Mohon tunggu...
M. Rajib Rakatirta
M. Rajib Rakatirta Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"If you want to be a writer, just write, write, and write." --Mr. Narudin a.k.a Naruto--

Selanjutnya

Tutup

Politik

Generasi Dambaan; Generasi Antikorupsi

28 Agustus 2012   07:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:14 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

L'État c'est moi. Negara adalah saya. Itulah sebuah kutipan yang terkenal dari Louis XIV, seorang raja Perancis. Ada apa dengan kutipan tersebut? Menurut saya kita harus mengaplikasikan quotes dari Bapak Louis XIV itu dalam kehidupan nyata. Mengaplikasikan bagaimana? Begini, pernah denger kata-kata “mensana in corporesano”? Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

Jadi, kalau kita ingin tubuh kita sehat, kita harus memiliki jiwa yang kuat. Setuju? Jadi, bagaimana caranya kita untuk menjaga tubuh kita supaya sehat? Tentu saja dengan memiliki jiwa yang sehat pula. Cobalah kita tengok mereka yang memiliki (maaf) jiwa yang kurang sehat. Kesehatan tubuh mereka juga terganggu. Berarti intinya, untuk menyehatkan tubuh, kita harus menyehatkan jiwa.

Lalu, apa korelasinya dengan quotes Bapak Louis tadi? Negara adalah saya. Jika Anda memiliki tubuh, apa yang Anda lakukan? Sudah pasti menjaganya bukan? Lalu, jika “Negara adalah kita”, berarti kita harus menjaga ‘tubuh’ negara karena ‘tubuh’ negara adalah ‘tubuh’ kita, betul? Dan, untuk membentuk tubuh yang kuat, diperlukan jiwa yang kuat. Bagaimana tubuh bisa bagus jika jiwanya saja sudah amburadul?

Memerbaiki tubuh negara itu, bagi saya, sulit. Mengapa? Karena jiwanya belum tertata. Sungguh, jika jiwa negara ini sudah tertata, maka Insya Allah tubuh negara akan dengan mudah dapat diperbaiki.

Memangnya, mengapa saya bilang jiwa negara ini belum tertata? Karena sebuah kerusakan, kawan, sebuah kesalahan sistem. Benar kata teman saya, “Uang dapat membuat orang lupa.” Dan itu pula yang terjadi di negara ini. Korupsi di mana-mana, suap-menyuap menjadi umum, kecurangan juga sudah bukan hal baru lagi.

Mengapa ini semua dapat terjadi? Korupsi terjadi karena banyak hal. Kawan, pernahkah kalian merenungkan sejenak bahwa sebuah kesalahan di masa lalu dapat berdampak sangat besar di masa depan? Bumi itu berputar. Sebuah kesalahan di masa lalu harus di bayar di esok hari. Kesalahan apa? Kesalahan akan sebuah sistem yang selalu menuntut uang.

Di sekolah, pungutan-pungutan itu banyak dan beragam. Ada untuk uang pagar, uang pemeliharaan gedung, dan uang-uang lainnya. Jika dihitung dari awal sampai akhir, sangat banyak uang yang kita keluarkan untuk menuntut ilmu, betul? Tentu saya setuju jika kita mengeluarkan uang untuk membeli alat-alat keperluan sekolah. Tetapi pungutan liar? No way.

Aku memukul, aku pantas dipukul. An eye for an eye. Banyak uang yang telah dikeluarkan. Kini waktunya untuk mengembalikan uang tersebut. Banyak cara. Korupsi adalah salah satunya. Ya, kadangkala sebuah tujuan seperti, ‘ingin membanggakan orangtua’ ditempuh dengan jalan korupsi. Salahkah itu? Sangat.

Di tahun 2012 ini saja sudah banyak kasus korupsi yang membuat para penegak hukum kewalahan. Bayangkan saja, anggaran kitab suci pun sampai dikorupsi. Itu sama saja dengan membakar kitab suci yang ingin disumbangkan. Keterlaluankah? Hanya yang gila yang berkata itu wajar.

Biaya sekolah, pajak, dan berbagai macam administrasi lainnya pun banyak yang dikorupsi. Ini sama saja dengan membunuh menggunakan garpu. Perlahan-lahan tetapi sakit bukan main. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Apa yang dapat kita kontribusikan untuk kasus-kasus egois seperti ini?

Kita masih muda, nyali kita masih banyak. Kawan, mari kita beraksi. Di jenjang SMA ini, kesempatan kita untuk berinteraksi dengan dunia luar makin banyak. Yuk, kita manfaatkan kesempatan berinteraksi itu untuk menyadarkan generasi muda bahwa korupsi itu nikmat tapi laknat, kaya tapi bahaya, gembira tetapi sengsara.

Tapi kontribusi kita itu dalam bentuk apa? Banyak kok, yang bisa kita lakukan. Seperti melakukan penyuluhan antikorupsi, dan juga melaporkan adanya tindak pidana korupsi. Bagaimana jika kita diancam? Ancam balik. Laporkan kepada yang berwenang untuk menangkapnya. Teman saya pernah berkata, “Berubahlah, maka dunia akan mengikutimu.”

Yuk, kita mulai dari diri sendiri untuk anti terhadap korupsi. Setelah itu, kita ingatkan orang-orang di sekeliling kita. Lalu beritahu orang-orang itu untuk memberitahukan orang-orang di sekeliling mereka.
Mari kita sumbangkan aksi dan upaya kita untuk membentuk generasi anti-korupsi. Mau korupsi? Siap-siap untuk justifikasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun