Menyusuri Rekayasa (Wacana) Publik di Indonesia, dalam kacamata ke-Goblok-an !?
Memasuki pertengahan 2010 seluruh media di Dunia terfokus pada sebuah negara ter-pesat di Benua Afrika, yakni Afrika Selatan. Negara yang sempat terbelenggu dengan politik Aperthaid pada zaman dulu, kini telah berubah menjadi negara demokratis yang di motori oleh Nelson Mandela. Afrika Selatan (Afsel), merupakan salah satu negara kaya raya di benua Afrika, Afsel menghasilkan Emas, Berlian, dan Platinum terbesar di Dunia. Dan pada bulan Juni - Juli 2010 Afsel menjadi sorotan Dunia, dengan dilangsungkannya Piala Dunia Sepak Bola atawa World Cup 2010. Ditunjuk Afsel sebagai tuan rumah, membuat negera yang pernah di pimpin Nelson Mandela tersebut harus berbenah diri, dan melakukan renovasi dan pembuatan stadion baru bertaraf internasional sesuai standar FIFA.
Walaupun harus tumbang pada babak penyisihan, negara yang paling banyak kulit putih-nya di benua Afrika tersebut tetap menjadi headline di media internasional. Bukan hanya sepak bola-nya yang menjadi pembicaraan, tapi budaya, alam, industi, hingga cape town sebagai ibu kota dan vuvuzela sebagai alat musik khas menjadi wacana tersendiri di luar Piala Dunia 2010. Tidak bisa di pungkiri Dunia sekarang tertuju pada Afsel, walau kemarin sempat teralihkan dengan ulah Zionis yang selalu melanggar hak asisi manusia dan membuat teror kembali di jalur Gazza.
Gemerlap kemegahan Piala Dunia telah juga tercium jauh-jauh hari oleh rakyat Indonesia, media dan kantor-kantor berita pun tentu tak mau ketinggalan kabar, mereka mengirimkan para jurnalisnya untuk turut serta meliput gelar akbar Piala Dunia 2010. Tidak ketinggalan ketua PSSI kita juga turut pergi kesana, entah hanya sekedar nongkrong atau turut nimbrung dengan petinggi FIFA atau mungkin menjadi panitia, yakni pembantu umum??? yang jelas kita tidak pernah tahu, karena media kita yang berada di sana pun tentu tak mau repot meliput beliau yang notabene-nya punya banyak "Dosa" terhadap persepakbolaan dalam negeri, dan juga terhadap 240 juta rakyat Indonesia yang 'pernah' dirampas hak kekayaannya dalam kasus korupsi yang dilakukan beliau .
Berbicara masalah "Dosa", kita tidak perlu jauh-jauh ke Afrika Selatan. Di tengah hingar bingar pemberitaan Piala Dunia 2010 di Afsel, Di Indonesia masih tertumpuk seabrek "Dosa" dalam headline surat kabar, berita-berita, dan menjadi bibir mer dalam "mata pelajaran" infotainment yang setiap satu jam di setiap media televisi turut berdosa merusak tingkat kecerdasan anak bangsa karena telah melakukan Brain Wash terhadap pemirsa-nya dengan Gunjingan dan Gossip juga rekayasa wacana publik. (Inilah dekadensi jurnalistik di Indonesia, semua tak ada lagi berita sentosa & sejahtera!!!???)
Sejak jatuhnya Rezim Soeharto, dan masa euphoria Reformasi yang tak kundung reda hingga saat ini, media menjadi seronok dan seolah telah kehilangan "Kode Etik Jurnalistik"-nya. Banyak media menjadi Terlalu berani dan "Cerewet" dalam mengulas sebuah wacana, seolah media-lah yang paling benar dalam berbicara. (Sekali lagi itu adalah Dekadensi Jurnaistik di Indonesia, sangat disayangkan seribu sayang...?!).
Kembali pada persoalan "dosa" di atas. Ketika mendengar kata "dosa" bagi umat muslim tentu akan segera Istigfhar dan mengucap Astagfirullahal'adziim, dan bagi umat lainnya tentu akan merasa penuh penyesalan, dan berdo'a untuk segala ampunan-Nya. Naasnya dalam pemberitaan di media baik itu peristiwa maupun gossip, yang menjadi tematiknya adalah "dosa!". Bahkan setiap hari silih berganti "dosa" seseorang yang menjadi berita utama, yang di bahas dengan cara menghakimi, dan banyak pula tokoh dadakan yang turut serta mengutuk "dosa" yang di buat seseorang tersebut. Sial bagi generasi belia Indonesia (anak balita sampai SD), dan generasi muda Indonesia karena setiap jam di suguhi "dosa-dosa" para orang tua dalam media (Surat Kabar, TV, Radio, Internet, dll) yang sepatutnya di saring dan tidak terserap oleh anak-anak belia tersebut. Dan sial ke-dua kalinya bagi generasi belia dan generasi muda, selalu menjadi (di) kambing hitam-kan oleh keadaan bila terjadinya aksi kenakalan remaja?.
Apakah kita menyimak wacana yang silih berganti di Indonesia Raya ini?, dari hari ke hari membentuk tahun ke tahun?, berapa persenkah wacana positive yang turut serta membangun mental dan moralitas yang baik setiap insan Negeri? Lalu apakah kita rindu akan wacana-wacana atawa berita sejahtera tentang rakyat Indonesia, luhur budaya-nya, beragam suku bangsanya, harmonis Agamanya, serta kurikulum pendidikan yang mencerdaskan bukan "membodohi"? Rindu kah kita ? pada kehidupan berbangsa tanpa rekayasa politik dan rekayasa sosial??? dan lain-lain, dan lain-lain, mungkin hanya kenangan belaka bagi Negeri ilusi ini.
Piala Akherat ?
Piala Akherat tentu bukanlah semacam counter atas keberlangusngan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, Tapi secara teknis pada kenyataannya tidaklah jauh berbeda. Bila di Piala Dunia 2010 banyak tim jagoan yang tumbang oleh tim underdog, maka di Piala Akherat pun demikian, banyak pula orang yang di nilai bersih, namun kenyataannya korup, dan lain-lain.
Banyak contoh riil dalam kompetisi Piala Akherat ini diantaranya bahasa kiasan berikut ini, "..Saat ini di Negeri ini banyak bahasa kiasan baru yang patut di cermati biar tidak tersesat!.." tutur Guru Bangsa. "..Kalau mau jadi anggota dewan, tidak perlu sekolah tinggi-tinggi apalagi membuat ijazah palsu, toh para Anggota Dewan itu tidak jauh kelakuannya dari Anak TK (taman kanak-kanak), malah turun lagi kastanya GUs Dur bilang tak ubahnya Anak PlayGroup!..."
atawa bahasa kiasan berikut ini yang pernah di ucapkan salah satu nara sumber saya, yakni si Mbok tukang Pecel di Daerah Jawa Tengah ketika mendo'a kan saya yang hendak pamit pulang ke Bandung, "..Si'Mbok do'akan supaya Aden jadi orang sukses dan berhasil, tapi jangan pernah jadi Pejabat ya Den..!!!" Wah, aneh juga, ko si Mbok bilang "Jangan jadi pejabat!?" "..Ko jangan jadi pejabat Mbok? padahal kan pejabat adalah salah satu lambang kesuksesan..!" timpal penulis, kemudian dengan sigap si mbok menjawab "..Ora opo-opo ta do'akan jadi orang sukses saja, cari kesuksesan yang lain. Soalnya kalu jadi "pejabat" itu ga akan lama, setelah itu pasti jadi "penjahat!!!" banyak buktinya di televisi..".
Adalagi kiasan yang bunyinya seperti ini yang beredar di masyarakat "..Lebih baik mantan Penjahat, dari pada mantan "Ustadz"!!!...".
Dan lain-lain, dan lain-lain.
Di awal tahun 2010 banyak peristiwa mengejutkan yang menjadi wacana publik di Negeri ini, di samping permasalahan warisan leluhur yang tak kunjung usai (kasus Soeharto, Tragedy Semanggi, hutang IMF, pembunuh Munir, Money Politic, hingga kasus Antasai Azhar, Anggodo, Centaury, Teroris-teroris-an, Susno, hingga Gayus, dll). Wacana-wacana tersebut di-atas terjadi tanpa di undang dan (kadang) hilang tanpa di antar, seperti halnya di Film Jailangkung. Bahkan tak jarang "TANPA ADA PENYELESAIAN", wacana di atas seakan saling tumpang tindih dan saling menutupi dengan wacana yang lainnya. Bila semua wacana tersebut sudah klimaks dan mentoks, maka BOM dan TERORIS menjadi wacana selanjutnya (Cerita Lama) atawa wacana pembunuhan dengan dalih perselingkungan pasti menjadi top rate bagi masyarakat kita, sehingga pihak-pihak pembuat rekayasa sosial menjadi semakin banyak PR nya.
Anehnya dalam kompetisi "Piala Akherat" yang terjadi di Negeri Ilusi, hal yang di make over adalah justru pencitraan publik dan penilaian palsu dari masyarakat yang telah di Brain Wash media tadi. bayangkan saja, Piala Akherat yang seharusnya menggambarkan kompetisi sehat dalam meningkatkan Akhlak, tauhid, hingga Ma'rifat seseorang di Hadapan Tuhan-Nya secara vertikal, ternyata di biaskan demi kepentingan duniawi juga (Mereka lupa, padahal Tuhan-nya tidak bisa di bohongi apalagi di bodohi, bukankah tuhan Maha Sutradara, dan Maha atas Segalanya!). Ajaran Agama yang seharusnya melandasi moralitas manusia terhadap Tuhan-nya, ternyata dewasa ini hanya dijadikan "jubah" yang nampak suci di lihat dari luaran saja, sementara Sudah jelas, masalah nilai-nilai Akhlak, Tauhid, Keimanan, dan ketaqwaan seseorang adalah murni rahasia Illahi, bahkan tidak dinilai luarnya, tp esensi beribadahnya.
Ternyata Piala Dunia dan Piala Akherat penuh kejutan, banyak yang orang kira juara, ternyata pecundang sebelum waktunya. Banyak juga Intrik yang terjadi, semua ingin "Menang" sebelum waktunya, semua ingin menjadi "Juara" sebelum waktunya. Dan tentunya banyak diantara umat manusia ini yang melupakan Tuhan dan Rasul-nya, bahkan Ajaran-Nya. Semua pihakmerasa paling benar padahal kebenaran itu adalah mutlak milik sang Khalik (Insya Alloh).
Berterima Kasih Pada Ariel Peterpan
Dalam sejarah Piala Dunia sepak bola, sepatutnya kita berterima kasih pada Zainuddin Zinadine "Zizhou" Zidane. Dalam Final Piala Dunia 2006 dia melawan tindak penghinaan rasial dengan menanduk Matterazzi, sekaligus mempertahankan Akidahnya dan martabat keluarganya (itu salah satu perilaku JIhad loh) walaupun harus mendapat kartumerah dan hujatan dari seluruh dunia. Zidane telah berbuat salah secara hukum sepak bola, tp di hadapan Tuhan-nya (mungkin) Zidane telah berbuat "Benar".
