Mohon tunggu...
Rakhmasari Kurnianingtyas
Rakhmasari Kurnianingtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mencoba melukis cerita lewat aksara

belajar dari mendengarkan dan melihat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Teman Macam Apa Aku

8 April 2022   09:00 Diperbarui: 8 April 2022   09:06 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Teman (Foto : thebluediamondgallery.com/ Nick Youngson)

Hai... Pengen ngobrol nih..
Aku merasa kesepian...

Demikian kubaca pesan dari temanku setelah kuangkat telepon yang berkedip-kedip ketika aku sedang zoom meeting. Sesaat aku bimbang. Membaca kata-katanya aku merasa ada sesuatu yang harus kudengarkan. Tapi tugasku masih belum selesai kutunaikan.

Akhirnya kutawarkan mengobrol lewat chat sambil kusampaikan maafku tidak bisa mendengarkan langsung keluh kesahnya. Yaa.. Aku sering menjadi tempat teman-temanku menumpahkan segala uneg-uneg yang membuat mereka merasa tidak nyaman.

Menjadi orang yang dibutuhkan dan dirindukan membuat aku merasa berharga. Walaupun aku sangat mencintaiku diriku sendiri, tapi pengakuan dari orang lain kalau mereka merasa nyaman bercerita denganku membuat aku merasa lebih percaya diri.

Ada masanya aku pernah begitu terpuruk. Aku manusia biasa yang punya segudang masalah juga. Dengan mendengarkan teman bercerita, banyak yang aku dapatkan. Aku belajar tentang hidup dari berbagai kisah yang aku dengar.

Sudah menjadi karakterku untuk selalu ada buat siapa saja kapan saja. Aku tidak merasa mengorbankan diriku saat aku memutuskan meninggalkan urusanku sejenak untuk mendengarkan mereka. Aku bukan orang hebat. Aku juga tidak selalu bisa membantu mereka.

Tapi orang datang bercerita masalah mereka kepada kita tidak selalu minta jalan keluar atau pendapat. Sekedar didengarkan sudah membuat beban mereka sedikit berkurang. Apalagi kalau kita bisa memberikan kata-kata positif untuk menguatkan mereka. Kehadiran kita sudah menjadi sedikit obat bagi hati mereka yang sedang terluka.

Memiliki banyak teman membuatku merasa kaya. Bukankah orang kaya itu memiliki sesuatu yang banyak? Dan di saat dia membutuhkan selalu ada? Akupun menganggap temanku harta setelah keluarga. Aku bisa mengandalkan mereka juga di saat butuh sandaran hati.

Aku ingat sebuah kata-kata bijak dari Prof. Quraish Shihab :

"Tidak harus banyak teman agar engkau menjadi populer. Singa sang raja hutan lebih sering berjalan sendiri. Tapi kawanan domba selalu bergerombol. Yang diperhitungkan bukan jumlah teman di sekelilingmu, akan tetapi banyak cinta dan manfaat yang di sekitarmu."

Aku tidak pernah memilih dengan siapa aku berteman. Namun memang semakin bertambah usia semakin sedikit aku merasa yang benar-benar teman. Tapi itu justru membuat hidupku lebih nyaman. Aku tidak perlu berpura-pura menjadi orang lain untuk diterima.

Mengapa semakin dewasa kita merasa semakin sedikit teman? Karena hidup kita sendiri sudah rumit. Masalah kita sudah banyak. Kita sudah bukan lagi anak sekolah yang punya banyak waktu luang dan bisa mengerjakan apapun dalam waktu yang bersamaan.

Lingkungan kita juga sudah berubah. Yang dahulu teman dekat sekarang jadi sulit bertemu karena kesibukan. Yang dahulu bisa nyambung ngobrol apa saja, sekarang sudah agak berbeda haluan karena lingkungan kerja yang berbeda. Jadi sebenarnya teman kita sekarang adalah yang benar-benar bisa masuk ke dalam dunia kita.

Kalau ada teman di masa lalu yang masih bisa menyatu dengan kehidupan kita sekarang walau hanya sesekali, itulah teman sejati. Teman yang tidak datang disaat membutuhkan saja. Karena sesungguhnya sahabat itu tidak perlu ada setiap saat, tetapi selalu ada disaat yang tepat.

Kebahagiaan adalah diciptakan, bukan dicari. Dengan teman yang sedikit, bukan berarti kita tidak bahagia. Jika itu membuat hidup kita lebih berkualitas, akan menjadi kenikmatan tersendiri. 

Berilah waktu juga untuk diri sendiri. Kita bisa membahagiakan orang lain, bila diri kita sudah bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun