Mohon tunggu...
Rakha Nurfauzi Abdillah
Rakha Nurfauzi Abdillah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Untirta

Satu gagasan terlalu banyak untuk tidak diterjemahkan ke dalam sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tradisi Bertukar Ketupat di Pertengahan Ramadan

26 Maret 2024   13:06 Diperbarui: 26 Maret 2024   13:16 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran Idul Fitri masih sekitar dua pekan lagi. Tetapi warga kabupaten Lebak sudah sibuk membuat ketupat. Tunggu dulu, kami bukannya ingin merayakan Idul Fitri lebih awal. Kami membuat ketupat di pertengahan bulan Ramadan untuk menjalankan tradisi qunutan.

Tradisi qunutan merupakan tradisi ngupat di pertengahan bulan suci Ramadan. Kami masyarakat kabupaten Lebak telah mengenal tradisi ini sejak lama. Dan hingga saat ini tradisi qunutan masih terus menjadi tradisi yang ditunggu-tunggu ketika bulan suci Ramadan.

Masyarakat kabupaten Lebak biasanya membuat ketupat sejak pagi hari di tanggal 15 Ramadan. Ketupat yang dibuat sedari pagi nantinya akan dibagikan ke tetangga. 

Selain itu, ketupat-ketupat yang dibuat saat tradisi qunutan juga akan dikirim ke masjid terdekat untuk dinikmati bersama usai melakukan doa bersama setelah salat tarawih. Dan jika ketupat yang dikirim ke masjid masih tersisa, maka setiap jamaah berhak membawa pulang ketupat tersebut. Maka jangan heran jika saya menyebut tradisi qunutan ini sebagai ajang "bertukar ketupat."

Tradisi yang bisa juga dijadikan sebagai latihan membuat ketupat untuk Idul Fitri nanti ternyata sudah ada sejak zaman kesultanan Banten. Menurut iNews Cilegon, tradisi ini dibawa oleh Sunan Gunung Jati dari kesultanan Cirebon yang dibantu kesultanan Demak untuk menduduki pelabuhan di Banten. Sejak saat itu banyak perayaan-perayan yang dilakukan ketika bulan suci Ramadan, salah satunya berbagi ketupat di pertengah bulan Ramadan.

Tradisi qunutan juga dimaknai sebagai simbol sosial kesultanan Banten. Pesohor kesultanan Banten menjadikan tradisi qunutan sebagai ajang untuk berbagi. Nilai-nilai sosial yang telah melekat pada tradisi qunutan tetap abadi hingga saat ini.

Selain menjadi momentum untuk berbagi, qunutan juga menjadi ajang silaturahmi antarwarga. Usai tarawih dan doa bersama warga akan menikmati ketupat bersama-sama di masjid atau musala terdekat, atau di daerah kabupaten Lebak akrab dengan sebutan murak kupat. Setelah itu warga tidak langsung pulang ke rumah masing-masing. Kami biasanya bercengkrama, mengobrolkan banyak hal hingga larut malam.

Tradisi qunutan bisa dimaknai sebagai rasa syukur umat muslim di Banten karena telah sampai di pertengahan bulan Ramadan. Bersyukur masih diberi kekuatan dalam menjalankan ibadah puasa hingga hari pertengahan. Dan dalam tradisi qunutan kami masyarakat kabupaten Lebak berdoa agar dikuatkan hingga hari terakhir Ramadan. Jadi qunutan bisa juga dijadikan sebagai dorongan atau motivasi agar terus kuat hingga lebaran tiba.

Tradisi baik seperti qunutan ini tentu harus terus dilestarikan. Selain menjadi keunikan Banten dan kabupaten Lebak khususnya, qunutan juga memiliki nilai-nilai yang bisa dikategorikan sebagai ibadah. Berbagi misalnya. Dalam ajaran Islam tentu ada perintah untuk saling berbagi, terlebih di bulan penuh berkah seperti Ramadan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun