Mohon tunggu...
Dwi Rakhmawati
Dwi Rakhmawati Mohon Tunggu... Guru - Sehari-hari belajar dan bermain dengan anak-anak di Sekolah Dasar kota kecil di Kota Solo.

Suka menulis dan bersahabat dengan alam. Saat ini mengajar di sekolah dasar. http://gurusahabatku.blogspot.com (alternatif blog yang lain).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jamu Gendhong Aja...

1 April 2011   11:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:13 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sruput…sruput…sruput. Terlihat segar sekali  segelas ramuan yang disebut jamu itu diminum. Sore tadi, sengaja saya berhenti dan mencoba ikut-ikutan dikerumunan orang yang mau antri beli jamu. Sebenarnya jauh juga sih dari jalur menuju rumah. Saya perhatikan, tiap kali lewat, selalu saja antrian bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak, segala usia sabar mengantri (bagian ini bagus juga ya untuk dijadikan budaya). Soalnya, sesekali ada juga sih seorang ibu yang maksa minta didahulukan, seperti yang sempat kulihat tadi. Simbok jamu ditengah para pembeli Uniknya, dengan pembeli anak-anak, anak muda dan kaum adam, simbok jamu yang satu ini mesra sekali memanggil pelanggannya dengan kalimat, “Ya sayang…., dua ribu aja sayang….kok lama tidak kesini sayang…,” hehehe mungkin sentimen ama ibu-ibu kali ya? Habis kalau ibu-ibu yang beli, ndak pernah manggil sayang-sayang. Jamu sayang, begitu mungkin sebutannya. Tepatnya di kampung Krembyongan, utara kota Solo. Di bawah pohon magnifera indica, ditambah slayer putih yang dililitkan dileher, jamu gendhong ini mangkal. Tidak perlu pakai hak cipta, simbok ternyata sudah puluhan tahun menjadi penjual jamu. Ramuannya saya coba dengan suami, hmmm….hampir-hampir tak ada ramuan yang pahit seperti jamu-jamu gendhong yang beredar di kampung-kampung. Simbok jamu juga menyediakan telur bebek, telur ayam kampung, dan kapsul untuk pembeli tertentu. Jadi yang beli tinggal bilang, sakitnya apa? atau keluhannya apa? Pantaslah kalau banyak fans jamu gendhongnya. Sudah berabad-abad, jamu dikenal di Indonesia. Awalnya jamu hanya berkembang didalam lingkungan istana atau keraton, seperti di Kesultanan di Yogyakarta dan Kasunanan di Surakarta. Bahan-bahan dari umbi-umbian, tumbuh-tumbuhan yang diambil akar, daun, kulit kayu, buah dan bunga diolah secara alamiah. Sekarang jamu sudah berkembang luas diluar istana. Jamu jadi resep turun temurun dari para leluhur agar dapat dipertahankan dan dikembangkan. So..ingin sehat? Coba deh herbal ala simbok jamu gendhong ini. InsyaAllah, bisa membantu menyembuhkan berbagai penyakit, juga dapat pula menjaga kecantikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun