Lantas mengapa sinetron Indonesia masih bertahan menyuguhkan tontonan yang seperti itu? Sederhana sih, mereka hanya mengikuti selera pasar.Â
Penonton sinetron umumnya adalah masyarakat atau tepatnya ibu-ibu golongan menengah ke bawah. Mereka adalah penonton fanatik yang menguasai pesawat televisi di jam sinetron tayang.
Masyarakat Indonesia yang masih banyak kalangan menengah ke bawah dengan tingkat pendapatan yang pas-pasan tidak mempunyai pilihan hiburan lain kecuali televisi. Untuk berlangganan tv kabel yang menyuguhkan tontonan alternatif yang lebih berkualitas mereka masih memiliki banyak pertimbangan lain.
Jadi, sinetron Indonesia tetap memiliki penggemar fanatik yang mendatangkan keuntungan finansial banyak pihak yang terlibat.Â
Sinetron di prime time tentu menjadi rebutan iklan-iklan besar. Simbiosis mutualisme antara produser sinetron, stasiun televisi yang menyiarkan, para pemain yang harus menekan perasaan bosan dan para pemasang iklan menjadi kesatuan yang erat.
Karakter masyarakat Indonesia yang cenderung kepo juga menjadi faktor pendukung mengapa sinetron dengan cerita yang berbelit, dramatis dan penuh tragedi tetap menjadi idola.Â
Dan pada akhirnya memang kembali ke selera masing-masing. Walaupun tentu saja kita berharap suatu saat akan lebih banyak tontonan yang mengedepankan pendidikan moral dapat kita nikmati.