Mohon tunggu...
𝐀𝐑𝐘𝐀 𝐁𝐔𝐌𝐈
𝐀𝐑𝐘𝐀 𝐁𝐔𝐌𝐈 Mohon Tunggu... Seniman - 𝐁𝐔𝐌𝐈 𝐂𝐈𝐍𝐓𝐀, 𝐒𝐀𝐒𝐓𝐑𝐀, 𝐏𝐔𝐈𝐒𝐈

𝐉𝐀𝐆𝐀 𝐓𝐀𝐍𝐀𝐇 𝐉𝐀𝐆𝐀 𝐀𝐈𝐑 𝐉𝐀𝐆𝐀 𝐁𝐔𝐌𝐈

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Halte Kosong

15 Juni 2024   15:45 Diperbarui: 15 Juni 2024   16:03 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku berangkat lagi, Mak
mencari sudut halte kosong
bertukar mimpi dengan jembatan kolong
lalu bernyanyi dari siang bolong
seperti rumi menari dan bermonolog.

Kali ini aku tidak menunggang kuda
pelana ditukar oleh orang untuk makan keluarganya, tak papa mak,
puisi cukup punya kaki untuk melangkah
bangku bis senilai sepuluh kilogram beras.

Pada kyai-kyai jawa yang sudah tiada,
aku belajar menjadi makna.
Bapa, tetap bintang melati yang kuemban sebagai pundak.

Pertukaran pikiran tadi malam dengan chairil
masih stabil, kutangkap puisinya bagai singa gelandangan yang menguasai alam rimba.
Menurutmu;
"apa, perempuan akan bersetubuh denganku"

Mak. Aku mohon doa restumu!

Juni-2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun