c. Budaya
Budaya memengaruhi bagaimana emosi diungkapkan dan bagaimana hubungan sosial dibangun. Dalam budaya kolektivis, misalnya, individu mungkin diajarkan untuk menempatkan kepentingan kelompok di atas kepentingan pribadi, yang mempengaruhi cara mereka berinteraksi dan mengekspresikan emosi. Sebaliknya, dalam budaya individualis, ekspresi diri dan independensi lebih dihargai.
Norma budaya tentang gender juga mempengaruhi perkembangan sosial-emosional. Misalnya, dalam beberapa budaya, laki-laki mungkin diajarkan untuk menekan emosi mereka, sementara perempuan didorong untuk mengekspresikan emosi secara terbuka.
d. Pendidikan
Sekolah memainkan peran penting dalam perkembangan sosial-emosional. Program pendidikan sosial-emosional (SEL) membantu siswa mengembangkan keterampilan seperti kesadaran diri, regulasi diri, dan keterampilan sosial. Guru yang menciptakan lingkungan kelas yang aman dan mendukung mendorong siswa untuk mengekspresikan diri mereka dan membangun hubungan yang positif dengan orang lain.
e. Kondisi Sosial-Ekonomi
Kondisi sosial-ekonomi keluarga memengaruhi akses individu terhadap sumber daya yang mendukung perkembangan sosial-emosional, seperti pendidikan berkualitas, perawatan kesehatan, dan lingkungan yang aman. Anak-anak dari keluarga dengan status sosial-ekonomi rendah mungkin menghadapi tantangan tambahan seperti stres keluarga, kekurangan gizi, dan kurangnya akses ke pendidikan yang memadai, yang semuanya dapat mempengaruhi perkembangan sosial-emosional mereka.
3. Pengalaman Hidup
a. Trauma atau Pengalaman Negatif
Pengalaman traumatis seperti kekerasan, kehilangan, atau pengabaian dapat menghambat perkembangan sosial-emosional. Anak-anak yang mengalami trauma cenderung menghadapi kesulitan dalam membangun kepercayaan, mengatur emosi mereka, dan menjalin hubungan yang sehat. Intervensi yang tepat, seperti konseling dan dukungan psikologis, sangat penting untuk membantu individu pulih dari trauma dan mengembangkan keterampilan sosial-emosional yang sehat.
b. Pengalaman Positif
Pengalaman positif seperti apresiasi, dukungan, dan pencapaian dalam lingkungan sosial dapat memperkuat perkembangan sosial-emosional. Individu yang terpapar pada lingkungan yang mendukung dan positif cenderung lebih percaya diri, mampu mengelola stres dengan baik, dan membangun hubungan yang kuat dengan orang lain.
Kesimpulan
Perkembangan sosial-emosional adalah hasil dari interaksi kompleks antara faktor internal dan eksternal. Setiap individu dipengaruhi oleh kombinasi unik dari faktor-faktor ini, yang membentuk cara mereka berinteraksi dengan dunia sosial dan mengelola emosi mereka. Memahami determinan perkembangan sosial-emosional membantu dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan emosional dan sosial yang sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H