Malam itu, teman SMA saya memberi kabar kalau dia ada urusan pekerjaan ke Yogyakarta. Di sela waktu sibuknya, dia ingin wisata di Yogyakarta. "Tanggung, udah sampe Jogja masa ga main apa jalan-jalan sih!" Katanya. Saya dan pacar saya menyanggupi ajakannya untuk menemani sekaligus menjadi pemandu wisata dadakan.Â
Satu hal yang membuat saya geli adalah, waktu yang teman saya miliki mepet sekali. Waktu luangnya adalah minggu siang hingga sore, tapi malamnya sudah harus kembali ke kota asal. Memikirkan waktu, dan tempat yang mudah dijangkau, serta menarik (buat difoto, karena kami netizen jaman now), saya dan pacar saya menjatuhkan pilihan untuk jalan-jalan ke Taman Sari.
Taman Sari adalah bangunan wisata sejarah dan budaya. Letak Taman Sari berada di sudut strategis kota Yogyakarta. Berada sejalur dengan Malioboro dan Alun-alun Utara, serta dekat dengan Keraton Yogyakarta, dipilih para turis sebagai pilihan wisata yang menguntungkan, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, hehehe. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan situs sejarah milik Keraton Yogyakarta.Â
Pada zaman dahulu, bangunan ini difungsikan sebagai tempat rekreasi bagi Sultan dan kerabat Keraton. Taman Sari lebih dikenal sebagai istana air, karena bangunan ini memiliki taman air yang indah di dalamnya, dan bentuk bangunan yang menyerupai benteng atau istana. Julukan Istana Air juga merujuk pada fungsi bangunan yang diperuntukkan untuk pemandian bagi Sultan dan kerabat Istana. Selain indah dan menarik, karena taman air yang terdapat di dalamnya, Taman Sari yang memiliki bentuk bangunan berupa benteng juga merupakan salah satu bangunan yang dipergunakan untuk pertahanan  dan mara bahaya.
Setelah menemui taman, anda akan menemui lahan kosong dan bangunan yang kokoh berdiri dengan pahatan yang indah. Bangunan tersebut memiliki satu pintu, dan bangunannya berbentuk segitiga apabila anda lihat dari luar. Dalam bangunan tersebut, anda akan menemui bangunan yang kosong dengan sebuah lorong yang melebar di sepanjang bangunan. Dengan tembok tebal dan hanya dihiasi oleh lubang-lubang berbentuk kotak, saya menyimpulkan bahwa bangunan ini memiliki fungsi pertahanan pada masanya. Untuk foto tampak luar bangunan tersebut dapat anda lihat di bawah ini:
Untuk melakukan perjalanan ke bangunan selanjutnya, anda harus memasuki sebuah bangunan dengan tangga menurun, dan berjalan melalui lorong yang panjang. Lorong yang berada di bawah tanah ini, untuk saya pribadi, selain sebagai penghubung, juga merupakan akses yang aman apabila ada serangan atau bahaya. Lorong ini berwarna putih, dan memiliki bentuk langit-langit yang cukup unik. Bagi saya, tempat ini menarik dan cocok untuk ber-foto foto ria. Tidak jarang saya temui kegiatan pemotretan model di lorong ini. Bahkan, saya pernah menemui pemotretan pre-wedding disini, wah keren ya!
Setelah melewati lorong putih panjang, anda akan menemui kompleks bangunan kuno yang menurut saya, terbengkalai. Meskipun terbengkalai, anda akan menyadari bahwa bangunan ini tetap memiliki pesona. Selain itu, anda juga menyadari bahwa bangunan ini memiliki fungsi yang besar pada masa lalu, namun masih kokoh berdiri meskipun mulai dimakan usia.
 Sekilas tidak ada yang istimewa. Berbeda dengan bangunan yang menurut saya difungsikan untuk pertahanan, bangunan ini tidak memiliki langit-langit. Meskipun begitu, saya melihat bahwa bangunan ini difungsikan untuk masyarakat dan mungkin juga dipergunakan untuk pertahanan.Â
Dari nguping-nguping yang saya dengar, bangunan ini dipergunakan Sultan Yogyakarta untuk meditasi. Kalau anda main-main kesini, cobalah datang pada sore hari. Suasana sore yang dihadirkan begitu mempesona. Bangunan terakhir yang saya temui juga cocok untuk anda yang ingin berfoto-foto ria
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H