Waktu tak pernah berhenti dan akan terus berjalan tanpa henti. Memakan usia dan zaman. Bisa kau bayangkan bagaimana jika waktu di dunia ini berhenti berputar? Apakah orang-orang menyadarinya atau tidak.
"Vanishing Time : A Boy Who Returned" merupakan salah satu film Korea bergenre fantasi-paradoks tentang waktu yang disutradarai oleh Uhn Tae Hwa. Film ini sungguh berbeda dari film korea pada umumnya. Jika film korea kebanyakan bergenre slice of life ataupun romantis dan thriller, film ini justru mengambil tema yang cukup berani dan menantang.
Vanishing Time : A Boy Who Returned (Hangul: 가려진 시간 ) sudah dirilis pada tanggal 16 November 2016 yang lalu. Meskipun film ini sudah lama rilis, ceritanya tidak pernah akan basi dan siap dikomsumsi beberapa tahun ke depan.
Inti cerita dari film ini adalah saat empat orang anak pergi ke gunung untuk melihat proyek besar, ajaibnya salah satu dari mereka datang sebagai orang dewasa. Nah lho, bingung kan? Mengapa salah satu dari mereka bisa berubah dewasa secepat itu.
Diceritakan bahwa sang tokoh utama Soo Rin (diperankan oleh Shin Eun Soo) adalah sesosok gadis yang anti sosial di lingkungan barunya. Maklum, Soo Rin dan ayah tirinya pindah ke suatu pulau karena ada urusan pekerjaan.
Soo Rin digambarkan adalah gadis pemalu yang ingin tahu banyak hal termasuk supranatural dan tidak bisa diterima akal pikiran. Maka dari itu, mengapa teman-temannya mengganggap aneh.
Hingga suatu hari, Soo Rin tidak sengaja bertemu dengan seorang laki-laki bernama Sung Min (diperankan oleh Lee Hyo-je). Kemungkinan karena mereka berdua sama-sama yatim-piatu dan penggemar hal supranatural, Soo Rin dan Sung Min menjadi akhirnya menjadi teman akrab.
Suatu hari, tak sengaja Sung Min memberitahu Soo Rin bahwa dia dan teman-temannya berencana melihat sebuah proyek besar di atas gunung. Tentu saja Soo Rin ikut, karena proyek tersebut adalah tempat dimana ayah tirinya bekerja.
Awalnya mereka menolak mengajak seorang gadis pergi ke atas gunung. Namun Soo Rin tetap bersikukuh ingin ikut. Akhirnya mereka pun setuju. Mereka berangkat dengan jumlah empat orang. Tiga laki-laki dan satu perempuan.
Di situlah cerita bermula ...
Di awal cerita kita langsung diperlihatkan konflik yang cukup menghebohkan. Banyak sekali wartawan dan media yang mencoba mengambil informasi. Di sini, kita langsung penasaran, berita heboh apa yang bisa membuat media berkerumun. Berita heboh apa sehingga banyak melibatkan polisi dan wartawan berita.
Kenapa film ini menjadi daftar wajib tontonan? Simak artikel ini ya...
Bertema fantasi-supranatural tentang kehentian waktu
Memang masa anak-anak adalah masa penuh imajinasi dan petualangan. Terkadang kita sebagai orang dewasa, mendengarkan anak bahwa terjadi sesuatu yang tidak bisa diterima akal pikiran. Contohnya saja, anak-anak mengimajinasikan kereta terbang, menunggangi naga, dan lain sebagainya.
Sepertinya halnya yang dialami Soo Rin dan Sung Min.
Soo Rin dan teman-temannya masuk ke dalam gua tersebut dan menemukan salah satu telur bersinar. Mereka membawa harta karun itu keluar dari dalam gua. Saat mengamati telur tersebut, Soo Rin baru menyadari bahwa jepit rambutnya hilang. Tanpa berpikir panjang, dia pun langsung masuk ke dalam.
