Mendengar kata 'kampung halaman' kita langsung menvisualisasikan keadaan di sana, mulai dari pematang sawah berwarna hijau sejauh mata memandang, burung-burung berkicau di pagi hari yang cerah, jalanan lenggang tidak berisik, perkebunan luas, dan sebagainya.
Kapan terakhir kali kamu mengunjungi kampung halaman-\mu?
Sebuah film Korea berjudul Little Forest (Hangul : 리틀 포레스트) menyajikan pemandangan luar biasa di sebuah pedesaan.
Film ini dirilis pada 28 Februari 2018 dan disutradarai oleh Yim Soon Rye. Sebuah film adaptasi dari manga Jepang karya Igarashi Daisuke.
Sebenarnya ada dua versi film Little Forest, versi Jepang dan Korea. Judulnya pun sama, namun saya memilih versi Korea saja karena, satu seri sudah mencakup semuanya. Berbeda dengan versi Jepang di mana ada dua seri; "Little forest: Summer & Autumn" dan "Little Forest: Winter & Spring".
Buat kamu yang rindu dengan suasana pendesaan atau kampung halaman, saya sarankan tonton film ini. Selain mengobati suasana rindu, film ini termasuk dalam kategori healing movie.
Inti cerita film ini adalah kembalinya seorang gadis muda yang lelah dengan kehidupan kota dan memutuskan untuk berlibur sejenak ke kampung halamannya di pedesaan. Dia gagal dalam hal apapun, maka dari itu untuk mencari jati dirinya di masa depan, dia merehatkan jiwa raga pikiran di kampung.
Diceritakan Hye-Won (diperankan oleh Kim Tae-Ri) sesosok peran utama sudah lelah dengan kehidupan kota yang berisik dan sesak.
Dia tidak bisa menikmati kehidupannya di Seoul. Akhirnya saat musim dingin tiba, dia memutuskan pulang ke kampung halamannya. Rencananya Hye-Won hanya akan menetap di sana sampai musim dingin usai.
Selain aktivitas nya sehari-hari, Ia bertemu dengan teman-teman lama yang bernama Jae-Ha (diperankan oleh Ryu Jun-Yeol) dan Eunsook (diperankan oleh Ki-Joo) menghias kehidupannya.
Kenapa sih saya rekomended film Little Forest ini? Simak ulasan berikut!
Sinematografi yang membuat rileks pikiran dan mata bersama Hye-Won
Dari genre-nya saja sudah bisa ketebak jika film ini masuk dalam kategori healing movie. Semua visual yang disajikan benar-benar bisa membuat hati adem dan mata segar. Film ini tidak memfokuskan jalan cerita, namun memfokuskan sinematografi
Film ini mengambil latar pedesaan terpencil yang asri. Pemandangan pedesaan di Korea sebenarnya tidak beda jauh dengan kita, pematang sawah yang luas sejauh mata memandang, perkebunan hijau nan segar, dan udara yang fresh. Semua visual yang ditampilkan mampu mengusir rasa stres.
Selain menampilkan pemandangan alam, Little Forest juga membawamu ke dalam perjalanan empat musim di korea; musim dingin, musim semi, musim panas, dan musim gugur. Dimulai dari musim dingin, Hye-Won memcoba memasak berbagai menu makanan yang cocok untuk musim saat itu.
Sungguh desanya Hye-Won benar-benar indah di setiap musim. Di musim panas, kita bisa melihat sawah hijau nan luas bergoyang di terpa angin.
Di musim dingin, kita bisa melihat salju tebal dan putih menyelimuti permukaan. Di musim semi, kita bisa melihat perkebunan apel siap panen. Dan di musim gugur, semua daun berwarna cokelat tersapu angin.
Alurnya dikemas santai
Meskipun film ini memprioritaskan sinematografi, tentu alurnya juga dipikirkan. Film mana yang tidak memiliki alur?
Semua film tentunya memiliki alur, termasuk film ini. Dimulai dengan musim dingin, Hye-Won mencoba bertahan hidup sendirian di rumah semenjak ibunya pergi meningggalkan dirinya tanpa sebab.
Selepas SMA, Hye-Won mendapat surat diterimanya masuk perguruan tinggi. Saat hari itu lah dia meninggalkan kampung halamannya dan hidup mandiri di Seoul.
Namun, kehidupannya di sana tidak berjalan lancar. Alasan konyol Hye-won meninggalkan kota Seoul adalah karena lapar.
"Makanan instan tidak membuatku kenyang. Aku bersungguh-sungguh bilang, aku kembali ke desa karena kelaparan." - Hye-won (Little Forest).
Beralur mundur, saat kecil dulu, Hye-Won sering sekali melihat ibunya memasak. Dia tidak pernah sekalipun kecewa pada setiap makanan buatan ibu. Bahkan pernah ibunya memberikan resep rahasia.
Makanya, setiap kali Hye-Won memasak, bayang-bayang ibunya suka melintas dipikirannya. Seberapa keras dia mengusirnya, bayang-bayang tersebut tetap terlintas.
Eunsook merupakan sahabatnya sejak kecil, begitu pula denga Jae-Ha. Eunsook bercita-cita pergi meninggalkan kampung ini dan hidup di kota besar. Sedangkan Jae-Ha sendiri resign dari pekerjaannya di kota karena merasa tidak cocok dengannya.
Di film ini kita diajarkan bagaimana memasak dari bahan-bahan alami
Adegan masak-masak ala Hye-Won tentu paling banyak ditampilkan di film ini. Di sini, kita bisa melihat bagaimana Hye-Won bercocok tanam dan memperoleh bahan-bahan makanan langsung dari alam dan diolah menjadi makanan. Tentunya makanan khas korea ya.
Selama proses memasak, sinematografi yang ditampilkan cukup memuaskan mata. Pastikan perutmu dalam keadaan kenyang ya, jika tidak Hye-Won mampu menghipnotis rasa lapar menjadi berlebih.
Maka dari itu, film ini tidak cocok buat kamu yang suka alur menantang, sedangkan film ini memang untuk penonton yang ingin bersantai.
Hal yang membuat saya tergoda akan masakan Hye-won adalah, "Bunga goreng". Saya tidak tahu nama masakannya apa, yang jelas, itu adalah bunga yang dibalur tepung lalu digoreng dengan minyak panas. Saya jadi penasaran bagaimana rasanya.
Akting Pemain begitu Natural
Semua tidak akan lengkap jika pemeran tidak mampu membangun karakter tokoh. Di sini kita bisa melihat Kim Tae-Ri sebagai Hye-won, benar-benar membangun karakternya sebagai gadis desa yang kabur dari kehidupan kota.
Dia adalah sesosok wanita tangguh yang bisa hidup sendirian. Dia adalah orang yang penyabar dan selalu menikmati setiap kegiatan. Akting memasaknya benar-benar cocok selayak chef restoran bintang lima.
Jin Ki-Joo sukses membawa karakternya sebagai Eunsook yang cerewet dan suka asal ceplos. Dia adalah orang yang keras kepala. Jika ceritanya tidak didengar, dia akan cemberut dan ngambek.
Bagaimana dengan Ryu Jun-Yeol sebagai Jae-Ha? Tentu dia sukses berakting dengan dua wanita cantik.
Dia adalah satu-satunya pria di antara mereka bertiga. Jae-Ha agaknya banyak sekali ilmu tentang bertani. Bisa dilihat bagaiman dia bisa merawat kebun apelnya dan memanen padi.
Semua tokoh utama maupun sampingan sepertinya layak diacungkan jempol. Saya salut dengan mereka. Yang paling menarik, saat Hye-won ingin bersepeda ke kota kecil untuk berbelanja, ada seorang nenek tua yang sedang tergantuk-ngatuk di depan rumahnya. Nenek itu saja bisa berakting natural.
Itulah ulasan dari film Little Forest yang bisa saya tulis di artikel kali ini. Untuk poin minusnya sendiri, film ini hanya berfokus pada makan dan makan saja, selebihnya poin plus semua.
Berkat kesuksesannya di dunia industri hiburan, film ini mampu mencetak skor 7.1/10 di IMDB dan skor 88% di Rotten Tomatoes.
Angka yang bisa dibilang 'wow' untuk sebuah penilaian film. Saya sendiri juga suka film ini karena mampu menyembuhkan jiwa raga dan pikiran.
Buat kamu yang sedang jenuh dan banyak beban pikiran, film ini cocok untukmu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI