Mohon tunggu...
RAKASIWI AYUNDA PUTRI
RAKASIWI AYUNDA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Akuntansi Universitas Mercu Buana Dosen Prof. Dr. Apollo M.Si.Ak. NIM 43220010185 RAKASIWI AYUNDA PUTRI Universitas Mercu Buana Jakarta

Mahasiswi Akuntansi Universitas Mercu Buana Dosen Prof. Dr. Apollo M.Si.Ak. NIM 43220010185 RAKASIWI AYUNDA PUTRI Universitas Mercu Buana Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Money

K10_Konsep Laba pada Tataran Sematic, Sintaksis, dan Pragmatic

17 Mei 2022   00:05 Diperbarui: 17 Mei 2022   00:11 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep Laba Tataran Sematic

Menurut (Suwardjono, 2005), Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang harus dilekatkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga laba bermanfaat (usefull) dan bermakna (meaningful) sebagai informasi.Pemaknaan laba secara semantik akhirnya akan menentukan pemaknaan labasecara sintatik yaitu pengukuran dan penyajiannya.

Pengukur kinerja

Daya melaba merupakan informasi semantik yang diharapkan dibawa oleh informasi akuntansi melalui statemen keuangan yaitu objek (element), ukuran (size), dan hubungan (relationship). Dalam daya melaba ada tiga komponen yang harus diketahui yaitu laba, periode, tingkat sumber daya (investasi). Sehingga, laba dapat diinterprestasi sebagai pengukur keefisienan (efisien) bila dihubungkan dengan tingkat investasi karena efisien secara konseptual merupakan suatu hubungan atau indeks. Jadi, laba dapat merepresentasi kinerja efisiensi karena laba menentukanROI, ROA dan ROL sebagai pengukur efisiensi.

Konfirmasi Harapan Investor

Perekayasa pelaporan keuangan juga berusaha menyediakan informasi untuk meyakinkan bahwa harapan-harapan investor atau pemakai lainnya dimasa lalu tentang kinerja perusahaan memang terealisasi. Dengan demikian, laba dapat diinterpretasikan sebagai saran untuk mengkonfirmasi harapan-harapan tersebut.

Estimator Laba Ekonomik

Akuntansi menganut asas akrual untuk mendapatkan suatu angka yang lebih bermakna secara ekonomik daripada sekedar kenaikan atau penurunan kas dalam suatu periode. Perbedaan laba akuntansi dan laba ekonomik, yaitu:

  • Sudut pandang pemaknaan, laba akuntansi dari perekayasa akuntansi atau kesatuan usaha karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan terandalkan sedangkan laba ekonomik dari kaca mata investor karena keperluan untuk menilai investasi dalam saham yang bersifat subjektif.
  • Dasar pengukuran, laba akuntansi berdasarkan data yang telah terjadi ( cost historis) dan bukan data hipotesis yang dapat berupa cost kesempatan, nilai pasar, dan nilai likuidasi seperti laba ekonomik
  • Dari segi akuntansi, pengertian ekonomik adalah kelayakan ekonomik jangka panjang sementara laba ekonomik merupakan penilaian ekonomik jangka pendek.
  • Dari segi akuntasi depresiasi merupakan proses alokasi harga perolehan aset, sementara dalam laba ekonomik depresiasi merupakan proses penilaian.
  • Laba ekonomik berbeda dengan laba akuntansi karena pada umumnya laba ekonomik memperhitungkan perubahan daya beli uang dan perubahan harga spesifik aset, karena investor lebih berkepentingan dengan cost kesempatan untuk menilai secara ekonomik investasinya, sementara akuntansi menunjukkan pengaruh perubahan harga dan daya beli melalaui laporan pelengkap.
  • Laba akuntansi berkepentingan dengan laba uang dimana laba uang tersebut berupa kenaikkan satuan uang dalam satu periode tanpa memperhatikan pengaruh perbedaan daya beli. Sementara laba ekonomik berkepentingan dengan laba real, dimana laba real adalah laba yang berupa kenaikkan kemakmuran ekonomik.
  • Laba akuntansi dilandasi konsep kontinuitas usaha yang memandang aset sebagai sisa potensi jasa sehingga cost historis menjadi basis penilaiannya. Sementara itu, laba ekonomik dilandasi oleh konsep likuidasi yang melihat aset sehingga simpanan atau sediaan nilai.

Makna Laba

Laba secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut :

  • Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas
  • Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu sehingga harus diidentifikasi kemakmuran awal dan kemakmuran akhir
  • Perubahan dapat dinikmati, di distribusi atau ditarik oleh entitas yangmenguasai kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.

Kemakmuran dapat berupa aset bersih, aset, modal pemegang saham,kekayaan, investaasi, sumber daya ekonomik, uang dan apapun yang dapat dinilaidengan uang. Kemakmuran tersebut secara umum disebut kapital (capital). Namun kapital disini berbeda dengan modal. Pengertian kapital dalam konteks labaakuntansi meliputi:

  • Kapital bagi badan usaha atau manajemen yang menguasai sumber ekonomi ini (fisis atau finansial) adalah aset
  • Kapital bagi pihak yang mempunyai atau menguasai klaim (ditandai dengan sertifikat utang, misalnya obligasi) adalah utang.
  • Kapital bagi pihak yang mempunyai atau menguasai klaim (ditandai dengan sertifikat saham) adalah ekuitas.

Konsep Laba pada Tataran Sintaksis

Konsep ini harus dirasionalkan dalam bentuk standar dan prosedur akuntansi yang objektif sehingga angka laba dapat diukur dan disajikan dalam statemen keuangan. Pengukuran dalam arti luas yang meliputi pengakuan, saat pengakuan, dan prosedur pengakuan ditambah cara mengungkapkan merupakan masalah pada tataran sintaktik. Terdapat dua kriteria atau pendekatan dalampengukuran laba yaitu :

1. Pendekatan transaksi

Laba diukur pada saat terjadinya transaksi (terutama transaksi eksternal) yang kemudian terakumulasi sampai akhir periode. Pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan pendapatan sama dengan atas dasar kriteria terealisasi dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar kriteria konsumsi manfaat. Dengan pendekatan transaksi laba timbul dan diakui pada saat penjualanatau pertukaran terjadi.

2. Pendekatan Kegiatan

Laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu. Dengan konsep ini pendapatan (dengan sendirinya laba) dinyatakan telah terbentuk bersamaan dengan telah dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas.

Dalam aplikasinya kedua pendekatan diatas tidak berdiri sendiri tetapi saling melengkapi. Laba tidak dapat diakui hanya atas dasar salah satu pendekatan.

Konsep Laba pada Tataran Pragmatic

Tataran ini membahas apakah informasi laba bermanfaat atau apakahinformasi laba nyatanya digunakan.

Prediktor Aliran Kas ke Investor

Aliran kas yang diterima atau diharapkan investor akan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk menciptakan kas yang cukup untuk membayar semua kewajiban pada saatnya, mendanai keperluan operasi, reinvestasi, membayar bunga dan membayar deviden. Kemampuan menciptakan kas tersebut akan ditentukan oleh kemampuan perusahaan mendatangkan laba jangka panjang yang memadai. Oleh karena itu investor dan kreditor harus memprediksi kemampuan melaba jangka panjang. Untuk itu, investor dan kreditor memerlukan informasi laba masa lalu untuk memprediksi laba masa datang. Bahwa laba merupakan prediktor aliran kas ke investor sebenarnya menunjukkan bahwa laba menentukan harga saham.

Perkontrakan Efisien

Kontrak efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan persengketaan dan yang mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang diperjanjikan. Aspek pragmatik laba dalam pengontrakan efisien didasarkan pada gagasan bahwa kontrak akan efisien jika laba akuntansi menjadi kriteria dalam kontrak tanpa memandang aspek semantik laba tersebut. Jadi, laba akuntansi mempunyai manfaat karena secara pragmatik dapat dijadikan alat untuk mencapai kontrak yang efisien.

Pengendalian Manajemen

Laba mempunyai peran penting dalam suatu sistem pengendalian manajemen. Sistem ini dirancang untuk mengerahkan perilaku para manajer agar mereka memaksimumkan kepentingan dirinya atau divisinya, tetapi pada saat yang sama kepentingan perusahaan secara keseluruhan juga tercapai. Perilaku manajer dikendalikan melalui laba dengan cara mengaitkan konpensasi dengan laba sebagai pengukur kinerja.

Dari pernyataan Arsanto tampak adanya keraguan bahwa angka "laba" tidak selalu merefleksikan keadaan yang sebenarnya. Laba bisa sengaja dihadirkan hanya untuk pencitraan perusahaan (Baudrilard: 1980). Dalam kajian laba menggunakan teori semiotika menghasilkan fakta yang tergambar secara jelas, bahwa dalam praktiknya, penafsiran atas "laba akuntansi" belum bermuara pada realitas yang sama, kecuali pada tataran sintakik (perhitungan laba). Realitas masing-masing individu memang berbeda. Fakta empiris ini konsisten dengan pernyataan Azra (2005, 151), bahwa "pandangan dunia" setiap orang selalu berbeda-beda, bergantung pada lingkungan sosial, pendidikan dan kulturalnya. Oleh karena itu, akuntan memiliki pemahaman dan penafsiran yang berbeda-beda atas laba akuntansi, karena pandangan dunia mereka dibentuk oleh realitas yang tidak sama.

Referensi:

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Rochayatun, S., & Andriyani, F. (2018). Laba: Ketidakstabilan Makna. Jurnal Ekonomi Akuntansi Dan Manajemen, 17(2), 117. https://doi.org/10.19184/jeam.v17i1.17327

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun