Mohon tunggu...
Raka Putra Pratama
Raka Putra Pratama Mohon Tunggu... Aktris - Aktivis Mahasiswa

Pemikir - Pejuang | Peminat Aspek Sosial dan Humaniora

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Batas antara Kekuasaan dan Alam : Melirik Kembali Hitler dan Napoleon sebagai Penakluk Eropa

12 Mei 2019   18:24 Diperbarui: 4 Februari 2020   10:35 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kekuasan seorang presiden sekalipun ada batasnya, karena kekuasaan yang langgeng berada di tangan rakyat, dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan" -- Ir. Soekarno. Itulah kata kata Bungkarno menjelang akhir hidupnya. Dari situ mari kita perdalam dan gali makna kata tersebut dari sudut pandang kesejarahan. Karena sejarah adalah seni untuk menggambarkan masa lalu, untuk menjadi gambaran sekaligus hiasan dimasa depan agar menjadi kaca dimasa yang mendatang. 

 Pada Perang Dunia ke 2, sebagaimana diketahui bahwa ada sosok penting Adolf Hitler memegang peran utama saat itu. Adolf Hitler sang fuhrer Jerman Nazi dengan fasisme dan bantuan Blok Sentral nya saat itu merupakan salah satu pemimpin besar atau dapat distigma sebagai diktator yang hampir menguasai seluruh Eropa di Perang Dunia 2. Namun kenyatan berbalik pada tahun 1941-1942 atau lebih tepatnya pertengahan Perang Dunia ke-2 . Saat itu kekuatan Jerman sebagai Blok Sentral bersama Italia & Jepang mulai kehilangan tanduknya. Padahal ketiga negara tersebut dipimpin oleh masing masing diktator ulung.

 Lebih menonjol lagi ketika Jerman melakukan "Operasi barbarossa" sebagai invansi terhadap Uni Soviet pada pertengahan PD-2 untuk memperluas teritorialnya. Pada saat itu tahun 1941 Jerman memulai penyerangan pada 22 Juni 1941. Dengan gagah berani saat itu strategi perang disiapkan sangat matang oleh militer Jerman  yaitu wehrmacht . Bahkan tank perang terkenal milik Jerman sudah sangat siap untuk menjalankan operasi barbarosa. Seperti biasa Jerman dengan strategi Blitzkreig nya dengan cepat masuk dan membombardir Soviet. Hitler pada saat itu sangat menfokuskan penyerangan terhadap Uni- Soviet. Bahkan ia menyampingkan perang di Afrika Utara yang dipimpin jenderal nya Marsekal Jenderal Edwin Rommel sebagai panglima diwilayah sana. Hingga akhirnya Jerman kalah di perang Afrika Utara. Dengan akibat dari lebih memfokuskan penyeragan terhadap Soviet. Sehingga pasukan di Afrika Utara kekurangan bahan baku perang. 

 Seiring berjalannya waktu, musim dingin bulan Desember 1941 tiba. Musim dingin Uni Soviet sangat dingin, jauh dari berbeda dari iklim Jerman dan negara Eropa lain. Penyerangan Jerman dengan tank nya menjadi lambat menyerang dikarenakan saat itu Soviet mengalami musim dingin dengan salju yang sangat tebal dan Soviet pada saat itu masih hutan belukar yang sangat luas diselingi banyak pepohonan, sehingga sulit untuk menempuh medan perjalanan. Musim dingin semakin parah, serdadu Jerman wehrmacht mulai kesulitan bahkan kelaparan dan kedinginan karena makanan mereka membeku dan seragam militer mereka kurang tebal sehingga mereka kedinginan. Para petinggi Jerman telah membujuk pemimpinnya Adolf Hitler untuk menghentikan sementara penyerangan tersebut. Namun itulah Hitler, ketika ia berkehendak tidak ada yang bisa menghentikannya sekalipun dengan amat sangat.

 Titik balik menghampiri Jerman dan blok poros. Alam tidak akan bisa dilawan. Apalagi musim dingin rusia yang mencapai (- 17C). Para serdadu Nazi mencapai titik lemah dan pudarnya. Mereka semua kedinginan tanpa ada pengobatan yang pasti dari Berlin. Tank Jerman tidak dapat bergerak karena jalanan terhalang oleh salju yang sangat tebal. Alih alih sampai ke Kota Moskow, meraka malah hanya menyaksikan seksama kencantikan Moskow dari arah kejauhan dikarenakan medan yang sulit diterjal. Akhirnya puncak peperangan terjadi luar sampai perbatasan Moskow sebagai ibu kota Soviet. Tentara merah milik Soviet dibawah kekuasaan komunisme Joseph Stalin yang diktator berdatangan yang semakin banyak jumlahnya. Mereka semua telah terbiasa dengan iklim dingin di negaranya.Tentara jerman banyak yang menjadi korban saat itu. Sebagian mati kedinginan sebelumnya, dan sebagiannya lagi dialihkan menuju Ukrania untuk mengambil alih wilayah dan tambang minyaknya.

Diperkirakan korban  yang terbunuh 250.000, terluka 500.000, hilang 25.000, lalu kerusakan 2.093 pesawat dan 2.758 tank. 

 "Perang barbarossa" berakhir dengan kekalahan Jerman sang penyerang atas Uni Soviet dengan tentara merahnya. Jenderal jenderal Jerman  kewalahan dengan sikap hitler dan tindakannya yang keras kepala karena tidak mau mendengarkan saran mereka saat itu. Jerman mengalami kerugian besar ditambah lagi dengan kabar kekalahan Jerman di Afrika Utara atas Inggris secara bersamaan. Walau saat itu PD-2 belum berakhir, namun hal tersebut menjadi awal kemunduran Jerman dan Blok Sentral di Perang Dunia ke 2. Jika saja Jerman memenangkan pertempuran "Barbarosa" atas Uni Soviet, hal itu menjadi parameter bahwa Jerman benar benar penakluk Eropa di abad ke-20.

Peristiwa diatas memiliki kesaaman dengan invansi Kekaisaran Perancis terhadap Russia atau bisa disebut "Perang Patriotik 1812" . Kaisar sekaligus ahli strategi perang Napoleon Bonaparte mengalami kegagalan saat pasukannya Perancis miliknya menyerang Kekaisaran Rusia yang saat itu dipimpin Kaisar Tsar Alexander pada awal tahun 1800-an. Serdadu Perancis "Grande Armee" mengalami kegagalan karena salju dan iklim yang sangat dingin di Russia. Padahal pada abad itu Kekaisaran Perancis sedang berada di puncak kejayaan yang hampir menguasai seluruh wilayah Eropa di abad ke-19. Kekalahan Perancis atas Rusia serupa dengan kegagalan Jerman Nazi atas operasi barbarosa terhadap Uni Soviet/Russia yang sama sama diakibatkan oleh alam dan cuaca dingin Russia atau Uni Soviet itu sendiri. Kedua negara besar yang hampir menaklukan eropa di abad berbeda tersebut gagal untuk menyandang gelar sang penakluk Eropa. 

 Hal hal tersebut merupakan pertanda kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, bahwa kekuasaan manusia batasnya. Alam tidak dapat dilawan karena itu kehendak adalah dari Tuhan. Dengan demikian kekuasaan manusia itu ada batasnya, seorang diktator tidak ada yang langgeng dengan kekuasaannya. "Karena kekuasaan manusia ada batasnya, kekuasaan yang langgeng berada ditangan rakyat dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa" -- Ir. Soekarno.

(Penulis : Raka Putra) 

#PD2 #Barbarosa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun