Mohon tunggu...
Rakhmasari Kurnianingtyas
Rakhmasari Kurnianingtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mencoba melukis cerita lewat aksara

belajar dari mendengarkan dan melihat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sibuknya Abang Kurir

7 April 2022   21:15 Diperbarui: 7 April 2022   21:28 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun di daerah perkampungan dan padat penduduk entah kenapa saya perhatikan memang nomor rumah sering tidak beraturan. Rumah yang saling bersebelahan pun  kadang bisa selisih jauh nomornya. Susah untuk ditelusuri bagaimana fakta seperti ini terjadi hampir di seluruh perkampungan di Jakarta.

Yang paling bisa menjadi penanda adalah RT atau RW. Jadi sangat disarankan untuk menuliskan alamat lengkap dengan RT dan RW nya. Berbeda dengan alamat di daerah perumahan. Cukup nama jalan, blok dan nomor rumah pasti paket bisa sampai dengan selamat.

Aturan tentang nomor rumah tiap daerah berbeda-beda dan diatur oleh Pemerintah setempat. Setiap ada rumah baru, ketua RT atau RW wajib melakukan pendataan termasuk memastikan bagaimana penomoran atas rumah baru tersebut. Jadi sejak kapan nomor rumah di Jakarta sering ditemukan acak, tidak ada informasi yang valid.

Maka bisa dipahami beban para kurir paket di Jakarta sangat berat. Selain karena alamat yang sering susah ditemukan, jumlah paket yang harus diantar juga tidak sedikit. Sering terlihat mereka dengan motornya membawa sekian banyak paket sampai penuh. Belum lagi kalau musim hujan datang. Mereka harus ekstra melindungi barang agar sampai ke tangan konsumen dengan aman.

Sejak pandemi melanda, aktivitas jual beli masyarakat sebagian besar memanfaatkan teknologi digital. Data Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan bahwa aktivitas belanja online masyarakat naik 400 persen sepanjang pandemi ini.

Dengan beban kerja yang begitu besar, banyak sekali masalah yang mereka hadapi juga dari internal perusahaan. Belum lama kita dengar mogok massal yang dilakukan oleh kurir salah satu perusahaan marketplace. Upah yang rendah menjadi pemicu masalah ini.

Masalah upah masih ditambah dengan jam kerja yang bertambah selama periode promo. Paket yang harus diantar bisa menjadi tiga kali lipat dari biasanya. Mereka mengklaim bahwa dengan jam kerja yang bertambah dan jumlah paket yang harus diantar meningkat, hasil yang mereka terima tidak mencapai upah minimum.

Apa yang terjadi saat para kurir mogok kerja? Para konsumen yang telah melakukan pembelian berteriak karena barang yang dipesan tidak kunjung datang. Yaaa... ngambeknya abang kurir telah membuat gaduh dunia pershopingan.

Jadi di balik kenyamanan kita rebahan memilih barang dan sesaat sudah ada teriakan paket datang, ada jiwa-jiwa kuat yang berjuang di jalan raya mewujudkannya. Dengan segala kemudahan yang kita terima karena teknologi yang sudah mendukung, alangkah eloknya kita juga mempermudah tenaga manual yang masih diperlukan.

Tulislah alamat lengkap dengan nomor telepon agar abang kurir bisa menyelesaikan tugasnya dengan lancar dan teriakan nyaringnya akan lebih cepat sampai ke rumah kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun