Ketika Pemerintah membeli minyak untuk SUBSIDI rakyat dari pihak Asing, maka yang berlaku adalah harga minyak dunia. Jadi wajar apabila pemerintah merugi, karena saat dijual ke rakyat dengan harga SUBSIDI. PERTAMINA tidak bisa disalahkan, meski PERTAMINA berkewajiban menjaga stock minyak untuk rakyat karena PERTAMINA hanya menguasai 35 kilang minyak dari 176 kilang Minyak yang ada di INDONESIA. Ceritanya akan berbeda jika PERTAMINA menguasai semua kilang minyak di bumi Indonesia ini atau setidaknya 70% dari persedian minyak INDONESIA yang ada.
Jadi ketika para mahasiswa membakar SPBU milik PERTAMINA, maka betapa sedihnya mereka-mereka yang mengerti tentang keadaan yang sebenarnya. Begitu pun aparat yang hanya bekerja sesuai intruksi pemerintah untuk menghalau para mahasiswa meski "sedikit brutal". Mungkin jika disuruh memilih, para aparat tidak ingin menghalangi demonstrasi mahasiswa, karena mereka pun sama menghendaki agar BBM turun. Tapi mereka dibelenggu keadaan mereka sebagai APARAT.
Tulisan ini tidak bermaksud untuk menghasut para pembaca untuk memusuhi Pemerintah atas kebijakan-kebijakannya yang "tidak pro-rakyat". Atau membakar semangat kaum muda untuk "mengutuk" BP MIGAS karena terlalu pro- PIHAK ASING. Atau mencaci para petinggi yang cenderung mementingkan kebutuhan pribadi dari kebutuhan rakyat. Tulisan hanya luapan dari semangat kaum muda yang timbul dari kegeraman akan masa depan bangsa ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI