Veronica, dengan gaun merahnya yang mencolok, berjalan dengan anggun di tengah kerumunan penggemar yang berteriak histeris. Â Sorot lampu kamera menyilaukan, namun Veronica tetap tenang, tersenyum manis dan melambaikan tangan. Â Ia adalah Veronica, artis cantik dan populer yang namanya menghiasi sampul majalah dan layar televisi. Â Namun di balik keceriaan itu, tersembunyi sebuah kerinduan.
Veronica selalu terpesona oleh Ino, seorang pria yang ia kenal sejak SD. Â Ino, dengan tinggi badannya yang 165 cm dan tubuh kurusnya, selalu tampak misterius dan dingin. Â Veronica ingat bagaimana Ino selalu menunduk, menghindari kontak mata, dan hanya menjawab pertanyaan dengan singkat. Â Walaupun begitu, Veronica selalu tertarik pada Ino, bahkan sampai sekarang.
Hari ini, Veronica bertemu Ino secara tak terduga di sebuah kafe. Â Ia sedang menikmati secangkir kopi saat Ino memasuki kafe. Â Ino, dengan pakaian sederhana dan topi yang menutupi sebagian wajahnya, langsung menuju meja di sudut ruangan. Â Veronica ingin menyapa Ino, namun ia ragu. Â Ino selalu cuek dan tak pernah melihatnya, bahkan saat Veronica berpapasan dengannya di jalan.
Veronica: (Bergumam) Â Ino... Â aku ingin menyapa dia, tapi... Â apa dia akan peduli?
Veronica memutuskan untuk mendekat ke meja Ino.
Veronica: Â Ino? Â Ini aku, Veronica.
Ino mengangkat kepalanya, matanya yang tajam menatap Veronica dengan datar. Â Ia hanya mengangguk sedikit, lalu kembali fokus pada kopinya.
Ino: Â Veronica. Â Lama tak jumpa.
Veronica: Â Ya, lama sekali. Â Aku senang bertemu denganmu lagi. Â Kau masih seperti dulu, selalu tenang dan misterius.
Ino: Â (Berbisik) Â Aku tidak suka keramaian.