Tidak lebih dari delapan bulan saja pertemuanku dengannya. Manusia yang membuatku menahan menelan ludah saat pertama berjumpa. Sulit saat itu memalingkan lirikan mataku kepadanya.
Tapi sayang, waktu mengharuskanku mengakhiri lirikan itu. Janji harus ditepati. Tepat 5 menit lagi aku berjanji untuk bertemu dengan temanku. Biasa, urusan bisnis.Â
***
Perjalanan pulangku saat itu tak seperti biasa. Penuh dengan raut wajahnya yang terus berputar di ingatanku. Alis matanya yang khas tergambar sempurna di bayang -- bayang itu. Ah apa aku jatuh cinta lagi, pikirku.
Di kamar, jariku seakan digerakan oleh hati dan perasaanku yang sepertinya sepakat untuk ingin mengenalnya lebih dalam lagi. Ya, jariku di paksa untuk membuka instagram dan mengetikan namanya di kolom pencarian. Seketika akun yang di cari berada di deretan teratas pencarian dan aku memulai stalking.
Ini cinta, atau hanya kagum saja? logikaku sedikit ingin menanyakannya. Memastikan bahwa tidak boleh lagi hati ini tertipu. Walau kenyataannya dunia ini adalah repetisi. Kau akan lapar, makan, kenyang, lapar lagi, makan lagi, kenyang lagi. Kau akan sehat, lalu sakit, lalu sehat lagi, lalu sakit lagi. Kau akan jatuh cinta, lalu sakit hati, jatuh cinta lagi, dan sakit hati lagi.
Ya, cinta dan kagum memang sulit untuk dibedakan. Mereka sama-sama menguras energi dan membodohkan. Mereka sama-sama membuat nyaman. Hanya saja bedanya, cinta begitu saja dapat membuat hati manusia nyaman.
Sedangkan kekaguman akan membuat hati manusia nyaman ketika ada sesuatu disana. Entah paras atau prestasi. Malam itu logika dan hati sedang tak seirama.
Kami memang sudah saling tahu. Tapi belum saling mengenal. Jadi secara tak langsung kami kenal karena internet. Namun waktupun menjawab. Beberapa kali aku berada dalam satu tempat yang sama. Tapi lagi-lagi lirikan mataku saja yang mampu melakukan aksi.
Berkali-kali juga perasaan ini berubah menjadi tenang dan senang. Â Ini cinta, atau hanya kagum saja ? Â Lagi, pertanyaan itu muncul dan seketika membuyarkan semuanya.Â
***