Maka di saat seperti itulah kepekaan kita kepada lingkungan diuji. Bagaimana kita membaca keberadaan seseorang dengan segala keadaannya.Â
Peka adalah bagian dari kecerdasan emosi yang bisa dilatih. Seseorang yang dicap tidak peka tidak serta merta akan menjadi pribadi yang cuek selamanya. Dengan terus berusaha lebih berempati dengan lingkungan akan menjadi sarana belajar yang baik mengasah kepekaan.
Bahasa tubuh seseorang adalah tanda yang bisa menjadi kunci kita dalam membaca keadaan. Seseorang yang sedang mengalami kesulitan bisa jelas terlihat dari mimik wajah dan suasana hati yang terbaca.
Bagaimana cara kita menawarkan bantuan?
Kita dapat memilih kata-kata yang tidak menghakimi dan cenderung menunjukkan kelemahan orang yang akan kita bantu. Tidak usah kita mempertegas keadaannya yang sedang susah payah berjuang. Tanpa kita bicara pun dia sudah merasa lemah. Tidak perlu kita menambah beban dengan kata-kata yang akan menyebabkan dia malu dan semakin terpuruk.
Bantuan yang kita tawarkan dengan tulus tidak akan dapat diterima dengan baik jika dia merasa bahwa kita membantu karena kasihan. Memang sulit untuk membedakan perasaan kasihan atau karena memang kita berempati dan ingin menolong.Â
Tetapi dengan tidak membuat mereka merasa bahwa mereka pantas dikasihani sudah cukup membantu.
Tetap ramah dan tersenyum, tahanlah tatapan iba yang berlebihan. Tidak ada orang yang suka dipandang dengan tatapan seolah-olah dia orang yang paling menderita sedunia. Bagaimanapun keadaannya, perlakukan dengan wajar walaupun dalam hati kita sangat merasa kasihan.
Mengapa kita harus menjaga perasaan orang yang kita bantu? Pertanyaan ini kita jawab dengan mencoba kita kembalikan kepada diri sendiri. Bagaimana perasaan kita di saat sangat membutuhkan pertolongan orang lain? Kita pasti berharap mendapat pertolongan tanpa kita merasa harga diri dan kehormatan kita hilang.
Saya pernah melihat salah satu konten di media sosial yang mampu membuat gerimis di hati saya. Seorang bapak penyapu jalan yang menerima sedekah nasi bungkus dari seseorang.
Setelah diterima, dia bertanya " Ini ngga difoto Bu?"
"Oh tidak Pak.. Silakan dinikmati buat sarapan. Mengapa Bapak bertanya begitu?"tanya Ibu pemberi sedekah.