aku sudah tidak punya kembang gula
kaki nini sudah menjadi hayati
tak bisa lagi kubawakanmu onde-onde
kota sepi akan jajanan semasa kecil
dik, apa cukup sebuah puisi
sepeda kumbang usai pula kujual
aku curikan sebuah buku
untuk nanti malam kau baca pengganti sepi
terpaksa aku harus jalan kaki
menyusuri lagi kota dan desa
kapan puisi mengkawinkan asmara
harga tiket gerbong naik serupiah
lamaran senja kutolak mentah
cinta bukan basa-basi
usia sudah gerogoti sepah sunyi
berpuisilah untukku, dik
aku mampir sebentar untuk bermimpi
tentang seribu tahun angka abadi
kata ratmi penjaja kasih
puisi masih belia perjaka
jangan mau di-kawin saat jumat malam
kerap tangan sering dekap lamunan
desa kembang rumahmu
kebun bunga mekar seraga cinta
bubur merah putih kemana pergi
jaman sudah berupa-rupa warni
s'moga engkau tak punah diri
masih sebagai anak gadis pertiwi
terimalah cinta dari matahati puisi
dik
Juni-2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H