Namun, akan berbeda efeknya buat anak kita apabila kita menyampaikan kepada anak kita berbeda caranya. " Nak, hebat kamu. Soal matematika sebanyak dan sesusah ini kamu bisa dapat nilai 54 ! Nggak usah sedih. Ayah yakin kamu pasti bisa lebih dari ini. Lihat temanmu si Fulan. Ternyata dia bisa dapat 100. Pasti kamu juga bisa. Lha wong kalian sekelas, gurunya sama, soalnya juga sama kok. Sekarang lebih semangat lagi, lain kali insyaalloh pasti kamu juga bisa dapat nilai 100 !"
Beda khan?
Ya, beda cara menyampaikannya dan saya yakin akan berbeda pengaruhnya kepada psikologi anak kita. Padahal kita sama-sama melakukan perbandingan. Sama-sama mengkomparasikan anak kita dengan anak yang lain. Artinya membandingkan anak bukanlah hal yang terlarang. Bukan hal yang tabu. Tergantung konteksnya.
Kita juga perlu menyadari bahwa saat anak kita memasuki dunia kerja, maka seleksi pertama yang dilakukan oleh instansi/perusahaan tempat mereka akan bekerja juga akan dilakukan melalui perbandingan. Anak-anak kita akan dibanding-bandingkan dengan calon pegawai yang lain. Dibandingkan pendidikannya lebih spesifik bahkan IPK-nya. Dibandingkan keterampilannya. Dibandingkan kemampuannya berkomunikasi. Dan hal lain yang dianggap penting dalam menentukan siapa yang terbaik di antara mereka.
Pada akhirnya komparasi ini tetap akan dialami anak-anak kita. Dalam berbagai hal dan kondisi. Saat sudah bekerja pun mereka tetap akan dibandingkan dengan pegawai lain. Dibandingkan kedisiplinannya. Dibandingkan prestasinya. Dibandingkan kinerjanya. Dan sebagainya.
Karenanya, menurut saya; apabila sedari kecil anak kita tidak boleh dan tidak pernah dibandingkan maka mereka akan kaget saat memasuki arena kompetisi dalam berbagai hal. Tentunya sekali lagi cara kita membandingkannya inilah yang menjadi kunci.
Di jepang semangat berkompetisi, berlomba sangat ditumbuhkan. Agar anak-anak di sana lebih kompeten. Lebih berdaya saing. Namun tentunya kompetisi yg ditumbuhkan juga fair dan penuh semangat positif. Dan sekarang kita bisa melihat seperti apa Jepang dibanding Indonesia.
Jadi.... Masih tidak bolehkah anak kita dibanding-bandingkan ???
Terserah anda si "empunya" anak yang hanya dititipi oleh Alloh SWT.....
Wallahu'alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H