Begitu pun di kancah "Piala Akherat", sewajarnya kita berterima kasih pada Ariel atawa Nazriel "Borriel" Irham sang vokalis Peterpan. Yang selama perjalanan kariernya tumbuh dalam Hedonisme dan "pergaulan bebas", seperti yang di alami generasi muda saat ini hingga terjerumus dalam lubang hitam Free Sex yang rupanya telah mewabah di dunia fana ini. Secara hukum Susila dan Religi Ariel patut di persalah-kan dengan dakwaan Zinnah, dan telah berbuat asu-sila. Tapi dalam peranan pendidikan yang se-riil nya mendidik moralitas Bangsa, kita patut berterima kasih pada vokalis perlente yang satu ini, mengapa demikian? berikut rinciannya kenapa kita harus berterima kasih pada Ariel :
- Dengan menyebarnya Sex Tape Ariel dan selir-selirnya, maka para pengantin baru yang sudah di-sah kan KUA tidak perlu lagi repot-repot mencari tutorial sex education, yang tidak pernah tercantum dalam kurikulum pendidikan kita, karena "sex" selalu di anggap tabu, dan dinilai dapat meresahkan.
- Dengan terkuaknya "permainan" Ariel dan selir-selirnya itu, maka kita dapat melihat cerminan pergaulan bebas di Indonesia, seharusnya semua pihak terutama lembaga hukum dan pihak berwajib lainnya berterima kasih kepada Ariel, karena pihak-pihak tersebut tidak perlu repot-repot mencari barang bukti, bukankah barang buktinya telah dibuat oleh si pelaku sendiri.
- Melihat Perilaku Ariel yang sedemikian rupa itu, sepatutnya para Orang Tua yang menghakimi Ariel, Berterima kasih pada Ariel ! mengapa, Karena cukup Ariel dan dayang-dayang-nya yang ber"dosa", tidak perlu putra-putri bangsa lainnya yang berdosa !!! Selamatkan Putra-putri Bangsa dari perilaku yang demikian, berikan pendidikan ketuhanan, dan pendidikan Susila sejak dini, berikan contoh yang teladan, maka Anak-anak Indonesia kelak akan selamat dari fornografi dan sex bebas!!! bukannya malah memberikan contoh selingkuh, kawin-cerai, atau free sex old-mateur. Seperti yang telah di contohkan Beberapa Anggota Dewan yang tak kena Hukum itu, apalagi menghakimi Ariel bersalah, sementara dirinya sendiri tukang selingkuh dengan sahabat temannya?.
- Bagi Menkominfo seharusnya berterima kasih juga pada Ariel, itu membuktikan bahwa server-server dunia maya masih teramat banyak yang dapat dengan mudah menampilkan Fornografi !! Dan itu kan kegagalan Depkominfo yang harus di evaluasi!!? Jangan malah memperkeruh suasana dengan membuat umpatan-umpatan yang tidak jelas!
- Dengan mencuatnya pemberitaan Ariel dan cw-cw nya itu, maka sewajarnya para pejabat menjadi malu, dan sepatutnya bercermin, bahwa Ariel yang tidak Korupsi saja bisa ber"dosa" gede, jadi ngapain anda yang punya dosa gede harus korupsi juga?
Disamping semua itu, Piala Dunia dan Piala Akherat banyak opsi yang harus di evaluasi kembali.. Para pemain hanya bisa berlatih dan berusaha meningkatkan skill, tapi jangan lupa bahwa pemain lain pun akan melakukan hal yang sama. Tim yang besar dan di andalkan belum tentu dia menjadi juara-nya. Begitupun dengan kompetisi di Piala Akherat, Orang yang nampak "Suci" dan berjubah atau berjas dan berdasi, belum tentu ia Ahli syurga, sebab masalah dunia wi hanya sekedar pencitraan yang dengan mudah di rekayasa dewasa ini, fahamilah kembali Ajaran Tuhan, Esensi-nya yang utama, karena Tuhan Maha Mengetahui Segala-Nya.
Piala Dunia VS Piala Akherat, Siapakah Juara Sejati-nya??? Tuhan lah sang masterplann yang sesungguhnya..
"...Mari perbaiki diri, menuju lebih baik..."
SAVE OUR GENERATION = MENYELAMATKAN INDONESIA RAYA
Analisa Sudut Pandang kacamata Goblok, tanpa maksud mengajari tentang dosa dan sebagainya, hanya analisa sepihak dan dangkal sehubungan rindu kesejahteraan di Bumi Indonesia.
27062010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H