Anehnya, saat keluar, Soo Rin tidak mendapati teman-temannya di sekitar situ. Sung Min dan dua temannya hilang sekejap bagai ditelan bumi. Saat itu juga, telur hasil temuannya pecah berkeping-keping. Dia pun akhirnya tersesat di hutan hingga malam tiba.
Hilangnya empat anak di pengunungan menjadi berita heboh. Hanya Soo Rin saja yang berhasil diselamatkan. Ketiga anak laki-laki lainnya hilang secara misterius.
Di situlah berita kehebohan dimulai.
Berhari-hari dilakukan pencarian, tidak ada tanda-tanda keberadaan mereka (kecuali satu anak yang dinyatakan meninggal). Kala itu, Soo Rin tak sengaja bertemu dengan pria dewasa di tengah hutan dekat rumahnya. Pria tersebut mengaku bahwa dirinya adalah Sung Min (diperankan oleh Kang Dang Won).
Akan tetapi Soo Rin terlanjur ketakutan dan berteriak sejadi-jadinya. Laporan Soo Rin menjadi heboh sekali dan mengganggap pria tersebut adalah dalang dibalik hilangnya tiga orang anak secara misterius. Pria tersebut menjadi daftar orang yang dicari oleh pihak kepolisian. Itulah awal mula mengapa semua media sedang hangat-hangat nya membicarakan hilangnya anak-anak secara misterius.
Saat keduanya berkejaran, tak sengaja pria tersebut menjatuhkan sebuah buku yang sudah tidak asing lagi bagi Soo Rin.
Di tulis di buku tersebut, bahwa Sung Min dan kedua temannya memang memecahkan telur yang mereka temui kala itu karena penasaran. Setelah itu muncul lah keanehan. Semua benda bergerak berhenti mematung dan tak bergerak. Apa pun yang mereka lempar ke udara akan melayang layaknya gravitasi nol.
Burung-burung berterbangan mematung di langit, ombak laut berhenti, aktivitas semuanya berhenti. Awalnya, Sung Min dan kawan-kawan merasa kegirangaan karena mereka bisa mengambil apapun yang mereka mau tanpa seorang yang melihat.
Satu persatu mereka semua hilang, dan hanya menyisakan Sung Min. Disaat itu dia berpikir ingin bunuh diri saja karena hanya dia satu-satunya yang hidup. Akan tetapi, saat ingin membunuh dirinya, semua aktivitas kembali berjalan normal seperti sedia kala. Tak ada seorang yang sadar bahwa mereka berhenti mematung beberapa tahun.
Sung Min terkejut dan merasa ketakutan dengan berbagai suara dan aktivitas. Maklum, dia tumbuh dewasa dalam kehampaan suara dan tanpa mengenal malam.
Soo Rin pun mencoba membantu Sung Min berdaptasi dengan lingkungan barunya setelah beberapa tahun mengalami kehentian waktu. Dia mencoba untuk menarik kepercayaan masyarakat bahwa pria tersebut adalah Sung Min. Akan tetapi semua orang tidak percaya, dan mengganggap Soo Rin gila.
Beralur mundur
Ada beberapa adegan yang dianggap berat seperti perspektif Sung Min (dewasa) dengan pihak kepolisian dan masyarakat. Karena Soo Rin kalah suara, tentu masyarakat percaya bahwa pria yang ditemui Soo Rin adalah penculik. Namun, itu semua tidak benar baginya. Sekuat apapun Soo Rin untuk membuktikannya, masyarakat tetap tidak menaruh kepercayaannya. Apalagi dia masih dianggap anak kecil yang polos. Orang akan susah mempercayainya termasuk ayah tirinya.
Pada akhirnya, cerita ini adalah hasil wawancara antara Soo Rin dengan Psikolog sekaligus penulis buku. Karena cerita Soo Rin yang menarik, psikolog tersebut meminta izin agar cerita Soo Rin dibukukan.
Dia pun tidak keberatan dengan tawaran tersebut.
Kemampuan akting pemain yang mampu memainkan emosi
Menurut saya, pemain yang terlibat di sini mampu mempermainkan emosi, Khususnya pemain anak-anak. Saya sangat mengapresiasi kemampuan akting mereka di depan kamera. Saking bagusnya kualitas akting, saya sampai terhanyut ke dalam cerita dan perasaan. Salut deh! sama mereka.
Dia juga pernah memberikan hadiah buatan tangannya sendiri untuk Soo Rin sebagai tanda persahabatan.
Apalagi acting Shin Eun Soo sebagai Soo Rin. Disini, dia mampu beradu acting dengan teman sebaya dan orang dewasa sekaligus. Tidak terlihat seperti ada kecangungan diantara lawan jenis.
Apalagi keduanya beradu acting. Tidak ada rasa canggung diantara mereka berdua. Justru akting mereka mampu mengubah suasana menjadi teman akrab yang sudah lama menghilang. Chesmitry yang dibawa keduanya sangat kuat.
Di mata Soo Rin, Sung Min ini bukanlah pria dewasa pada umumnya. Dia masih mengganggap Sung Min sebagai teman akrabnya.
Ada salah satu scene yang saya ingat hingga sekarang. Yaitu, scene dimana Soo Rin mencoba mendekati Sung Min (dewasa) untuk menenangkan dirinya. Terlihat Sung Min bertekuk lutut dan ketakutan. Di situlah mereka berdua menangis sejadi-jadinya. Soo Rin lega karena pria ini adalah Sung Min teman akrabnya, sedangkan Sung Min lega karena ada satu orang yang percaya bahwa dirinya adalah Sung Min.
Jangan lupakan pemeran pembantu lainnya. Walaupun tidak penting dan tidak banyak dilirik, kemampuan acting mereka mampu membawa suasana yang mendukung. Apalagi banyak sekali pemain yang terlibat di sini. Semua pemain pendukung mulai dari kepolisian, wartawan berita, ayah tiri Soo Rin, pihak panti asuhan, hingga orang tua wali kualitas aktingnya patut diapresiasi.
Mereka semua mampu membangkitkan emosi di suasana tertentu. Apalagi pemain yang berperan sebagai orang tua wali yang kehilangan anak mereka. Seperti orang tua pada umumnya, betapa terpukulnya mereka mengetahui jika anak mereka hilang dan tidak pernah kembali.
Teknik Sinematografinya mampu menambah nilai plus
Film “Vanishing Time : A Boy Who Returned” merupakan salah satu film korea dengan kualitas sinematografinya yang (tampak ) seolah nyata bukan editan. Sebenarnya kita tahu, bahwa benda ini dan itu adalah editan. Akan tetapi karena diedit dengan lembut, kita tidak menyadarinya.
Menurut saya, puncak dari CGI film ini adalah alur cerita bermain di ‘waktu terhenti’. Di sini kita akan diperlihatkan bagaimana benda-benda bisa melayang dan terdiam di udara. Orang-orang yang berhenti mematung di tempat dengan berbagai ekspresi. Ombak laut pun juga sama.
Tata letak pencahayaan dibuat mendukung sekali dengan suasana yang terjadi. Cahaya terang untuk suasana formal, cahaya gelap untuk malam dan kesedihan, teknik slow-motion untuk menangkap peristiwa.
Color grading di film ini terkesan suram dan sedikit berkabut. Warna yang ditampilkan tidak ada yang mencolok mata. Dengan begitu, mata kita mampu menangkap tokoh utama di keramaian.
Begitu juga dengan wajah Soo Rin. Wajahnya terlihat natural sekali tanpa memakai make-up sekalipun. Serta kita bisa melihat penampilan Sung Min dewasa yang terlihat kumal dan gondrong berantakan layaknya gelandangan.
Semua orang yang terlibat projek film ini layak diacungi jempol karena memberikan totalitas yang bisa dibilang sempurna.
.
Berkat temanya yang unik dan diperankan oleh anak-anak, film ini mampu mencetak skor 7.3/10 di IMDB serta 76% di Rotten Tomattoes. Yang penasaran dengan karya Uhn Tae Hwa ini, saya sarankan agar segera menontonnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H