Mohon tunggu...
M roudlotul atfal
M roudlotul atfal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tetap hidup

Selanjutnya

Tutup

Diary

Anak (Zaman Now Vs Zamanku)

23 November 2022   07:37 Diperbarui: 23 November 2022   07:52 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Makin taun makin maju" istilah yang cocok untuk kotaku, eitss salah..., tapi untuk seluruh dunia. Ditandai dengan semakin hilangnya kebersamaan dan kebahagiaan diwaktu dini, ditutupi dengan kemajuan teknologi yang meraja lela.

handphond adalah peran utamanya, alat komunikasi berbasis elektronik ini semakin berkembang, dulunya yang hanya berbentuk kubus dengan layar dan tombol tertentu kini bertransformasi menjadi layar dengan sentuhhan otomatis. Saat ini bukan orang dewasa saja yang pintar mengoprasikan handphond tapi juga anak diusia dini.

Jaman dimana diriku masih menempuh sekolah dasar tidak seperti sekarang, masih banyak anak bermain layangan, kelereng, kartu dan permainan tradisional lainya. Hingga sampailah pada zaman dimana itu terhapuskan, sebut saja zaman milenial, meski demikian banyak sekali usaha dari beberapa lembaga ataupun tempat yang berusaha menghidupkan kembali permainan tradisional ataupun budaya dulu.

Memang canggihnya dunia ini disebabkan oleh orang yang terdahulu, mereka yang menemukan banyak sekali temuan temuan super keren, seperti yang menjadi peran utama dalam perubahan zaman ini,HANDPHOND. Berbicara handphond/ponsel, sering dikaitkan dengan alat komunikasi, sekarang berkembang dengan sebutan smartphone atau ponsel pintar, yang dapat dikatakan serba guna termasuk games, games didalam smartphon itu mempengaruhi pemikiran anak diusia dini, bisa jadi kreatif tapi seperti yang kita ketahui kreatif itu jika dia mau, contoh anak sering bermain games sampai dia bosan dan ingin membuat games Barbasis ponsel sendiri.

Rasa kebersamaan yang seharusnya tumbuh mengikuti usia, malah pupus menjadi individual persaingan. Kini harapan dari budaya yang hilang adalah lembaga atau organisasi yang berusaha menghidupkannya, bukan hanya itu, tapi juga kesadaran dari pemerintah. Sangat dibutuhkan yang namanya inovasi untuk melakukan keseimbangan dan mencegah degradasi permainan tradisional, mengingat permainan tradisional juga dapat dijadikan simbol dari budaya yang ada pada zaman dulu.

Anak Kecil pada zamanku, memiliki banyak waktu untuk mengekedepankan kebersamaan  dalam bermain, mereka bagaikan ikan teri yabg kemana mana selalu bersama, meski umur mereka tidak cukup dewasa, tapi dalam kegiatanya terdapat sesuatu yang jarang kita temui pada zaman sekarang  yaitu "susah senang tunggung bersama", berbeda dengan anak zama sekarang yang terlihat lebih suka menyendiri untuk memainkan smartphon, entah melihat vidio pendek hingga bermain games terlebih itu dilakukan dalam waktu lama bahkan bisa sampai seharian, keren bukan??

Dari sini, perlunya untuk orang tua mengontrol anaknya semenjak usia dini, lalu biarkan anak bermain diluar dengan teman temannya agar rasa kebersamaan mereka bisa timbul diusia dini. Lalu untuk pemerintah, dukung penuh lembaga atauy organisasi yang berpotensi untuk mengembangkan budaya atau permainan tradisional agar budaya dulu tidak tertutup pada zaman sekarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun