut dan bergetarlah seluruh tubuhnya. Dia merasa ketakutan dan kemudian lari terbirit-birit. para domba dan induk domba itu berterima kasih pada anak harimau itu yang telah menyelamatkan mereka. Kini dia benar-benar merasa bahwa dirinya adalah raja hutan yang siap untuk mengaung dan memimpin hutan. Sekali lagi dia mengaung dan suaranya terdengar sampai ke serigala itu. Dengan ketakutan, lari serigala itu semakin kencang. Karena dia merasa bahwa dirinya dikejar-kejar oleh anak harimau itu. Nah dari kisah di atas dapat diambil sebuah ibrah. Betapa sering kita merasa kecil, mental kita ciut sebelum kita menunjukkan kemampuan kita yang sesungguhnya. Tak menyadari potensi yang luar biasa dala diri kita. melihat kawan kita hebat dan mempunyai bakat luar biasa, kita yang belum sempat menunjukkan bakat kita merasa ciut dan seakan-akan sangatlah lemah dan tak mampu menunjukkan bakat dahsyat yang ada dalam diri kita. Ketika orang mengatakan diri kita bodoh, tak berbakat, tak pantas, dan hujatan-hujatan lain yang melemahkan mental. Justru kita malah menurutinya dan mengikuti kata-kata orang lain itu. Sedikit kisah yang dialami oleh Brad Cohen dalam Film Fron of the class saya rasa dapat dijadikan sebuah inspirasi. Seorang penderita Tourette syndrome yang bercita-cita menjadi seorang guru. Dia tidak membiarkan dirinya kalah oleh penyakitnya itu. Dengan dukungan cinta dari orang-orang terdekatnya, keluarganya ibu, adiknya Jeff, nency, & sahabtnya. Dia tidak membiarkan dirinya kalah oleh penyakitnya. Hingga akhirnya dia mampu menjadi seorang guru di sebuah sekolah, dan dia mengajar kelas dua. Dengan tekad yang luar biasa, dan kreatifiatsnya. Dia mampu memperoleh kemenangan besar, sebagai "Guru Terkini/Terbaik" di Amerika Serikat. Itulah yang seharusnya kita lakukan, begitu juga yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Memberikan dukungan, bukan malah menghujat dan melemahkan mental saudaranya. Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Wallahualam bi shawab...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun