Mohon tunggu...
RAKASIWI AYUNDA PUTRI
RAKASIWI AYUNDA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Akuntansi Universitas Mercu Buana Dosen Prof. Dr. Apollo M.Si.Ak. NIM 43220010185 RAKASIWI AYUNDA PUTRI Universitas Mercu Buana Jakarta

Mahasiswi Akuntansi Universitas Mercu Buana Dosen Prof. Dr. Apollo M.Si.Ak. NIM 43220010185 RAKASIWI AYUNDA PUTRI Universitas Mercu Buana Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Money

K10_Konsep Laba pada Tataran Sematic, Sintaksis, dan Pragmatic

17 Mei 2022   00:05 Diperbarui: 17 Mei 2022   00:11 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Dokpri:"Konsep Laba pada Tataran Sematic, Sintaksis, dan Pragmatic"

Aliran kas yang diterima atau diharapkan investor akan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk menciptakan kas yang cukup untuk membayar semua kewajiban pada saatnya, mendanai keperluan operasi, reinvestasi, membayar bunga dan membayar deviden. Kemampuan menciptakan kas tersebut akan ditentukan oleh kemampuan perusahaan mendatangkan laba jangka panjang yang memadai. Oleh karena itu investor dan kreditor harus memprediksi kemampuan melaba jangka panjang. Untuk itu, investor dan kreditor memerlukan informasi laba masa lalu untuk memprediksi laba masa datang. Bahwa laba merupakan prediktor aliran kas ke investor sebenarnya menunjukkan bahwa laba menentukan harga saham.

Perkontrakan Efisien

Kontrak efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan persengketaan dan yang mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang diperjanjikan. Aspek pragmatik laba dalam pengontrakan efisien didasarkan pada gagasan bahwa kontrak akan efisien jika laba akuntansi menjadi kriteria dalam kontrak tanpa memandang aspek semantik laba tersebut. Jadi, laba akuntansi mempunyai manfaat karena secara pragmatik dapat dijadikan alat untuk mencapai kontrak yang efisien.

Pengendalian Manajemen

Laba mempunyai peran penting dalam suatu sistem pengendalian manajemen. Sistem ini dirancang untuk mengerahkan perilaku para manajer agar mereka memaksimumkan kepentingan dirinya atau divisinya, tetapi pada saat yang sama kepentingan perusahaan secara keseluruhan juga tercapai. Perilaku manajer dikendalikan melalui laba dengan cara mengaitkan konpensasi dengan laba sebagai pengukur kinerja.

Dari pernyataan Arsanto tampak adanya keraguan bahwa angka "laba" tidak selalu merefleksikan keadaan yang sebenarnya. Laba bisa sengaja dihadirkan hanya untuk pencitraan perusahaan (Baudrilard: 1980). Dalam kajian laba menggunakan teori semiotika menghasilkan fakta yang tergambar secara jelas, bahwa dalam praktiknya, penafsiran atas "laba akuntansi" belum bermuara pada realitas yang sama, kecuali pada tataran sintakik (perhitungan laba). Realitas masing-masing individu memang berbeda. Fakta empiris ini konsisten dengan pernyataan Azra (2005, 151), bahwa "pandangan dunia" setiap orang selalu berbeda-beda, bergantung pada lingkungan sosial, pendidikan dan kulturalnya. Oleh karena itu, akuntan memiliki pemahaman dan penafsiran yang berbeda-beda atas laba akuntansi, karena pandangan dunia mereka dibentuk oleh realitas yang tidak sama.

Referensi:

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Rochayatun, S., & Andriyani, F. (2018). Laba: Ketidakstabilan Makna. Jurnal Ekonomi Akuntansi Dan Manajemen, 17(2), 117. https://doi.org/10.19184/jeam.v17i1.17327

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun