Di dalam Kerajaan Volka yang megah, dulunya dikenal sebagai pusat perdagangan dan kebudayaan, terdapat seekor naga hitam bernama Vildrus. Berabad-abad lamanya, Vildrus terjebak dalam hibernasi, menunggu saat yang tepat untuk bangkit kembali. Namun, saat ia terbangun, dunia yang dikenalnya telah berubah drastis. Kerajaan yang dulunya makmur kini dipenuhi dengan penderitaan, kelaparan, dan ketidakadilan.
Suatu hari, saat matahari terbenam, Vildrus membuka matanya yang besar dan menatap sekeliling. Ia merasakan kesedihan yang mendalam saat melihat kehampaan di tanah yang dulunya subur. Dalam perjalanannya, Vildrus bertemu dengan seorang perempuan muda bernama Lita. Lita terlihat lelah dan penuh kesedihan, sedang mencari kayu untuk memasak di depan goanya.
Melihat keadaan Lita, Vildrus memutuskan untuk mengubah wujudnya menjadi seorang pria tampan agar bisa berkomunikasi lebih baik. Ketika ia mendekati Lita, perempuan itu menatapnya dengan curiga.
“Siapa kamu?” tanya Lita, dengan nada skeptis.
“Aku Vildrus,” jawabnya lembut. “Aku hanyalah seorang pengembara. Apa yang terjadi di kerajaanku? Kenapa kau terlihat begitu sedih?”
Lita tertegun sejenak, kemudian mulai menceritakan keadaannya. “Kerajaan kita dipimpin oleh raja muda yang baru berusia tujuh tahun. Dia tidak dapat memimpin dengan baik. Para menteri sering membujuknya untuk membuat regulasi yang hanya menguntungkan bangsawan. Rakyat kecil seperti kita menderita.”
“Regulasi apa yang mereka buat?” Vildrus bertanya, merasa prihatin.
“Pajak yang sangat tinggi, dan banyak aturan yang menyulitkan kehidupan sehari-hari. Kami tidak bisa bertahan hidup,” Lita menjelaskan, suaranya bergetar.
Hati Vildrus terbakar oleh kemarahan dan kepedihan. Ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk membantu. “Aku akan pergi ke kerajaan dan melihat sendiri keadaan rakyat. Jika aku bisa membantu, aku akan melakukannya,” katanya dengan penuh semangat.
Setelah beberapa waktu, Vildrus tiba di Kerajaan Volka. Pemandangan yang ia lihat sungguh memilukan. Banyak rumah yang hancur, ladang yang tidak terurus, dan rakyat yang berjalan lesu dengan wajah penuh kepedihan. Vildrus merasa terpanggil untuk bertindak.
Saat ia memasuki istana, ia bertemu dengan Raja Fritz, raja muda yang terlihat bingung dan cemas. “Apa yang kau inginkan, pengembara?” tanya raja dengan nada ragu.“Aku datang untuk membantu rakyatmu, Raja Fritz. Aku melihat penderitaan mereka,” jawab Vildrus tegas. “Aku ingin menawarkan bantuan.”
Raja Fritz menatapnya tajam. “Bantuan apa yang bisa kau berikan? Kami sudah terjebak dalam masalah ini terlalu lama.”
“Dengarkan aku. Aku bisa menyediakan gandum berkualitas tinggi dan pakaian untuk rakyat. Mari kita buat regulasi baru yang adil,” Vildrus menjelaskan.
“Apa yang kau tawarkan itu terlalu bagus untuk menjadi kenyataan,” raja meragukan.Namun Vildrus tetap bersikeras.
“Jika kau memberi izin, aku bisa membantu rakyatmu kembali sejahtera.”
Raja Fritz memutuskan untuk memberi Vildrus kesempatan. Dengan dukungan rajanya, Vildrus mulai mengumpulkan gandum dan pakaian dari berbagai tempat. Dengan sihirnya, ia menciptakan gandum yang subur dan pakaian yang menarik. Rakyat dari kalangan atas pun mulai datang untuk membeli barang-barang tersebut.
“Lihatlah, Lita! Para bangsawan mulai berbondong-bondong membeli gandum dan pakaianku,” seru Vildrus dengan gembira saat melihat keramaian pasar.
“Ini luar biasa, Vildrus! Mereka tampak bahagia!” Lita menjawab sambil tersenyum.
Namun, situasi tak selalu berjalan mulus. Ketika Vildrus mulai mendapatkan perhatian dari rakyat, menteri ekonomi kerajaan ditemukan tewas secara misterius. Kematian tersebut menyebabkan ketegangan di antara para menteri lainnya, dan Vildrus merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
“Siapa yang bisa melakukan ini?” tanya Lita, wajahnya pucat.
“Aku tidak tahu, tetapi aku akan menyelidikinya,” Vildrus menjawab dengan tekad.
Sebagai langkah untuk mengatasi ketegangan, Raja Fritz mengangkat Vildrus sebagai menteri baru untuk membantu mengatur ekonomi kerajaan. Vildrus melihat ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki keadaan. Namun, ketika ia mengajukan proposal regulasi baru yang adil, para menteri lainnya menolak.
“Proposal ini bisa memperburuk keadaan, Vildrus,” kata salah satu menteri dengan nada skeptis. “Kami tidak bisa mendengarkan rakyat kecil!”
“Jika kita tidak mendengarkan suara mereka, kita akan merusak kerajaan ini lebih jauh!” Vildrus menjawab dengan penuh semangat, hatinya dipenuhi tekad.
“lihatlah prajuritmu yang mulia kebanyakan mereka berasal dari rakyat kecil, kualitas prajurit kita menurun meski kuantitas prajurit banyak” ujar vildrus melawan
“Itu bukan salah regulasi ataupun keputusan raja, itu salah mereka tidak berlatih dengan giat, berani sekali kau menyalahkan keputusan raja?..” ujar mentri pertahanan menyela
“aku tak menyalakan raja, proposal yang aku serahkan ini adalah jalan keluar yang bisa digunakan untuk meningkatkan perkembangan kerajaan, baik dari prajurit hingga perekonomiannya” ujar vildrus dengan nada bicara lantang
“mentri ekonomi vildrus cukup, jika proposal itu ditolak oleh raja maka ditolak tidak ada unsur kegentingan yang mengharuskan proposalmu diterima. Dalam rapat ini bukan kau yang berkuasa kami semua menolak proposalmu maka kau tak berhak lagi memaksa. Lagipula apa yang bisa membuat kerajaan ini hancur dengan prajurit dan sokongan dari kerajaan maltador yang ada dibelakang kita?” ujar sekertaris kerajaan menengahi masalah Vildrus terdiam dan meninggalkan ruang rapat dengan wajah menahan amarah Sedangkan raja muda tetap terjebak dalam kebingungan. “Aku tidak tahu siapa yang harus dipercaya,” katanya dengan nada cemas
Merasa putus asa, Vildrus yang marah berubah kembali menjadi naga dan melancarkan serangan brutal ke kerajaan. Api yang menyala dari mulutnya menghancurkan beberapa bangunan, menciptakan kekacauan di seluruh kerajaan.
“Jika kalian tidak peduli pada rakyat, maka lihatlah apa yang akan terjadi!” teriak Vildrus sebelum menyerang.
Vildrus menyerang kediaman Para menteri dan bangsawan sehingga mereka mulai panik. Mereka menyaksikan kebangkitan kekuatan Vildrus yang mengerikan, sedangkan para prajurit kerajaan bertingkah seperti rakyat biasa tidak ada yang berani menyerang, karena mereka tidak dilatih dengan baik dan hanya ikut menjadi prajurit karena terpaksa untuk menjalani kehidupan mereka dikerajaan ini. Lalu meraka para elit kerajaan menyadari bahwa mereka telah mengabaikan suara rakyat, karna rakyat mereka yang telah menjadi prajurit ternyata hanya karena terpaksa dan kebutuhan ekonomi untuk kerajaan juga sebenarnya sangat minim, akibatnya tidak ada perlengkapan atau senjata yang mampu mengusir seekor naga yang menyerang. Raja Fritz, yang menyaksikan kehancuran di depan matanya, mulai merasakan ketakutan dan penyesalan.
“Vildrus! Cukup! Jangan hancurkan kerajaan ini, sungguh aku tidak tau kau adalah seekor naga!” teriak raja dengan suara gemetar.
“Jika kalian ingin menyelamatkan kerajaan ini, dengarkanlah suara rakyat!” Vildrus membalas, suaranya menggema.
Setelah serangan tersebut, Raja Fritz mulai khawatir dan akhirnya setuju dengan proposal Vildrus. “Baiklah, aku setuju. Mari kita bantu rakyat,” ucap raja dengan nada putus asa.
Vildrus kembali ke wujud manusianya dan mulai mendistribusikan gandum ke seluruh penjuru kerajaan. Rakyat yang sebelumnya kelaparan kini mendapatkan makanan yang cukup, dan banyak dari mereka mulai tersenyum kembali.
“Lihatlah, Lita! Rakyat mulai tersenyum kembali,” kata Vildrus sambil melihat kerumunan yang gembira.
“Ini semua berkatmu, Vildrus. Kau telah membawa kembali harapan,” kata Lita dengan penuh rasa syukur.
Raja menyadari bahwa selama ini ia telah dibodohi oleh para menterinya. “Aku telah salah. Proposal Vildrus benar,” ucap raja kepada para menteri yang kini merasa terpojok.
Raja pun memutuskan untuk menghapus menteri yang merugikan dan melakukan saimbara untuk mencari menteri yang jujur dan baik. Dalam saimbara itu, Vildrus melakukan penilaian dengan teliti.
“Siapa yang bisa mengerti dan mewakili suara rakyat?” Vildrus bertanya pada dirinya sendiri.
Setelah beberapa waktu, saimbara usai, dan raja mendapatkan sekumpulan menteri yang jujur, baik, dan adil. Vildrus merasa senang karena semua perjuangannya membuahkan hasil.
Di suatu hari, saat Vildrus berjalan-jalan di pasar, ia mendengar seorang ibu menceritakan kepada anaknya bahwa naga itu jahat.
“Bu, kenapa naga itu jahat?” tanya anaknya dengan rasa ingin tahu.
“Naga itu menyerang kerajaan kita,” jawab ibunya dengan nada serius.
Vildrus tersenyum mendengar percakapan itu. Ia menyadari bahwa pandangan rakyat terhadapnya masih beragam dan ia harus membuktikan bahwa ia adalah pelindung, bukan ancaman.
“Rakyat harus tahu bahwa aku ada di sini untuk membantu mereka,” kata Vildrus pada dirinya sendiri.
Lita memanggil Vildrus untuk mengucapkan selamat karena telah menjadi menteri di Kerajaan Volka. “Selamat, Vildrus! Kamu membuat perubahan besar!” seru Lita dengan gembira.
Dengan semangat baru, Vildrus bertekad untuk terus berjuang demi keadilan dan kesejahteraan rakyat Kerajaan Volka. Ia memahami bahwa meskipun ia adalah naga, kekuatan sejati terletak pada keadilan dan kebijaksanaan dalam memimpin.
“Bersama kita akan membangun kembali kerajaan ini, untuk semua rakyat, tanpa terkecuali,” kata Vildrus, mengangkat kepalanya tinggi, siap menghadapi tantangan baru yang akan datang.
Dengan tekad dan harapan baru, Vildrus bersiap untuk menghadapi masa depan yang lebih baik untuk Kerajaan Volka, di mana keadilan dan kesejahteraan akan menjadi prioritas utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H