Aliran kas yang diterima atau diharapkan investor akan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk menciptakan kas yang cukup untuk membayar semua kewajiban pada saatnya, mendanai keperluan operasi, reinvestasi, membayar bunga dan membayar deviden. Kemampuan menciptakan kas tersebut akan ditentukan oleh kemampuan perusahaan mendatangkan laba jangka panjang yang memadai. Oleh karena itu investor dan kreditor harus memprediksi kemampuan melaba jangka panjang. Untuk itu, investor dan kreditor memerlukan informasi laba masa lalu untuk memprediksi laba masa datang. Bahwa laba merupakan prediktor aliran kas ke investor sebenarnya menunjukkan bahwa laba menentukan harga saham.
Perkontrakan Efisien
Kontrak efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan persengketaan dan yang mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang diperjanjikan. Aspek pragmatik laba dalam pengontrakan efisien didasarkan pada gagasan bahwa kontrak akan efisien jika laba akuntansi menjadi kriteria dalam kontrak tanpa memandang aspek semantik laba tersebut. Jadi, laba akuntansi mempunyai manfaat karena secara pragmatik dapat dijadikan alat untuk mencapai kontrak yang efisien.
Pengendalian Manajemen
Laba mempunyai peran penting dalam suatu sistem pengendalian manajemen. Sistem ini dirancang untuk mengerahkan perilaku para manajer agar mereka memaksimumkan kepentingan dirinya atau divisinya, tetapi pada saat yang sama kepentingan perusahaan secara keseluruhan juga tercapai. Perilaku manajer dikendalikan melalui laba dengan cara mengaitkan konpensasi dengan laba sebagai pengukur kinerja.
Dari pernyataan Arsanto tampak adanya keraguan bahwa angka "laba" tidak selalu merefleksikan keadaan yang sebenarnya. Laba bisa sengaja dihadirkan hanya untuk pencitraan perusahaan (Baudrilard: 1980). Dalam kajian laba menggunakan teori semiotika menghasilkan fakta yang tergambar secara jelas, bahwa dalam praktiknya, penafsiran atas "laba akuntansi" belum bermuara pada realitas yang sama, kecuali pada tataran sintakik (perhitungan laba). Realitas masing-masing individu memang berbeda. Fakta empiris ini konsisten dengan pernyataan Azra (2005, 151), bahwa "pandangan dunia" setiap orang selalu berbeda-beda, bergantung pada lingkungan sosial, pendidikan dan kulturalnya. Oleh karena itu, akuntan memiliki pemahaman dan penafsiran yang berbeda-beda atas laba akuntansi, karena pandangan dunia mereka dibentuk oleh realitas yang tidak sama.
Referensi:
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Rochayatun, S., & Andriyani, F. (2018). Laba: Ketidakstabilan Makna. Jurnal Ekonomi Akuntansi Dan Manajemen, 17(2), 117. https://doi.org/10.19184/jeam.v17i1.17327
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H