Mohon tunggu...
Rakhmasari Kurnianingtyas
Rakhmasari Kurnianingtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mencoba melukis cerita lewat aksara

belajar dari mendengarkan dan melihat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Konflik Batin di Daerah Konflik

27 Maret 2022   14:10 Diperbarui: 27 Maret 2022   15:11 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Jayapura (Foto : commons.wikimedia.org)

Kota Jayapura (Foto : commons.wikimedia.org)
Kota Jayapura (Foto : commons.wikimedia.org)
Hal pertama yang membuat saya mengkeret adalah ketika saya menginap di mes kantor sebelum mendapat rumah dinas. Saya melihat berbagai macam senjata ada di kolong tempat tidur. Tombak, pedang, pisau, panah dan entah apa lagi. Kata teman saya, buat jaga-jaga kalau ada apa-apa. Duh...

Cerita tentang beberapa kejadian penyerangan juga sempat membuat nyali saya ciut. Kompleks tempat kami tinggal pun dijaga oleh bapak-bapak tentara yang secara berkala keliling mengecek keadaan kami. Jadi lama-lama saya terbiasa melihat kehadiran mereka dengan senjata lengkapnya.

Saat itu kebetulan memasuki bulan Ramadan. Namun saya melaksanakan ibadah di bulan puasa dengan nuansa yang sungguh berbeda. Tidak ada suara azan dari masjid dekat rumah demi keamanan. Jadi kami yang hendak sholat tarawih janjian jam sekian berangkat secara berkelompok karena kami tidak diperkenankan berangkat ke masjid sendiri-sendiri.

Begitupun waktu hari raya Idul Fitri. Kami melaksanakan sholat Ied di lapangan dengan penjagaan tentara lengkap beserta tank yang siap di dekat kami. Sungguh bukan suasana yang saya idamkan di saat saya jauh dari rumah.

Suasana kantor saya biasa saja. Kawan-kawan saya di kantor yang sebagian besar penduduk asli sangat menerima saya. Konflik yang sedang terjadi tidak membuat kami menjadi musuh. Hubungan pertemanan kami normal tanpa menyinggung perkembangan situasi. Kami menghindari hal-hal yang bersifat sensitif sebagai bahan pembicaraan.

Bahkan ketika situasi memanas, mereka melindungi kami para pendatang. Ada satu saat situasi sangat genting. Berangkat kantor pun kami berjaga-jaga dengan senjata di mobil. Tentara dan polisi yang berjaga banyak sekali jumlahnya dan 3 kapal perang sudah bersandar di Pangkalan Utama Angkatan Laut Jayapura.

Pada malam hari kami mendengar sudah ada pertempuran di kota Jayapura. Suara stom dari kapal laut berulangkali kami dengar. 

Kami para penghuni komplek rumah dinas sudah berkumpul dan siap-siap jika terjadi sesuatu kami berangkat ke bandara.

Saat itu, justru teman kantor yang penduduk asli terus mengabarkan kepada kami tentang perkembangan situasi di kota. Kebetulan komplek rumah dinas kami di atas gunung. Kami diminta tenang dan tetap di rumah. Akhirnya sampai pagi kami menunggu syukurlah situasi tidak mengharuskan kami untuk mengungsi.

Situasi yang mulai kondusif sangat kami syukuri. Entah apapun permasalahan yang menjadi sumber konflik, rakyat lah yang paling menderita. Hidup dalam kecemasan dan kehidupan keseharian yang tidak normal.

Dari serangkaian kejadian mencekam yang pernah saya alami, saya banyak mengambil pelajaran hidup. Bahwa sejatinya semua orang sama. Kita bisa diterima oleh orang lain apabila kita baik dan memperlakukan mereka sama seperti kita ingin diperlakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun