Tak jarang hooliganisme ini menelan korban jiwa seperti pada tragedi Hillsborough, kejadian tersebut terjadi pada saat pertandingan semi-final piala FA antara Liverpool kontra Nottingham Forest tahun 1989, dahulu stadion Inggris masih menggunakan pagar besi untuk meminimalisir agar supporter tidak ada yang masuk ke stadion, pembagian kuota tiket penonton Nottingham Forest yakni 29.800 tiket dan Liverpool 24.256 tiket.
Namun massa supporter Liverpool sejumlah 5.000 orang berusaha merengsek masuk karena hooliganisme mereka dan polisi pun tak sanggup mengendalikan situasi, supporter yang didalam stadion otomatis tertekan hingga ke depan yang mengakibatkan pagar besi pembatas jebol.Â
Tribun supporter Liverpool dipenuhi dengan teriakan kesakitan karena banyak dari mereka yang tertindih bahkan terinjak oleh supporter lainnya, dan karena pagar pembatas jebol para supporter hingga keluar memasuki lapangan pertandingan dengan kondisi yang terluka bahkan hingga meninggal dunia, tragedi itu menewaskan sekitar 96 orang dengan korban luka 766 orang.
Supporter Liverpool juga pernah terlibat dalam aksi anarkis hooliganisme yang dikenal dengan Tragedi Heysel yang terjadi saat pertandingan Final Liga Champions Eropa edisi 1985 yang mempertemukan Liverpool dengan Juventus di Heysel, Belgia.
Kejadian bermula seperti biasannya kedua supporter saling ejek namun supporter Juventus melemparkan mercon ke tribun supporter Liverpool, supporter Liverpool pun terpancing dan merengsek memasuki tribun supporter Juventus lalu merobohkan pagar pembatas dan menewaskan 39 orang dengan korban luka 600 orang.
Di Indonesia sendiri tindakan hooliganisme yang baru saja terjadi yakni pada tahun 2018 saat pertandingan Persija Jakarta kontra Persib Bandung  di Gelora Bandung Lautan Api  yang dimana sudah dari dulu pertemuan antara Persija dan Persib yang disebut Old Indonesia Derby sudah dikenal dengan pertandingan yang sangat panas hingga menelan korban jiwa.
Peristiwa hari itu menewaskan supporter Persija yang bernama Haringga Sirla. Pada saat itu Harinnga mau masuk ke stadion dan berselfie khas supporter Persija dengan logo tangan Jakmania lalu terlihat oleh beberapa oknum supporter Persib, seketika Haringga ditarik dan ditanyai identitasnya dan Haringga langsung dapat diketahui sebagai supporter Persija.
Lantas Haringga langsung dihujani dengan pukulan baik melalui tangan kosong maupun dengan benda, Haringga sempat berlindung dibalik penjual bakso.
Namun, dengan massa supporter yang sangat banyak pedagang bakso juga tak kuasa menolong, akhirnya massa oknum supporter Persib meroyok Haringga hingga tewas.
Menurut saya hooliganisme merupakan pembuktian kelompok supporter garis keras demi menunjukkan jati diri mereka yang tentunnya tindakan hooliganisme tidak selalu berkonotasi negatif tetapi seringkali tindakan anarkis mereka membuat stigma masyarakat menjadi negatif. Pemikiran seperti ini sudah mendarah daging dan akan sangat sulit untuk diubah.
Yang bisa mengubah hanya pribadi suporter itu sendiri. Kalau mau kekerasan hilang dari sepakbola ini, harus dimulai dari diri sendiri atau kita sebagai suporter sepak bola. Seperti kata-kata dari Juan Antonio Samaranch, Presiden ke-7 Komite Olimpiade Internasional.