Mohon tunggu...
Rakhma Fauzia
Rakhma Fauzia Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Ambivert cenderung introvert, suka dengan tanaman apalagi kucing.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pelajaran dari Perihnya Sariawan

24 Mei 2023   19:15 Diperbarui: 24 Mei 2023   19:11 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash.com/@vechorko

Pernahkah kompasianer mengalami sakit sariawan? Sangat menyiksa bukan?. Saya selalu iri dengan beberapa orang yang mengaku jarang sariawan bahkan belum pernah mengalami sariawan seumur hidup. 

Tidak masalah, mungkin itu yang namanya "Nikmat" dimana tidak semua bisa mendapatkannya dan harus banget disadari dan disyukuri. Mungkin kata "sariawan" terdengar sepele, nyatanya saat mengalami langsung bisa buat mood bubar seambyar-ambyarnya.

"Halah, cuma sariawan aja lebay".

Sariawan bisa membuat orang tiba-tiba malas berbicara, malas makan sampai malas gosok gigi. Momen puncak dari sakitnya sariawan memang saat dimana mulut harus terbuka dan terkena benda asing seperti sikat gigi dan makanan. 

Dimulai dari bangun tidur dimana bibir yang kering dan menempel sulit dibuka dan dilanjutkan harus gosok gigi, momen gosok gigi ini sering menjadi momok untuk sariawan. 

Kesenggol sedikit saja, perihnya bukan main bahkan air mata sudah kerap auto merebes mili. Sama saja seperti akan makan, saat sendok dan makanan masuk kedalam mulut harus ekstra hati-hati sekali. 

Jika sariawan ada dibibir tentu lebih berhati-hati saat mengunyah, alih-alih mengunyah makanan malah sariawan juga bisa ikut tergigit. Sariawan ini jadi serba salah, jadi tidak heran jika penderita sariawan akan lebih banyak diam dan berat badan akan turun.

Saya sudah terbiasa menderita sakit sariawan dari masih kecil, bahkan ketika SMP-SMA dalam sebulan sekali bisa sariawan. Entah penyebabnya apa, ada yang bilang stres sampai kurang minum air. 

Masak iya, dari kecil sampai hampir menuju kepala tiga stresnya nggak ilang-ilang hehe. Saking tersiksanya saya dengan sariawan ini, saya pernah beberapa kali izin sekolah dengan alasan sakit, untungnya saya punya bapak yang mau dukung bikin surat izin buat sekolah. Meskipun saya sudah terbiasa dengan sariawan tapi saya masih tidak bisa beradaptasi dengan sakitnya.

Semakin umur bertambah nyatanya malah membuat saya berfikir sisi lain dari sariawan ini. Sembari menahan perihnya sariawan yang muncul kadang satu biji kadang lebih, memaksa saya untuk mengambil sisi positif dari sariawan ini. Memaksa untuk menjadikan "Nikmat" juga sama seperti orang yang jarang bahkan tidak merasakannya. 

Pertama, mungkin sariwan yang melanda saya ini karena bicara saya pernah menyakiti orang lain atau saya disuruh untuk berpuasa bicara agar tidak menyakiti orang  lain atau bicara yang nggak ada manfaatnya. 

Kedua, mungkin saya terlalu rakus banyak makan sampai tidak terfilter atau saya disuruh puasa aja toh kalau sariawan malas makan jadi kenapa tidak dibuat untuk berpuasa. 

Ketiga, disuruh bersyukur karena suka lupa bersyukur, baru dicabut nikmat sedikit sudah ngeluh sedangkan kemarin waktu sehat bisa bicara bebas sampai makan enak lupa bersyukur. Terakhir, itung-itung sebagai penggugur dosa saya yang buanyak buanget ini.

Kalau mau ngeluh terus karena sakit ya bakal ngerasa sakit terus, kalau mau berkurang sakitnya, ya dinikmati saja sakitnya. Selagi tidak mencurigakan atau bertambah parah dan merasa baik-baik saja semua juga akan baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun